Oleh:
Fhandri Fariadi
Mahasiswa Mahad Aly An-Nuaimy Angkatan 5
Asal: Jawa Barat
Maaf, rasanya seringkali kata yang terdiri dari empat huruf ini digunakan; untuk awal bertanya, meminta tolong dsb. Apalagi di negeri kita Indonesia, tak ayal lagi rasanya kata ini keluar dari mulut seseorang ; “maaf, mau Tanya…” “maaf, bisa diulang”, dan masih banyak maaf-maaf yang diucapkan dalam perkataan seseorang.
Namun, sukar sekali kita dapatkan kata maaf, saat ia mulai berevolusi menjadi kata kerja berimbuhan me-kan, yang mana saat itu pula kata ini membutukan subjek yang memaafkan dan objek yang dimaafkan. Yaa, “Me-maaf-kan” . kata kerja ini menjadi terasa lebih berat dan alot bagi kebanyakan kita. Padahal, dibalik perasaan yang berat dan alot itu terdapat balasan yang baik yang nilainya jauh lebih berharga ketimbang dunia dan seisinya.
Tentu kita masih ingat akan sebuah riwayat, saat itu Rasulullah saw. tengah duduk bersama para sahabat, beliau berkata : “akan datang beberapa saat lagi kepada kita ahli surga”. Pernyataan ini Rasulullah saw. Ulang selama tiga hari berturut-turut. Dan sudah barang tentu membuat para sahabat bertanya-tanya, amalan apakah gerangan yang membawa dia sebagai ahli surga.
Salah seorang sahabat yakni ibnu umar pun mulai mencari tahu bagaimana gaya hidup sahabat tersebut (ahli surga). Namun ternyata, tak ada amalan lebih yang ibn umar dapatkan dari “ahli surga” itu, dia shalat sebagaimana sahabat lain shalat, bahkan tak ada amalan shalat tambahan yang dia amalkan, shalat malampun tak sering ia tunaikan, dia puasa sebagaimana para sahabat berpuasa, dia berzakat sama sebagaimana para sahabatpun berzakat. Hingga akhirnya ibnu umar pun mengetahui bahwa sahabat tersebut memeiliki amalan yang tidak diamalkan sahabat lain, ia tidak pergi untuk tidur kecuali setelah me-maaf-kan kesalahan orang lain.
Subhanallah, sungguh mulia dan agung hati orang yang mudah memaafkan dan suka meminta maaf. Maka tak heran jika Allah swt menyematkan sifat me-maaf-kan ini dalam salah satu karakteristik orang yang bertaqwa.
“ ……………. dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. (Q.S Ali Imran : 134)
Subhanallah, satu amalan namun berbalas berjuta kebaikan, mengapa berjuta kebaikan? Karena surga merupakan kebaikan yang tiada tara. Allahu Akbar.
Imam Ibnu Alqayim berkata : “wahai anak adam, sesungguhnya antaramu dan Allah terdapat kesalahan dan dosa yang hanya Dia (Allah) yang tahu, maka jika engkau menginginkan agar Allah mengampuninya untukmu, maka ampunilah Hamba-HambaNYa. Jika engkau ingin pula agar Allah memaafkan kesalahanmu, maka maafkanlah kesalahan hamba-hambaNYa”.
“AL JAZA`U MIN JINSI AL AMAL”.
Semoga Allah swt. menjadikan kita tergolong dalam hamba yang pintar memaafkan orang lain. Meski terasa berat namun besar balasan yang Allah akan berikan. Wallahu a’lam.
*merujuk dari kitab “Mauizhah Almuttaqin” karya : Syekh Ahmad Al Quththan dan Syekh Muhammad Azzain