Latest Post
02.17
Download
Bagaimana Mencintai Rasulullah saw?
Sebab cinta:
Allah swt. Juga Mewajibkan Cinta Ini
Bagaimana Para Sahabat Mewujudkannya?
Menyambut Cinta Rasulullah saw.
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. [At-Taubah: 128].
1. Rasul dari manusia
Ayat (رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ ).
Ini adalah karunia besar (لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولا مِنْ أَنْفُسِهِمْ) [Ali Imran; 164].
2. Sedih Kalau Umat Susah
Ayat (عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ)
Ayat (لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ أَلَّا يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ) [Asy-Syu’ara: 3].
3. Sangat Ingin Hidayah Umat
Ayat (حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ).
Ayat (بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ)
Beliau sangat lembut
Membalas Cinta Rasulullah saw.
Oleh:
Ust. Muhammad Sofwan Abbas, MA
Dosen Mahad Aly An-Nuaimy
Download
Bagaimana Mencintai Rasulullah saw?
Sebab cinta:
- Hubbu ladzatin; mencintai hal-hal yang kita rasakan enaknya
- Hubbun aqliyun; mencintai hal-hal yang baik menurut akal kita
- Hubbu ihsanin; mencintai orang yang berbuat baik kepada kita
- Hati
- Akal
- Perbuatan
Allah swt. Juga Mewajibkan Cinta Ini
قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ.
Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. [At-Taubah: 24]
Abu Bakar ra. rela dipukuli, agar Rasulullah saw. tidak dipukuli. Beliau pingsan, ketika sadaryang ditanyakan adalah Rasulullah saw.Perempuan Anshar kehilangan anak, suami, ayah, dan saudaranya dalam satu perang. Tapi ketika pasukan pulang, yang ditanyakan adalah Rasulullah saw. Bilal, kalau adzan, saat sampai syahadat beliau selalu menangis. Pergi keluar Madinah, ketika datang dan adzan, beliau dan para sahabat menangis. Banyak shahabat menangis, kalau di surga nanti tidak bertemu dengan beliau.
Menyambut Cinta Rasulullah saw.
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. [At-Taubah: 128].
1. Rasul dari manusia
Ayat (رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ ).
Ini adalah karunia besar (لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولا مِنْ أَنْفُسِهِمْ) [Ali Imran; 164].
- Mudah memahami karena satu bahasa
- Mudah meneladaninya
- Tidak ada alasan untuk menolaknya
- Bisa melanjutkan dakwahnya
- mereka sudah tahu bagaimana asal-muasal Rasulullah saw.; keluarganya, masa pertumbuhannya hingga dewasa, sifat-sifatnya, dan sebagainya
2. Sedih Kalau Umat Susah
Ayat (عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ)
- Berasal dari kata (العزة): kondisi seseorang yang sulit dikalahkan.
- Allah swt. Maha (العزيز): kuat, mengalahkan, dan tidak bisa dikalahkan.
- Kata (مَا عَنِتُّمْ) berasal dari kata (عنت): terjebak dalam hal yang menghancurkan.
- Maksudnya:
- Sedih ketika melihat ada umatnya merubah agama yang mudah ini menjadi sulit. Allah swt. berfirman (وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ ).
- Beliau juga sedih jika ada umatnya yang disiksa di neraka
Ayat (لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ أَلَّا يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ) [Asy-Syu’ara: 3].
Hadits: “Perumpaanku adalah seperti seseorang yang menyalakan api unggun. Setelah api menyala, banyak binatang (laron) yang berhamburan menghinggapinya. Orang itu menghalau binatang-binatang itu agar tidak masuk ke dalam api. Tapi binatang-binatang itu mau dihalau, dan tetap ingin masuk api. Maka akhirnya mereka masuk api. Demikianlah, aku menghalau kalian dari masuk api neraka.” [HR. Bukhari dan Muslim].
“Sungguh Rasulullah saw. tidak pernah memukul sesuatupun dengan tangannya. Tidak isterinya, pembantunya, kecuali jika sedang berjihad di jalan Allah swt. Ketika beliau disakiti, beliau tidak pernah membalas dendam kepada orang yang melakukannya. Kecuali jika yang dilanggar adalah kemuliaan Allah swt., maka beliau akan membalasnya karena Allah swt.”
3. Sangat Ingin Hidayah Umat
Ayat (حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ).
- Berasal dari kata “حرص” yang bermakna keinginan kuat, ambisi (ولتجدنهم أحرص الناس على حياة).
- Rela dihina, dikucilkan, disiksa, dan sebagainya demi umatnya mendapatkan kebaikan.
- Semua hal yang baik pasti telah beliau perintahkan; dan semua keburukan pasti telah beliau larang.
(كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَنْ يَأْبَى؟ قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى) [Bukhari].
4. Ra’fah dan RahmahAyat (بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ)
- kata “الرأفة” adalah belas kasihan yang membuat seseorang menghindarkan orang yang lain dari kesulitan.
- kata “رحم - رحمة” yang berarti rasa sayang yang mendorong seseorang untuk berbuat baik kepada orang lain.
- Berdoa kepada Allah swt. agar umatnya tidak dibinasakan ((دَعَا بِأَنْ لاَ يُظْهِرَ عَلَيْهِمْ عَدُوّاً مِنْ غَيْرِهِمْ. وَلاَ يُهْلِكَهُمْ بِالسِّنِينَ. فَأُعْطِيَهُمَا. وَدَعَا بِأَنْ لاَ يَجْعَلَ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ. فَمُنِعَهَا))
- Tidak ada adzab isti’shal (membinasakan)
- Tetap mencintai ((ضَرَبَهُ قَوْمُهُ فَأَدْمَوْهُ، وَهُوَ يَمْسَحُ الدَّمَ عَنْ وَجْهِهِ وَيَقُولُ: «اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِي فَإِنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ)) [Bukhari].
Beliau sangat lembut
(فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ) [Ali Imran: 159].
- Kelembutan (berkata sopan, berhati lembut) berasal dari rahmat Allah swt.
- Perkataan kasar diungkapkan dengan (الفظ) yang bermakna air yang sudah berubah warna dan baunya.
- Kata kasar dan hati keras membuat orang lain menjauhkan diri.
20.43
Menyikapi Bencana
Oleh:
Ust. Muhammad Sofwan Abbas, MA
Dosen Mahad Aly An-Nuaimy
BAGAIMANA SEORANG MUSLIM MENYIKAPI BENCANA?
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ [الأنفال: 53]
Terjemah:
“Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [Al-Anfal: 53].
Tafsir dan Pelajaran yang Dipetik
Tidak semua bencana mengandung hikmah.
- Bencana yang terjadi setelah berbuat ketaatan:
- ini mengandung hikmah, walaupun kadang tidak diketahui orang yang mengalaminya
- kalau kita ridha, Allah swt. pasti akan meningkatkan derajat.
- Bencana yang terjadi setelah berbuat kemaksiatan:
- Ini adalah siksaan dari Allah swt.
- Tidak ada hikmahnya, memikirkan hikmah saat itu hanya akan membuat kita nyaman dengan kemaksiatan tersebut.
- Oleh karena itu, hendaknya bertobat kepada Allah swt.
Kemaksiatan juga bisa menghilangkan nikmat-nikmat dari Allah swt., dan kadang berubah menjadi siksaan. Allah swt. berfirman:
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ [الأنفال: 53]
“Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [Al-Anfal: 53].
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ [الرعد: 11]
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” [Ar-Ra’du: 11].
Ini merupakan sunnatullah jika kenikmatan yang dibalas dengan kemaksiatan. Sunnatullah adalah aturan-aturan Allah swt. Manusia, baik individu ataupun kelompok, akan tunduk kepada aturan Allah swt. Kondisi yang mereka alami merupakan hasil dari sikap, perbuatan, dan akhlak yang mereka lakukan. Sunnah ini pasti akan terjadi. Sama dengan sunnatullah dalam alam semesta, yang sering disebut dengan hukum alam. Api terasa panas membakar; sedangkan es terasa dingin membekukan; dan sebagainya.
Kenikmatan dari Allah swt. adalah apa yang membuat manusia merasa kecukupan, enak dan bahagia dalam hidupnya. Bisa berupa material seperti harta,rumah, air, tanah dan sebagainya; bisa juga berupa immaterial seperti hidayah, kemerdekaan, dan sebagainya.
- Bagi orang yang beriman, nikmat digunakan untuk beramal kebaikan.
- Sedangkan bagi orang yang tidak beriman, hal yang kita lihat baik, akan menjadi sebuah keburukan untuk mereka. ((فَلَا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كَافِرُونَ)) “Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.” [At-Taubah: 55].
Bahkan kemaksiatan bisa membinasakan sebuah kaum yang sebelumnya makmur dan sejahtera. Mereka telah mengubah (مَا بِأَنْفُسِهِمْ) “apa yang ada pada diri mereka sendiri”. Mereka tidak bersyukur kepada Allah swt. Sebaliknya mereka kufur kepada Allah swt. Menutupi nikmat Allah swt. dengan mengingkarinya; bersikap seakan tidak mendapatkan nikmat; seakan apa yang didapatnya bukan pemberian dari Allah swt.; dan nikmat tersebut digunakan untuk melakukan maksiat.
Allah swt. berfirman
((وَضَرَبَ اللّهُ مَثَلاً قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُّطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَداً مِّن كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللّهِ فَأَذَاقَهَا اللّه لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُواْ يَصْنَعُونَ))
“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk) nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” [An-Nahl: 112].
Ini menunjukkan keadilan Allah swt.; tidak menyiksa atau merampas nikmat tanpa alasan. Kaum-kaum tersebut menjadi sengsara karena memang telah melakukan kesalahan. Allah swt. berfirman ((وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ)) “Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” [Asy-Syura: 30]
Bisa juga bencana itu datang karena dosa orang lain, yang dibiarkan dengan sikap acuh tak acuh semua orang. Allah swt. berfirman ((وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ)) “Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang lalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” [Al-Anfal: 25].
Air adalah kenikmatan dari Allah swt. untuk seluruh kehidupan:
- Hujan adalah rahmat ((وَهُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ الْغَيْثَ مِنْ بَعْدِ مَا قَنَطُوا وَيَنْشُرُ رَحْمَتَهُ وَهُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ)) “Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji.” [Asy-Syuraa: 28].
- Turunnya hujan membawa kebahagiaan ((فَإِذَا أَصَابَ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ)) “Maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira.” [Ar-Ruum: 48].
- Hujan membawa rezeki ((وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ)) “Dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu.” [Al-Baqarah: 22].
- Air hujan adalah keberkahan ((وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا فَأَنْبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ)) “Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam.” [Qaaf: 9]. Berkah adalah kebaikan yang banyak.
- Kadarnya sudah ditentukan Allah swt. ((وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلَّا بِقَدَرٍ مَعْلُومٍ)) “Dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.” [Al-Hijr: 21]. Air yang diturunkan sama kadarnya dengan air yang dinaikkan dan diuapkan. Turunnya pun tidak berlebihan.
Tapi walaupun begitu, air hujan juga bisa menjadi:
- Memberi peringatan ((وَلَقَدْ صَرَّفْنَاهُ بَيْنَهُمْ لِيَذَّكَّرُوا فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلَّا كُفُورًا)) “Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (daripadanya); maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari (nikmat).” [Al-Furqan: 50]. Yaitu agar kita memahami pelajaran itu lalu bertobat. Banjir mungkin adalah bencana, tapi bencana yang lebih besar lagi bila kita tidak memahami pesan yang dibawanya. Lalu berubah.
- Salah satu tentara Allah swt. ((وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ)) “Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu, atau yang lainnya); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu.” [Al-A’raf: 84].
Oleh karena itu, ketika kita ingin mendatangkan kenikmatan dari Allah swt., hendaknya usaha yang dilakukan tidak hanya bersifat materi, tapi juga immateri.
- Usaha material, seperti: bekerja, belajar, berlatih, menyiapkan perlengkapan, dan sebagainya. Kita harus memahami bencana dengan positif, bahwa bencana adalah pesan dari Allah swt. agar kita berubah. Dengan jujur kita mencari apa kira-kira perubahan yang telah membawa pergi kenikmatan dan mendatangkan kemalangan.
- Usaha yang bersifat immaterial, seperti: keimanan, keikhlasan, kesolehan, doa, tawakkal, mengharap surga, dan sebagaianya. Allah swt. berfirman: ((وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ)) “Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” [Al-A'raf: 96].
- Hendaknya kita saling tolong-menolong. Ketika saudara kita terkena musibah, jangan sekali-kali mengatakan mereka sedang disiksa Allah swt. Karena ayat-ayat di atas kebanyakan adalah tentang orang-orang kafir. Nasihat yang tepat adalah bahwa bencana ini adalah teguran, agar kita semua kembali kepadanya, berubah menjadi lebih shalih.
Doa-doa dalam Menghadapi Bencana:
لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ.
Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim."
اللهم أصلح لنا ديننا الذي هو عصمة أمرنا، وأصلح لنا دنيانا التي فيها معاشنا، وأصلح لنا آخرتنا التي إليها مردنا، واجعل الحياة زاداً لنا من كل خير، واجعل الموت راحة لنا من كل شر، مولانا رب العالمين.
Ya Allah, perbaikilah keadaan keberagamaan kami, karena di situlah keselamatan kami. Perbaikilah keadaan keduniaan kami, karena di situlah kehidupan kami. Perbaikilah akhirat kami, karena kepadanyalah kami akan pergi. Jadikanlah hidup kami untuk menambah kebaikan. Jadikanlah mati kami untuk menghentikan keburukan. Ya Allah, ya Rabbal ‘alamin.
اللهم إني عبدك ، و ابن عبدك ، و ابن امتك ، ناصيتي بيدك ، ماض في حكمك ، عدل في قضاؤك ، أسألك بكل اسم هو لك سميت به نفسك ، أو علمته أحدا من خلقك ، أو أنزلته في كتابك ، أو استاثرت به في علم الغيب عندك ، أن تجعل القرآن ربيع قلبي ، و نور صدري ، و جلاء حزني ، و ذهاب همي
Ya Allah, aku adalah hamba-Mu, aku adalah anak hamba-Mu, aku adalah anak hamba perempuan-Mu, ubun-ubunku ada di tangan-Mu, segala yang berlaku padaku adalah keputusan-Mu, aku pantas menerima hukuman dari-Mu. Aku mohon kepada-Mu demi semua nama yang Engkau berikan pada-Mu, semua nama yang Engkau ajarkan kepada seseorang dari hamba-Mu, semua nama yang Engkau tuliskan dalam kitab-Mu, semua nama yang Engkau simpan dalam pengetahuan-Mu... jadikanlah Al-Qur’an penyejuk hatiku, jadikanlah Al-Qur’an cahaya hatiku, jadikanlah Al-Qur’an pengusir kesedihanku, dan jadikanlah AL-Qur’an obat kebingunganku.
اللهم لا تؤمنا مكرك، ولا تهتك عنا سترك، ولا تنسنا ذكرك يا رب العالمين.
Ya Allah, janganlah Engkau arahkan kepada kami makar-Mu, janganlah singkap dari kami pertolongan-Mu, janganlah Engkau membuat kami lupa mengingat-Mu.
إِنَّا للَّهِ وَإِنَّا إِليهِ رَاجِعُونَ : اللَّهمَّ أجرنا في مُصِيبَتنا ، وَاخْلُف لنا خَيْراً مِنْهَا
Kita semua adalah milik Allah, dan kepadanyalah kita akan dikembalikan. Ya Allah, berilah kami pahala dalam musibah kami, dan berilah kami ganti yang lebih baik daripada milik-milik kami yang hilang dan rusak.
اللهم فرج عنا وعن المسلمين مانحن فيه
Ya Allah, keluarkanlah kami dan semua umat Islam dari penderitaan musibah ini.
Moh Sofwan,
Pengajian Tafsir Masjid Raudhatul Jannah RCTI, Kebon Jeruk, 21 Januari 2013
07.03
Tawadhu
Oleh:
Ust. Muhammad Sofwan Abbas, MA
Dosen Mahad Aly An-Nuaimy
TAWADHU’
AKHLAK PENGHUNI SURGA
تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ [القصص: 83]
Analisis Lafadh
Kampung akhirat, bisa surga dan juga neraka. Namun yang dimaksud di sini adalah surga, karena di akhir ayat disebutkan “orang yang bertakwa”. Surga ini kekal, karena disebutkan sebagai yang terakhir “الْآخِرَةُ”, tidak ada lagi kehidupan setelahnya. Disebutkan kata “تِلْكَ” yang berarti kata tunjuk jauh, untuk menunjukkan betapa tinggi dan berharganya surga. | تِلْكَ الدار الآخرة: |
Tidak menginginkan. Tapi yang dimaksud adalah “tidak melakukan” karena orang yang tidak menginginkan sesuatu tidak akan melakukannya. Namun redaksi ini menyebutkan bahwa sekedar menginginkan saja tidak dibolehkan. Ini menunjukkan betapa dilarangnya berbuat sombong. | لَا يُرِيدُونَ: |
Tinggi, sombong terhadap kebenaran atau terhadap orang mukmin yang lain. Kesombongan ini bisa dipahami lebih khusus dengan kesombongan karena kekuasaan dan kekayaan, seperti Karun. | عُلُوًّا: |
Berbuat kerusakan, yang dimaksudkan di sini adalah perbuatan maksiat. Kerusakan adalah lawan kata kebaikan. Sehingga kerusakan yang dimaksud di sini adalah hal-hal yang dilarang dalam syariat. Bisa juga bisa dipahami lebih khusus dengan kedhaliman penguasa, seperti Fir’aun. | فَسَادًا: |
Akhir sesuatu, yang dimaksud di sini adalah akhir yang baik, atau surga | وَالْعَاقِبَةُ: |
Pelajaran yang Dipetik
1. Ayat ini menunjukkan betapa indahnya surga, sehingga diungkapkan seakan sangat jauh dari kita.
2. Ayat ini memerintahkan kita bertawadhu’, sama seperti yang disebutkan dalam sebuah hadits:
إنه أوحي إلي أن تواضعوا، حتى لا يفخر أحد على أحد، ولا يبغي أحد على أحد
“Allah swt. menurunkan wahyu kepadaku agar kalian bertawadhu’, sehingga tidak ada yang membanggakan diri atas orang lain, dan tidak ada yang mendhalimi orang lain”
3. Kata “لَا يُرِيدُونَ” (Tidak menginginkan) menunjukkan:
Ø Kesombongan dan kerusakan itu berasal dari hati. Karena tempat ‘rasa ingin’ adalah hati. Orang yang mau merubah akhlaknya, hendaknya merubahnya mulai dari hati [Ar-Ra’du: 11].
Ø Amalan hati lebih baik daripada amalan anggota tubuh. Dosa hati juga lebih besar daripada dosa anggota tubuh.
Ø Kesombongan yang ada dalam hati menghalangi masuk surga.
لا يدخل الجنة من كان في قلبه مثقال ذرة من كبر، فقال رجل: إن الرجل يحب أن يكون ثوبه حسنا ونعله حسنة، فقال: إن اللّه جميل يحب الجمال، الكبر: بطر الحق، وغمط الناس
“’Orang yang di dalam hatinya ada kesombongan walaupun sebiji zarrah tidak akan masuk surga.’ Ada sahabat yang bertanya, ‘Tapi orang kadang ingin pakaian dan sandalnya baik. Bagaimana dengan orang seperti ini?’ Rasulullah saw. menjawab, ‘Sesungguhnya Allah indah dan mencintai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan mendhalimi orang lain.’”
4. Seseorang tidak disebut bertawadhu’ kalau tidak seluruh sikapnya mencerminkan tawadhu’:
Ø Tawadhu’ wajah: jika bertemu seseorang, Rasulullah saw. tidak memalingkan wajah sebelum kita orang itu memalingkan wajahnya dulu.
Ø Tawadhu’ berjabat tangan: jika berjabat tangan, Rasulullah saw. tidak melepas tangannya hingga orang itu melepaskan tangannya.
Ø Tawadhu’ salam: Rasulullah saw. memberikan salam dengan seluruh badannya. Tidak hanya dengan ucapan lisannya saja.
Ø Tawadhu’ majelis: kalau masuk majelis, Rasulullah saw. di mana saja ada tempat kosong
Ø Tawadhu senyuman: Rasulullah saw. berjabat dengan senyuman dulu sebelum berjabat dengan tangan beliau. Karena senyuman yang indah menunjukkan perasaan hati yang baik.
Ø Tawadhu pertemuan: ada seseorang datang kepada Rasulullah saw. dengan wajah berkeringan dan tangan bergemetar. Melihat hal itu, beliau berkata, “Janganlah takut kepadaku. Aku hanyalah seorang laki-laki yang dilahirkan perempuan yang makanannya seperti makanan kalian.
Ø Tawadhu berkendara: Rasulullah saw. lebih memilih keledai dalam banyak perjalanannya. Padahal beliau memiliki kuda dan unta.
Ø Tawadhu berandil: Rasulullah saw. ikut menggali parit. Ketika ada yang melarang, beliau menjawab, “Aku tahu kalian akan melarangku, tapi Allah membenci orang yang ingin diistimewakan.” Dalam sebuah perjalanan, beliau juga turut mencari kayu bakar.
Ø Tawadhu berpakaian: pakaian Rasulullah saw. baik dan bersih, tapi bukan untuk sombong.
Ø Tawadhu umur: Rasulullah saw. sering memboncengkan anak kecil, dan membimbing mereka turun dengan tangannya.
Ø Tawadhu jabatan: Rasulullah saw. bersujud ketika penaklukan kota Mekah.
Ø Tawadhu mendengar: Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah kalian memujiku seperti orang-orang Nasrani memuji Isa as. Panggillah aku sebagai “hamba Allah dan Utusan-Nya”
Ø Tawadhu’ kekuatan: Rasulullah saw. menjenguk orang sakit, makan di atas tanah, menerima undangan makan dari hamba sahaya, dan mengusap kepada anak-anak.