Menyikapi Bencana

Oleh:
Ust. Muhammad Sofwan Abbas, MA
Dosen Mahad Aly An-Nuaimy 

PB230251

BAGAIMANA SEORANG MUSLIM MENYIKAPI BENCANA?


ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ [الأنفال: 53]

Terjemah:
“Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [Al-Anfal: 53].

Tafsir dan Pelajaran yang Dipetik

Tidak semua bencana mengandung hikmah.
  • Bencana yang terjadi setelah berbuat ketaatan:
  1. ini mengandung hikmah, walaupun kadang tidak diketahui orang yang mengalaminya
  2. kalau kita ridha, Allah swt. pasti akan meningkatkan derajat.
  • Bencana yang terjadi setelah berbuat kemaksiatan:
  1. Ini adalah siksaan dari Allah swt.
  2. Tidak ada hikmahnya, memikirkan hikmah saat itu hanya akan membuat kita nyaman dengan kemaksiatan tersebut.
  3. Oleh karena itu, hendaknya bertobat kepada Allah swt.
Kemaksiatan juga bisa menghilangkan nikmat-nikmat dari Allah swt., dan kadang berubah menjadi siksaan. Allah swt. berfirman:

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ [الأنفال: 53]

“Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [Al-Anfal: 53].

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ [الرعد: 11]

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” [Ar-Ra’du: 11].

Ini merupakan sunnatullah jika kenikmatan yang dibalas dengan kemaksiatan. Sunnatullah adalah aturan-aturan Allah swt. Manusia, baik individu ataupun kelompok, akan tunduk kepada aturan Allah swt. Kondisi yang mereka alami merupakan hasil dari sikap, perbuatan, dan akhlak yang mereka lakukan. Sunnah ini pasti akan terjadi. Sama dengan sunnatullah dalam alam semesta, yang sering disebut dengan hukum alam. Api terasa panas membakar; sedangkan es terasa dingin membekukan; dan sebagainya.

Kenikmatan dari Allah swt. adalah apa yang membuat manusia merasa kecukupan, enak dan bahagia dalam hidupnya. Bisa berupa material seperti harta,rumah, air, tanah dan sebagainya; bisa juga berupa immaterial seperti hidayah, kemerdekaan, dan sebagainya.
  • Bagi orang yang beriman, nikmat digunakan untuk beramal kebaikan.
  • Sedangkan bagi orang yang tidak beriman, hal yang kita lihat baik, akan menjadi sebuah keburukan untuk mereka. ((فَلَا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كَافِرُونَ)) “Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.” [At-Taubah: 55].

Bahkan kemaksiatan bisa membinasakan sebuah kaum yang sebelumnya makmur dan sejahtera. Mereka telah mengubah (مَا بِأَنْفُسِهِمْ) “apa yang ada pada diri mereka sendiri”. Mereka tidak bersyukur kepada Allah swt. Sebaliknya mereka kufur kepada Allah swt. Menutupi nikmat Allah swt. dengan mengingkarinya; bersikap seakan tidak mendapatkan nikmat; seakan apa yang didapatnya bukan pemberian dari Allah swt.; dan nikmat tersebut digunakan untuk melakukan maksiat.

Allah swt. berfirman
((وَضَرَبَ اللّهُ مَثَلاً قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُّطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَداً مِّن كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللّهِ فَأَذَاقَهَا اللّه لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُواْ يَصْنَعُونَ))
“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk) nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” [An-Nahl: 112].

Ini menunjukkan keadilan Allah swt.; tidak menyiksa atau merampas nikmat tanpa alasan. Kaum-kaum tersebut menjadi sengsara karena memang telah melakukan kesalahan. Allah swt. berfirman ((وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ)) “Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” [Asy-Syura: 30]

Bisa juga bencana itu datang karena dosa orang lain, yang dibiarkan dengan sikap acuh tak acuh semua orang. Allah swt. berfirman ((وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ)) “Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang lalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” [Al-Anfal: 25].

Air adalah kenikmatan dari Allah swt. untuk seluruh kehidupan:

  • Hujan adalah rahmat ((وَهُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ الْغَيْثَ مِنْ بَعْدِ مَا قَنَطُوا وَيَنْشُرُ رَحْمَتَهُ وَهُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ)) “Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji.” [Asy-Syuraa: 28].
  • Turunnya hujan membawa kebahagiaan ((فَإِذَا أَصَابَ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ)) “Maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira.” [Ar-Ruum: 48].
  • Hujan membawa rezeki ((وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ)) “Dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu.” [Al-Baqarah: 22].
  • Air hujan adalah keberkahan ((وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا فَأَنْبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ)) “Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam.” [Qaaf: 9]. Berkah adalah kebaikan yang banyak.
  • Kadarnya sudah ditentukan Allah swt. ((وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلَّا بِقَدَرٍ مَعْلُومٍ)) “Dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.” [Al-Hijr: 21]. Air yang diturunkan sama kadarnya dengan air yang dinaikkan dan diuapkan. Turunnya pun tidak berlebihan.
Tapi walaupun begitu, air hujan juga bisa menjadi:

  • Memberi peringatan ((وَلَقَدْ صَرَّفْنَاهُ بَيْنَهُمْ لِيَذَّكَّرُوا فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلَّا كُفُورًا)) “Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (daripadanya); maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari (nikmat).” [Al-Furqan: 50]. Yaitu agar kita memahami pelajaran itu lalu bertobat. Banjir mungkin adalah bencana, tapi bencana yang lebih besar lagi bila kita tidak memahami pesan yang dibawanya. Lalu berubah.
  • Salah satu tentara Allah swt. ((وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ)) “Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu, atau yang lainnya); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu.” [Al-A’raf: 84].
Oleh karena itu, ketika kita ingin mendatangkan kenikmatan dari Allah swt., hendaknya usaha yang dilakukan tidak hanya bersifat materi, tapi juga immateri.
  • Usaha material, seperti: bekerja, belajar, berlatih, menyiapkan perlengkapan, dan sebagainya. Kita harus memahami bencana dengan positif, bahwa bencana adalah pesan dari Allah swt. agar kita berubah. Dengan jujur kita mencari apa kira-kira perubahan yang telah membawa pergi kenikmatan dan mendatangkan kemalangan. 
  • Usaha yang bersifat immaterial, seperti: keimanan, keikhlasan, kesolehan, doa, tawakkal, mengharap surga, dan sebagaianya. Allah swt. berfirman: ((وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ)) “Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” [Al-A'raf: 96].
  • Hendaknya kita saling tolong-menolong. Ketika saudara kita terkena musibah, jangan sekali-kali mengatakan mereka sedang disiksa Allah swt. Karena ayat-ayat di atas kebanyakan adalah tentang orang-orang kafir. Nasihat yang tepat adalah bahwa bencana ini adalah teguran, agar kita semua kembali kepadanya, berubah menjadi lebih shalih.
Doa-doa dalam Menghadapi Bencana:

لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ.
Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim."

اللهم أصلح لنا ديننا الذي هو عصمة أمرنا، وأصلح لنا دنيانا التي فيها معاشنا، وأصلح لنا آخرتنا التي إليها مردنا، واجعل الحياة زاداً لنا من كل خير، واجعل الموت راحة لنا من كل شر، مولانا رب العالمين.
Ya Allah, perbaikilah keadaan keberagamaan kami, karena di situlah keselamatan kami. Perbaikilah keadaan keduniaan kami, karena di situlah kehidupan kami. Perbaikilah akhirat kami, karena kepadanyalah kami akan pergi. Jadikanlah hidup kami untuk menambah kebaikan. Jadikanlah mati kami untuk menghentikan keburukan. Ya Allah, ya Rabbal ‘alamin.

اللهم إني عبدك ، و ابن عبدك ، و ابن امتك ، ناصيتي بيدك ، ماض في حكمك ، عدل في قضاؤك ، أسألك بكل اسم هو لك سميت به نفسك ، أو علمته أحدا من خلقك ، أو أنزلته في كتابك ، أو استاثرت به في علم الغيب عندك ، أن تجعل القرآن ربيع قلبي ، و نور صدري ، و جلاء حزني ، و ذهاب همي
Ya Allah, aku adalah hamba-Mu, aku adalah anak hamba-Mu, aku adalah anak hamba perempuan-Mu, ubun-ubunku ada di tangan-Mu, segala yang berlaku padaku adalah keputusan-Mu, aku pantas menerima hukuman dari-Mu. Aku mohon kepada-Mu demi semua nama yang Engkau berikan pada-Mu, semua nama yang Engkau ajarkan kepada seseorang dari hamba-Mu, semua nama yang Engkau tuliskan dalam kitab-Mu, semua nama yang Engkau simpan dalam pengetahuan-Mu... jadikanlah Al-Qur’an penyejuk hatiku, jadikanlah Al-Qur’an cahaya hatiku, jadikanlah Al-Qur’an pengusir kesedihanku, dan jadikanlah AL-Qur’an obat kebingunganku.

اللهم لا تؤمنا مكرك، ولا تهتك عنا سترك، ولا تنسنا ذكرك يا رب العالمين.
Ya Allah, janganlah Engkau arahkan kepada kami makar-Mu, janganlah singkap dari kami pertolongan-Mu, janganlah Engkau membuat kami lupa mengingat-Mu.

إِنَّا للَّهِ وَإِنَّا إِليهِ رَاجِعُونَ : اللَّهمَّ أجرنا في مُصِيبَتنا ، وَاخْلُف لنا خَيْراً مِنْهَا
Kita semua adalah milik Allah, dan kepadanyalah kita akan dikembalikan. Ya Allah, berilah kami pahala dalam musibah kami, dan berilah kami ganti yang lebih baik daripada milik-milik kami yang hilang dan rusak.


اللهم فرج عنا وعن المسلمين مانحن فيه

Ya Allah, keluarkanlah kami dan semua umat Islam dari penderitaan musibah ini.

Moh Sofwan,
Pengajian Tafsir Masjid Raudhatul Jannah RCTI, Kebon Jeruk, 21 Januari 2013
Berbagi itu indah: :
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Copyright © 2011. Mahad Aly An-Nuaimy - All Rights Reserved
Template by Creating Website