MAKNA DAN KESEMPURNAAN
ISLAM
”....Pada
hari ini Telah Kusempurnakan untuk kamu Agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam menjadi agama bagimu...”. (Al-Maidah[5]:3)
S
|
uatu saat datanglah para pemuka Yahudi menghadap
Rasulullah SAW. Mereka terdiri dari Abdullah bin Salam, Tsa’labah ibnu Yamin,
Asad bin Ka’ab, Usaid bin Ka’ab, Sa’id bin ’Amru dan Qais bin Zaid. Tujuan
kedatangan mereka adalah untuk memeluk Agama Islam, tetapi dengan suatu syarat
tertentu.
”Ya
Rasulullah, hari Sabtu adalah hari yang kami hormati, maka
biarkanlah kami tetap menghormatinya. Sesungguhnya kitab Taurat adalah kitab
Allah juga, maka biarkanlah kami menjalankannya di malam hari”,
demikian permintaan mereka.
Atas permintaan mereka itu, Allah SWT
langsung memberikan jawaban dengan menurunkan ayat:
”Hai orang-orang
yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan (kaffah), dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu
musuh yang nyata bagimu.” (Al-Baqarah[2]:208)
Allah SWT menolak permintaan para pemuka
Yahudi tersebut, yang ingin masuk Islam dengan syarat tetap menghormati hari Sabtu dan
tetap menjalankan Taurat di malam hari. Jika ingin masuk Islam, harusnya
masuklah dengan keseluruhan (kayak mandi, kalo sudah basah
seluruh badan kan seger....); nggak
mencampurkannya dengan yang lain. Masuklah ke dalam ajaran Islam secara
keseluruhan, jangan diterima sebagian dan menolak sebagian yang lain.
Totalitas deh...!
Mengenal Islam? Aneh barangkali ketika
kita mendengar ajakan ini (sudah berapa tahun ya kita memeluk
Islam ini?). Sebagai seorang muslim, tentunya kita tidak asing
dengan Islam: Agama, keyakinan, dan juga sistem hidup kita.
Seolah-olah ajakan ini tidak ditujukan untuk kita, tetapi untuk mereka yang belum
mengenal Islam sama sekali, atau mereka yang masih ragu dan perlu penjelasan
yang lebih detail tentangnya sehingga dapat menyingkap tabir kegelapan, serta
memberikan kejelasan sehingga tidak ada lagi kebingungan pada dirinya.
Akhir-akhir ini, banyak orang Islam yang
salah mengartikan Islam sehingga salah pula mengamalkan ajaran-ajarannya.
Mengapa ini terjadi? Hal ini disebabkan
karena kurangnya pengetahuan mereka akan Islam dan adanya pengaruh dari
musuh-musuh Islam. Mereka berpandangan,
bahwa Islam tidak lebih hanyalah Agama akhirat yang mengatur tata cara
beribadah kepada Allah, sholat, puasa, atau bahkan ada yang beranggapan bahwa
Islam digunakan hanya untuk mengusir setan. Mereka beranggapan bahwa Islam
tidak ada hubungannya dengan masalah kehidupan sehari-hari misal sikap
sehari-hari, makan, minum, berpakaian, pergaulan, apalagi untuk politik,
ekonomi, kemasyarakatan, pemerintahan, dan lain-lain. Islam tidak hanya
dipandang sebagai akidah atau keyakinan saja, tetapi juga akhlak (sikap),
tingkah laku, perasaan (emosi), keluarga dan masyarakat. (wah.. semoga
kita tidak termasuk golongan yang ini nih... amin).
Nah.. bagaimana
sih para ulama’ mendefinisikan ad-din
atau agama itu
sendiri? Para ulama’ mendefinisikan ad-din
sebagai peraturan Ilahi yang mengendalikan orang-orang yang memiliki akal
sehat untuk sukarela kepada kebaikan hidup di dunia dan keberuntungan di
akherat. Kalau kita perhatikan,
Islam adalah agama yang menyeluruh , lengkap, dan sempurna. Mulai dari
sikap ketika makan, berapa kunyahan setiap suapannya, sampai kaki mana yang
harus dilangkahkan terlebih dahulu ketika memasuki kamar mandi. Tidak ada agama
selain Islam yang mengatur selengkap itu. Itu karena Islam memang berasal dari
Yang Maha Menciptakan kita.
Analoginya gini.. kalau
ada suatu barang, siapakah yang paling tahu tentang seluk-beluk barang itu, apa
manfaatnya, apa kerugiannya, terbuat dari bahan apa saja, apa kelebihannya, apa
kekurangannya, sampai bagaimana seharusnya kita memperlakukan barang itu dan
apa yang menjadi pantangan dalam perlakuan kita terhadap barang itu. Siapakah
yang paling tahu tentang itu semua? Ya tidak ada yang
lain selain pembuat barang itu sendiri. Sehingga hampir semua barang terdapat
aturan pakainya. Sama halnya dengan kita. Yang Menciptakan kita adalah Allah. So.. yang
paling tahu tentang seluk-beluk kita adalah
Allah SWT. Allah SWT memberikan panduan yang sangat lengkap berupa Al Qur-an untuk kita jalani. Agar kita tetap
selamat dan lebih optimal dalam menjalani kehidupan ini. Dengan berserah diri
dan tunduk hanya kepada Allah, maka manusia akan mendapatkan kebahagiaan dan
kedamaian di dunia dan akhirat.
Sebenarnya, kata
“ISLAM” itu sendiri diambil dari bahasa Arab. Secara bahasa (etimologi), Islam
memiliki beberapa makna, yaitu:
a.
Menundukkan atau menghadapkan wajah (Aslama)
Menundukkan
wajah bukan berarti kemana-mana melihat kebawah terus loh.., bukan
juga berarti tidak pernah menyapa orang lain karena saking tunduk dan
khusyuknya kita meresapi hidup sebagai seorang muslim. Menundukkan wajah
berarti ikhlas menyerahkan diri kepada Allah SWT. Bahwa memang Allah lah yang
paling pantas menetapkan aturan-aturan hidup buat kita.
Firman Allah:
وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ
أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا
وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا
”Dan
siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan
dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama
Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.” (An Nisaa'[4]:125)
b.
Berserah diri (Al-Istislaam)
Secara fitrah
(kodrat) semua yang di ciptakan Allah, dari benda sebesar atom sampai alam
semesta ini berserah diri secara total kepada Allah. Kalau kita enggan
berserah diri, maka sesungguhnya kita bisa diartikan sedang menandatangani
piagam persetujuan terhadap kebinasaan diri kita sendiri. Ngeri nggak..
sebagaimana firman Allah:
أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ
وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ
يُرْجَعُونَ
”Maka
apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah
menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun
terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.” (Ali 'Imran[3]:83)
Contoh orang-orang yang tidak berserah diri adalah kaum
Nabi Luth AS, yaitu kaum Sodom. Secara fitrah semestinya
laki-laki berpasangan dengan perempuan, namun mereka melanggarnya sehingga
Allah mengazab mereka tanpa sisa. Seperti tergambar dalam Firman Allah surah Huud[11]:82.
c.
Bersih, suci (As-Salamah)
Pengertian ini
mencerminkan ajaran Islam yang mementingkan kebersihan. Tidak hanya kebersihan
hati atau ruhiyah saja tapi juga
kebersihan tubuh, tempat tinggal, kebersihan harta yang diperoleh, juga bersih
dalam berinteraksi dengan orang lain (bermuamalah). Firman Allah yang artinya:
وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ * وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ
”Dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa
tinggalkanlah.” (Al-Mudatstsir[74]:4-5)
d. Selamat, sejahtera (As-Salaam)
Ketika
orang-orang Islam mengikuti aturan Allah, menjalani perintah dan menjauhi
segala larangannya, maka keselamatan dan kesejahteraan akan senantiasa mengelilingi
hidupnya. Implementasinya adalah ketika kita mengucapkan ”Assalaamu ’alaikum warahmatullahi wabarakaatuhu” (semoga keselamatan dan rahmat Allah serta
berkah terlimpah atasmu) kepada saudara-saudara kita. Sejatinya kita sedang
mendo’akan saudara sesama muslim sepanjang hari sampai berjumpa kembali. Kalau
cuma mengucapkan selamat pagi, siang atau sore, maka hanya berlaku pada saat
itu saja.
”Apabila
orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat kami itu datang kepadamu, Maka
Katakanlah: "Salaamun alaikum”. Tuhanmu Telah menetapkan atas Diri-Nya
kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara
kamu lantaran kejahilan, Kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan
mengadakan perbaikan, Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Al-An’am[6]:54)
e. Perdamaian (As-Silmu)
Islam
mengajarkan perdamaian, Islam nggak
mengajarkan kekerasan dan peperangan kecuali untuk menegakkan agama Allah, jadi
kita nggak boleh
terkecoh oleh isu terorisme yang diidentikkan dengan Islam. Itu semua sangat
bertentangan dengan ajaran Islam. Untuk berperang saja dalam Islam ada
aturannya, yakni: dilarang membunuh hewan ternak dan menebang pepohonan selama
menuju medan peperangan, dilarang membunuh wanita, anak-anak
dan orang-orang yang tidak berdaya (orang tua).
”Dan
jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha mendengar lagi Maha
Mengetahui. ” (Al-Anfaal[8]:61)
f.
Tangga, bertahap (Sullam)
Proses
penciptaan makhluk hidup, baik itu manusia, hewan dan tumbuhan ada tahapannya.
Begitu juga dengan proses penciptaan alam semesta ini. Ini menunjukkan bahwa
Islam sangat mementingkan akan proses yang bertahap. Sebab kebertahapan akan
menciptakan keteraturan, dan keteraturan akan menciptakan kedamaian dan
kebahagiaan.
”Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa
yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas
'Arsy, tidak ada bagi kamu selain dari pada-Nya seorang penolongpun dan tidak
(pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?. ” (As-Sajdah[32]:4)
Secara terminologis
(istilah) Islam adalah ketundukan kepada wahyu Ilahi yang
diturunkan kepada para nabi dan rasul, khususnya nabi
Muhammad SAW, sebagai hukum atau aturan Allah SWT yang membimbing umat manusia
ke jalan yang lurus menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Pada umumnya
nama agama kan
disandarkan pada nama penyeru atau nama asal munculnya bener
nggak? Misalnya Budha diambil dari nama pencetusnya, yaitu
Budha (Sidartha Gautama), Kristen dari Kristus, atau istilah lainnya Nasrani
(karena Yesus lahir di daerah Nazaret). Para orientalis yang memusuhi Islam
menyebut Islam dengan sebutan Muhammadanisme, yang maknanya Islam sebagai
ajaran dari Muhammad. Islam bukanlah Muhammadanisme, melainkan adalah nama yang
langsung diberikan oleh Allah SWT; dienul
Islam. Sebagaimana firman Allah:
”Sesungguhnya
agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang
yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena
kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap
ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (Ali Imran[3]:19)
Agama Islam
merupakan wahyu dari Allah SWT untuk umat manusia, yang diturunkan melalui nabi
dan rasul-Nya. Ajaran yang di bawa oleh seluruh nabi dan rasul dari nabi Adam AS
sampai Rasulullah Muhammad SAW adalah Islam, yaitu menyeru untuk bertauhid
meng-Esa-kan Allah SWT. Karena itu, agama ini sering disebut sebagai diinullah
(agama Allah). Orisinalitas ajarannya bebas dari penambahan dan pengurangan
manusia, serta bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Sebagai sumber ajaran
Islam, Al Qur-an telah memperoleh jaminan penjagaan dari Allah SWT. Sebagaimana
firmannya yang artinya:
“Sesungguhnya Kami-lah yang
menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (Al Hijr[15]:9)
Berbeda dengan agama
samawi (agama yang datang dari Allah)
lainnya, yakni Yahudi dan Nasrani. Pada saat ini, agama Yahudi dan Nasrani
sudah tidak asli lagi, karena telah banyak campur tangan manusia di dalamnya.
Sehingga agama tersebut bukan merupakan diinullah
lagi. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya:
”Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan
dari tempat-tempatnya...” (An-Nisa’[4]:46)
”Dan diantara orang-orang yang mengatakan:
"Sesungguhnya kami Ini orang-orang Nasrani", ada yang telah Kami
ambil perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa
yang mereka telah diberi peringatan dengannya; Maka kami timbulkan di antara
mereka permusuhan dan kebencian sampai hari kiamat. Dan kelak Allah akan
memberitakan kepada mereka apa yang mereka kerjakan.” (Al-Maidah[5]:14)