Kewajiban Bertaubat dan Urgensinya
Oleh : Dr.Yusuf Al Qaradhawi
Taubat dari dosa yang dilakukan
oleh seorang mu'min --dan saat itu ia sedang berusaha menuju kepada Allah SWT
-- adalah kewajiban agama. Diperintahkah oleh Al Quran, didorong oleh sunnah,
serta disepakati kewajibannnya oleh seluruh ulama, baik ulama zhahir maupun
ulama bathin. Atau ulama fiqh dan ulama suluk.
Hingga Sahl bin Abdullah berkata:
Barangsiapa yang berkata bahwa taubat adalah tidak wajib maka ia telah kafir,
dan barangsiapa yang menyetujui perkataan seperti itu maka ia juga kafir. Dan
ia berkata: "Tidak ada yang lebih wajib bagi makhluk dari melakukan
taubat, dan tidak ada hukuman yang lebih berat atas manusia selain ketidak
tahuannya akan ilmu taubat, dan tidak menguasai ilmu taubat itu (Di sebutkan
oleh Abu Thalib Al Makki dalam kitabnya Qutul Qulub, juz 1 hal. 179).
Taubat dalam Al Quran
Al Quran memberi perhatian yang
besar terhadap taubat dalam banyak ayat-ayat yang tersebar dalam surah-surah
Makkiah atau Madaniah. Kita akan membaca ayat-ayat itu nantinya, insya Allah.
"Bertaubatlah kepada Allah SWT
dengan Taubat yang semurni-murninya".
Di antara perintah yang paling
tegas untuk melaksanakan taubat dalam Al Quran adalah firman Allah SWT:
"Hai orang-orang yang beriman,
bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan
Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam
surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak
menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya
mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka
mengatakan: "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan
ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu" (QS.
At Tahrim: 8).
Ini adalah perintah yang lain dari
Allah SWT dalam Al Quran kepada manusia untuk melakukan taubat dengan taubat
nasuha: yaitu taubat yang bersih dan benar.
Perintah Allah SWT dalam Al Quran
itu menunjukkan wajibnya pekerjaan ini, selama tidak ada petunjuk lain yang
mengindikasikan pengertian selain itu. Sementara dalam ayat itu tidak ada
petunjuk yang lain itu. Oleh karena itu, hendaknya seluruh kaum mu'min berusaha
untuk menggapai dua hal atau dua tujuan yang pokok ini. Yaitu:
1. Menghapuskan dosa-dosa
2. Masuk ke dalam surga.
Seluruh individu muslim amat
membutuhkan dua hal ini:
Pertama: agar
kesalahannya dihapuskan, dan dosa-dosanya diampunkan. Karena manusia,
disebabkan sifat kemanusiaannya, tidak mungkin terbebas dari kesalahan dan
dosa-dosa. Itu bermula dari kenyatan elemen pembentukan manusia tersusun dari
unsur tanah yang berasal dari bumi, dan unsur ruh yang berasal dari langit.
Salah satunya menarik ke bawah
sementara bagian lainnya mengajak ke atas. Yang pertama dapat menenggelamkan
manusia pada perangai binatang atau lebih buruk lagi, sementara yang lain dapat
mengantarkan manusia ke barisan para malaikat atau lebih tinggi lagi.
Oleh karena itu, manusia dapat
melakukan kesalahan dan membuat dosa. Dengan kenyataan itu ia membutuhkan
taubat yang utuh, sehingga ia dapat menghapus kesalahan yang diperbuatnya.
Kedua: agar ia
dapat masuk surga. Siapa yang tidak mau masuk surga? Pemikiran yang paling
berat menghantui manusia adalah: akan masuk kemana ia nantinya di akhirat. Ini
adalah masalah ujung perjalanan manusia yang paling penting: apakah ia akan
selamat di akhirat atau binasa? Apakah ia akan menang dan bahagia ataukah ia
akan mengalami kebinasaaan dan penderitaan? Keberhasilan, kemenangan dan
kebahagiaan adalah terdapat dalam surga. Sedangkan kebinasaan, kekecewaan serta
penderitaan terdapat dalam neraka:
"Barangsiapa dijauhkan dari
neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh dia telah beruntung.
Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan" (QS.
Ali Imran: 185.).
Bertaubatlah Kalian Semua Kepada Allah SWT, Wahai Orang-2 yg Beriman
Di antara ayat Al Quran yang
berbicara tentang taubat adalah firman Allah:
"Dan bertaubatlah kamu
sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung"
(QS. An-Nur: 31).
Dalam ayat ini, Allah SWT
memerintahkan kepada seluruh kaum mu'minin untuk bertaubat kepada Allah SWT,
dan tidak mengecualikan seorangpun dari mereka. Meskipun orang itu telah
demikian taat menjalankan syari'ah, dan telah menanjak dalam barisan kaum
muttaqin, namun tetap ia memerlukan taubat. Di antara kaum mu'minin ada yang
bertaubat dari dosa-dosa besar, jika ia telah melakukan dosa besar itu. Karena
ia memang bukan orang yang ma'shum (terjaga dari dosa).
Di antara mereka ada yang bertaubat
dari dosa-dosa kecil, dan sedikit sekali orang yang selamat dari dosa-dosa
macam ini. Dari mereka ada yang bertaubat dari melakukan yang syubhat. Dan
orang yang menjauhi syubhat maka ia telah menyelamatkan agama dan nama baiknya.
Dan diantara mereka ada yang bertaubat dari tindakan-tindakan yang dimakruhkan.
Dan di antara mereka malah ada orang yang melakukan taubat dari kelalaian yang
terjadi dalam hati mereka. Dan dari mereka ada yang bertaubat karena mereka
berdiam diri pada maqam yang rendah dan tidak berusaha untuk mencapai maqam
yang lebih tinggi lagi.
Taubat orang awam tidak sama dengan
taubat kalangan khawas, juga tidak sama dengan taubat kalangan khawas yang
lebih tinggi lagi. Oleh karena itu ada yang mengatakan: "Kebaikan kalangan
abrar adalah kesalahan orang-orang kalangan muqarrabin!" Namun, dalam ayat
itu, semua mereka diperintahkan untuk melakukan taubat, agar mereka selamat.
Pengarang kitab Al Qamus memberikan
komentar atas ayat ini dalam kitabnya (Al Bashair): Ayat ini terdapat dalam
kelompok surah Madaniyyahh . Allah tujukan kepada kaum yang beriman dan kepada
makhluk-makhluk-Nya yang baik, agar mereka bertaubat kepada-Nya, setelah mereka
beriman, sabar, hijrah dan berjihad.
Kemudian mengaitkan keberuntungan dengan
taubat "agar kalian beruntung". Yaitu mengaitkan antara sebab dengan
yang disebabkan. Dan menggunakan dengan 'adat' "la'alla" untuk
memberikan pengertian pengharapan. Yaitu jika kalian bertaubat maka kalian
diharapkan akan mendapatkan keberuntungan, dan hanya orang yang bertaubat yang
berhak mengharapkan keberuntungan itu.
Sebagian ulama suluk berkata:
Taubat adalah wajib bagi seluruh manusia, hingga bagi para nabi dan wali-wali
sekalipun. Dan janganlah engkau duga bahwa taubat hanya khusus untuk Adam a.s.
saja. Allah SWT befirman:
"Dan durhakalah Adam kepada
Tuhan dan sesatlah ia, kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya
dam memberinya petunjuk" (QS. Thahaa: 121-122).
Namun ia adalah hukum yang azali
dan tertulis bagi umat manusia sehingga tidak mungkin dapat diterima
sebaliknya. Selama sunnah-sunnah (ketentuan) Ilahi belum tergantikan. Maka
kembali --yaitu dengan bertaubat-- kepada Allah SWT bagi setiap manusia adalah
amat urgen, baik ia seorang Nabi atau orang yang berperangai seperti babi, juga
bagi wali atau si pencuri. Abu Tamam berkata:
"Jangan engkau sangka hanya
Hindun yang berhianat, itu adalah dorongan peribadi dan setiap orang dapat
berlaku seperti Hindun!
Perkataan itu didukung oleh hadits:
"Seluruh kalian adalah pembuat
salah dan dosa, dan orang yang berdosa yang paling baik adalah mereka yang
sering bertaubat". Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan lainnya dari
Anas. Juga taubat itu adalah wajib bagi seluruh manusia. Ia wajib dalam seluruh
kondisi dan secara terus menerus. Pengertian itu dipetik dari dalil yang umum,
Allah SWT berfirman: " dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah".
Karena manusia tidak mungkin terbebaskan dari dosa yang diperbuat oleh anggota
tubuhnya. Hingga para nabi dan orang-orang yang saleh sekalipun. Dalam Al Quran
dan hadits disebutkan tentang dosa-dosa mereka, serta taubat dan tangisan sesal
mereka.
Jika suatu saat orang terbebas dari
maksiat yang dilakukan oleh tubuhnya, maka ia tidak dapat terlepas dari
keinginan berbuat maksiat dalam hatinya. Dan jikapun tidak ada keinginan itu,
dapat pula ia merasakan was-was yang ditiupkan oleh syaitan sehingga ia lupa
dari dzikir kepada Allah SWT. Dan jika tidak, dapat pula ia mengalami kelalaian
dan kurang dalam mencapai ilmu tentang Allah SWT, sifat-sifat-Nya serta
perbuatan-perbuatan-Nya.
Semua itu adalah kekurangan dan masing-masing
mempunyai sebabnya. Dan membiarkan sebab-sebab itu dengan menyibukkan diri
dengan pekerjaan yang berlawanan berarti mengembalikan diri ke tingkatannya
yang rendah. Dan manusia berbeda-beda dalam kadar kekurangannya, bukan dalam
kondisi asal mereka (Lihat: Syarh Ainul Ilmi wa Zainul Hilm, juz 1 hal. 175.
Kitab ini adalah mukhtasar (ringkasan) kitab Ihya Ulumuddin).
Orang yang tidak Bertaubat adalah Orang yang Zhalim
Allah SWT berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman,
janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka
(yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan
pula wanita -wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita yang lain (karena) boleh
Jadi wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang
mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan kamu panggil
memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk pangggilan ialah
(panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka
mereka itulah orang-orang yang zalim." (QS .Al Hujurat: 11)
Setelah Allah SWT melarang kaum
mu'minin untuk mencela seorang muslim --baik ia laki-laki atau perempuan--
serta mengejeknya dengan ucapan yang menyakitkan atau membuatnya susah; dan
al-Quran menganggap orang yang mengejek sesama muslim sebagai orang yang
mengejek dirinya sendiri, karena kaum muslimin adalah seperti satu tubuh;
Al-Quran juga melarang untuk saling panggil memanggil dengan panggilan yang
buruk yang tidak disenangi orang. Perbuatan itu semua akan memindahkan manusia
dari derajat keimanan ke derajat kefasikan. Dari seorang mu'min menjadi seorang
fasik, dan nama yang paling buruk setelah keimanan adalah kefasikan itu.
Kemudian Allah SWT berfirman:
"Dan barang siapa yang tidak
bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim". Ini adalah dalil
akan kewajiban bertaubat. Karena jika ia tidak bertaubat maka ia akan menjadi
orang-orang zhalim. Dan orang-orang yang zhalim tidak akan beruntung.
"Sesungguhnya orang-orang yang
zalim tidak akan beruntung." (QS. Yusuf: 23)
Juga tidak dicintai Allah SWT:
"Dan Allah tidak menyukai
orang-orang yang zalim."( QS. Ali 'Imran: 57).
Serta mereka tidak mendapatkan
petunjuk dari Allah SWT:
"Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (QS. Al Maidah: 51).
Dan mereka juga tidak selamat dari
api neraka:
"Dan tidak ada seorangpun
daripadamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu
kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami menyelamatkan orang-orang yang
bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan
berlutut." (QS. Maryam: 71-72.).
Ayat-ayat yang lain:
Di antara ayata-yat Al Quran yang
mengajak kepada taubat dan menganjurkannya, serta menjelaskan keutamaannya dan
buahnya adalah firman Allah SWT:
"Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (QS.
Al Baqarah: 222).
Mengajak Kaum Musyrikin dan Kaum Kafir untuk Bertaubat
Di antara ayat-ayat Al Quran ada
yang mengajak kaum musyrikin untuk bertaubat, serta membukan pintu bagi mereka
untuk bergabung dalam masyarakat muslim, serta menjadi saudara seiman mereka.
Seperti firman Allah SWT dalam surah at-Taubah setelah memerintahkan untuk
memerangi kaum musyrikin yang melanggar perjanjian damai:
"Jika mereka bertaubat dan
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka
untuk berjalan sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS.
at-Taubah: 5).
"Jika mereka bertaubat,
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah
saudara-saudaramu seagama." (QS. At-Taubah: 11)
Al Quran juga mengajak orang-orang
Kristen untuk bertaubat dari perkataan mereka tentang ketuhanan al Masih atau
ia sebagai satu dari tiga oknum tuhan! Sedangkan ia sebetulnya hanyalah seorang
hamba Allah. Dan baginya telah terjadi apa yang terjadi bagi manusia biasa.
Serta Al Quran mengajak untuk menyembah Allah SWT saja.
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya telah kafirlah
orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah al Masih putera
Maryam", padahal al-Masih (sendiri) berkata: "Hai bani Israil,
sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu" Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya
surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu
seorang penolongpun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "
bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan yang Esa. Jika mereka tidak berhenti
dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka
akan ditimpa siksaan yang pedih. Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada
Allah dan memohon ampun kepadaNya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang." (QS. Al Maidah: 72-74 ).
Bahkan Allah SWT Yang Maha Pemurah
juga membuka pintu taubat bagi orang-orang kafir yang telah demikian keji
menyiksa kaum mu'mimin dan mu' minat, serta telah melemparkan kaum mu'minin itu
ke dalam api yang panas:
"Yang berapi (dinyalakan
dengan) kayu bakar. Ketika mereka duduk di sekitarnya. Sedang mereka
menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang beriman." (QS.
al Buruj: 5-7.)
Allah SWT berfirman setelah menyebutkan
kisah mereka itu, bahwa mereka membenci kaum mu'minin itu semata karena kaum
mu'minin beriman kepada Allah SWT semata.
Allah SWT befirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang
mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mu'min laki-laki dan perempuan kemudian
mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab jahannam dan bagi mereka azab
(neraka) yang membakar." (QS. al Buruuj: 10).
Hasan al Bashri mengomentari ayat
ini: "lihatlah kedermawanan dan kemurahan Allah SWT ini: mereka membunuh
para wali-Nya, dan Dia kemudian mengajak mereka itu untuk bertaubat dan meminta
ampun kepada-Nya!."
Hingga kemurtadan --yaitu orang
yang kafir setelah iman- taubat mereka masih dapat diterima. Allah SWT
berfirman:
"Bagaimana Allah akan
menunjuki suatu kaum yang kafir sesudah mereka beriman, serta mereka telah
mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad) benar-benar rasul, dan
keterangan-keteranganpun telah datang kepada mereka? Allah tidak menunjukki
orang-orang yang zalim. Mereka itu balasannya ialah: Bahwasanya la'nat Allah
ditimpakan kepada mereka, (demikian pula) la'nat para malaikat dan manusia
seluruhnya. Mereka kekal di dalamnya, tidak diringankan siksa dari mereka, dan
tidak (pula) mereka diberi tangguh, kecuali orang-orang yang taubat, sesudah
(kafir) itu dan mengadakan perbaikan. Karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang." (QS. Ali Imran: 86-89.)
Pustaka Islami
Diambil dari: at
Taubat Ila Allah - Penerjemah: Abdul Hayyie al Kattani