IMAN KEPADA TAKDIR
الحمد
لله الذي خلق كل شيء فقدره تقديرا وجرت الأمور على ما يشاء حكمة وتدبيرا
ولله ملك السماوات والأرض وإليه يرجع الأمر كله ولن تجد من دونه وليا ولا
نصيرا - وأشهد أن لا إله إلا الله له الملك وله الحمد وكان الله على كل شيء
قديرا وأشهد أن محمدا عبده ورسوله أرسله بين يدي الساعة بشيرا ونذيرا
وداعيا إلى الله بإذنه وسراجا منيرا صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه
وأتباعهم وسلم تسليما كثيرا .
أما بعد, أيها الناس : اتقوا الله, اتقوا الله تعالى وآمنوا به, لعلكم تفلحون.
قال تعالى في كتابه الكريم, وهو أصدق القائلين:
أعوذ
بالله من الشيطان الرجيم – بسم الله الرحم الحيم { مَا أَصَابَ مِنْ
مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ
قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ }{ لِكَيْ لَا
تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ }
وقال
رسول الله: (( ... واعلم أن الأمة لو اجتمعت على أن ينفعوك بشيء لم ينفعوك
إلا بشيء قد كتبه الله لك ولو اجتمعوا على أن يضروك بشيء لم يضروك إلا
بشيء قد كتبه الله عليك رفعت الأقلام وجفت الصحف )) حديث حسن صحيح - سنن
الترمذي ج4:ص667
Hukum Iman kepada Taqdir
Jama’ah jum’ah rahimakumullah …
Salah
satu rukun iman yang wajib diimani oleh setiap muslim adalah beriman
kepada takdir yang baik maupun yang buruk. Karena iman seseorang tidak
akan sempurna sebelum ia beriman kepada takdir. Sedangkan imannya kepada
takdir tidak akan sempurna sampai ia beriman kepada empat hal.
Pertama,kita
wajib mengimani ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu, karena
sesungguhnya Allah swt. Maha Tahu atas segala sesuatu. Allah Maha Tahu
segala-galanya, baik yang kecil maupun yang besar, yang tersembunyi
maupun yang nampak. Tidak ada sesuatupun di bumi ataupun di langit yang
luput dari pengetahuan Allah.
Kedua, kita wajib mengimani bahwa Allah menulis takdir tiap-tiap sesuatu - dari permulaan sampai hari kiamat - di lauhul mahfuzh,
dan itu jauh sebelum Dia menciptakan langit dan bumi dengan selisih
waktu 50.000 tahun. Sesungguhnya ketika Allah swt. menciptakan qalam atau “pena”, Dia berkata kepadanya, “Tulislah!” Qalam menjawab, “wahai Tuhanku, apa yang harus aku tulis?” Allah berkata, “Tulislah apa yang akan terjadi!” Maka Qalam menulis dengan ilmu Allah dan atas izin-Nya segala sesuatu yang akan terjadi sampai hari kiamat.
Ketiga,kita
wajib mengimani bahwa segala sesutau terjadi karena kehendak Allah dan
takdir-Nya. Apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi, dan apa yang tidak
dikehendaki-Nya tidak akan terjadi. Kehendak Allah dan ketentuan-Nya di
atas kehendak semua makhluk. Karena pada hakikatnya tidaklah
makhluk-makhluk itu berkehendak kecuali atas kehendak Allah. Allah
berfirman, “dan tidaklah mereka berkehendak kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. At-Takwir: 29). “dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.” (QS. Yusuf: 21).
Keempat,
iman kita kepada takdir tidak akan sempurna sebelum kita beriman bahwa
Allah lah yang menciptakan segala sesuatu dan Dia-lah Yang mengatur dan
menjaganya. Tidak ada sesuatupun baik di bumi ataupun di langit, yang
kecil maupun yang besar, yang bergerak maupun yang diam kecuali pasti
diciptakan Allah dan karena kehendak-Nya. Ada di antara ciptaan Allah
yang tidak dapat kita ketahui sebab penciptaannya, namun ada pula yang
dapat kita ketahui sebab penciptaannya. Semua itu berasal dari Allah dan
merupakan ciptaan-Nya.
Ma’asyiral muslimin hafizhakumullah …
Sesungguhnya
apa yang telah ditetapkan bagi manusia tidak akan luput darinya, dan
apa yang tidak ditetapkan baginya tidak akan menimpanya. Karena Pena
telah kering dan kertas telah dilipat.
Allah swt. Berfirman dalam surat Al-Hadid: 22-23.
أعوذ
بالله من الشيطان الرجيم – بسم الله الرحم الحيم { مَا أَصَابَ مِنْ
مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ
قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ } { لِكَيْ
لَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ واللهُ
لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتاَلٍ فَخُوْر}
“Tiada
suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum
Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah. (kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita
terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu
gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. dan Allah tidak
menyukai Setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,” (QS.
Al-Hadid: 22-23).
Maka
jika seseorang mendapati takdirnya tidak seperti yang diinginkannya,
maka wajib baginya untuk ridha dan merelakan ketetuan Allah dan
menyerahkan diri sepenuhnya pada ketentuan-Nya yang telah ditetapkan.
Karena tidak ada yang dapat menolak ketentuan Allah dan takdirnya. Maka
beruntunglah orang yang dapat menghadapi keadaan demikian dengan penuh
keridhaan, dan menyadari bahwa semua itu datang dari Allah untuk
dirinya, karena Allah swt. mempunyai hak mutlak dalam mengatur
makhluknya. Maka orang seprti ini akan mendapatkan balasan berupa pahala
baik di dunia maupun di akhirat.
Sesungguhnya
orang yang ditimpa berbagai macam cobaan atau musibah lalu dia bersabar
dan mengharapkan pahala di sisi Allah, maka Allah akan memberi petunjuk
pada hatinya, melapangkan dadanya, dan meringankan musibah itu baginya.
Kemudian dia akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan sangat
butuh terhadap pahala dari Allah, maka ia menemukan pahala-pahala
musibah dan kesabarannya menghadapi musibah tersebut tersimpan di sisi
Allah swt. “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10).
Kesalahan dalam memahami takdir
Jama’ah jum’ah a’azzakumullah …
Dalam
memahami takdir kita harus benar-benar hati-hati. Karena salah
memahaminya berarti salah dalam menyikapinya, dan jika salah
menyikapinya berarti kita telah menyesatkan diri kita sendiri dan
menyengsarakan kehidupan kita. Ada dua kelompok ekstrim dalam memahami
takdir. Yang pertama terlalu kiri dan yang kedua terlalu kanan.
Kedua-duanya sama-sama salah.
Yang pertama, adalah kelompok yang disebut dengan Qadariyah. Dan di dalamnya ada dua kelompok lagi. Kelompok pertama
adalah yang paling ekstrem. Mereka mengingkari ilmu Allah terhadap
segala sesuatu dan mengingkari pula apa yang telah Allah tulis di Lauhul Mahfuzh.
Mereka mengatakan bahwa Allah memerintah dan melarang, namun Allah
tidak mengetahui siapa yang taat dan siap yang berbuat maksiat. Perkara
ini baru saja diketahui, tidak didahului oleh ilmu Allah dan takdirnya.
Namun kelompok seperti ini sudah musnah dan tidak ada lagi. Sedangkan
kelompok kedua menetapkan ilmu Allah, namun meniadakan masuknya
perbuatan hamba pada takdir Allah. Mereka menganggap bahwa perbuatan
hamba adalah makhluk yang berdiri sendiri, Allah tidak menciptakannya
dan tidak pula menghendakinya. Inilah madzhab mu’tazilah.
Yang kedua, adalah kebalikan dari Qodariyah. kelompok ini berlebihan dalam menetapkan takdir, sehingga hamba seolah-olah dipaksa tanpa mempunyai kemampuan dan ikhtiyar
(usaha) sama sekali. Mereka mengatakan bahwasanya hamba itu dipaksa
untuk menuruti takdir. Oleh karena itu, kelompok ini dikenal dengan Jabariyyah.
Keyakinan
dua kelompok di atas adalah keyakinan yang salah sebagaimana
ditunjukkan dalam banyak dalil. Di antaranya adalah firman Allah dalm
surat at-takwir: 28-29.
{لمن كان منكم أن يستقيم} {وما تشاؤون إلا أن يشاء الله رب العالمين}
"(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus.Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam." (QS. At-Takwir: 28-29).
Ayat ini secara tegas membantah pendapat yang salah dari dua kelompok di atas. Pada ayat, “(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus” merupakan bantahan untuk jabariyyah
karena pada ayat ini Allah menetapkan adanya kehendak (pilihan) bagi
hamba. Jadi manusia tidaklah dipaksa dan mereka berkehendak sendiri.
Kemudian pada ayat selanjutnya, “Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam,” merupakan bantahan untuk qodariyyah
yang mengatakan bahwa kehendak manusia itu berdiri sendiri dan
diciptakan oleh dirinya sendiri tanpa tergantung pada kehendak Allah.
Ini perkataan yang salah karena pada ayat tersebut, Allah mengaitkan
kehendak hamba dengan kehendak-Nya.
Keyakinan yang Benar Dalam Mengimani Takdir
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah …
Keyakinan yang benar adalah bahwa semua bentuk ketaatan, maksiat, kekufuran dan kerusakan terjadi dengan ketetapan Allah,
karena tidak ada pencipta selain Dia. Semua perbuatan hamba yang baik
maupun yang buruk adalah termasuk makhluk Allah. Dan hamba tidaklah
dipaksa dalam setiap yang dia kerjakan, bahkan hambalah yang memilih
untuk melakukannya.
As
Safariny mengatakan, “Kesimpulannya bahwa mazhab ulama-ulama terdahulu
(salaf) dan Ahlus Sunnah yang hakiki adalah meyakini bahwa Allah
menciptakan kemampuan, kehendak, dan perbuatan hamba. Dan hambalah yang
menjadi pelaku perbuatan yang dia lakukan secara hakiki. Dan Allah
menjadikan hamba sebagai pelakunya, sebagaimana firman-Nya (yang
artinya), “Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah”
(QS. At Takwir [81]: 29). Maka dalam ayat ini Allah menetapkan kehendak
hamba dan Allah mengabarkan bahwa kehendak hamba ini tidak terjadi
kecuali dengan kehendak-Nya. Inilah dalil yang tegas yang dipilih oleh
Ahlus Sunnah.”
Sebagian orang ada yang salah paham dalam memahami takdir. Mereka menyangka bahwa seseorang yang mengimani takdir itu hanya pasrah tanpa melakukan sebab sama sekali.
Contohnya adalah seseorang yang meninggalkan keluarganya berhari-hari
dengan alasan apapun. Kemudian dia tidak meninggalkan sedikit pun harta
untuk kehidupan istri dan anaknya. Lalu dia mengatakan, “Saya pasrah, biarkan Allah yang akan memberi rizki pada mereka”. Sungguh ini adalah suatu kesalahan dalam memahami takdir.
Ingatlah
bahwa Allah memerintahkan kita untuk mengimani takdir-Nya, di samping
itu Allah juga memerintahkan kita untuk mengambil sebab dan melarang
kita bermalas-malasan. Apabila kita telah mengambil sebab, namun kita
mendapatkan hasil yang sebaliknya, maka kita tidak boleh berputus asa
dan bersedih karena hal ini sudah menjadi takdir dan ketentuan Allah.
Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ((
المؤمن القوي خير وأحب إلي الله من المؤمن الضعيف, وفي كل خير, احرص على
ما ينفعك واستعن بالله ولا تعجز وإن أصابك شيء فلا تقل لو أني فعلت كان كذا
وكذا ولكن قل قدر الله وما شاء فعل فإن لو تفتح عمل الشيطان )) صحيح مسلم ج4:ص2052
“Bersemangatlah
dalam hal yang bermanfaat bagimu. Dan minta tolonglah pada Allah dan
janganlah malas. Apabila kamu tertimpa sesuatu, janganlah kamu berkata:
‘Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini atau begitu’,
tetapi katakanlah: ‘Qodarollahu wa maa sya’a fa’al’ (Ini telah
ditakdirkan oleh Allah dan Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya)
karena ucapan’seandainya’ akan membuka (pintu) setan.” (HR. Muslim)
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم, ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم, وتقبل مني ومنكم تلاوته, غنه هو السميع العليم.
Khutbah kedua
الحمد
لله الذي أحاط بكل شيء علما وهو على كل شيء قدير ، وأشهد أن لا إله إلا
الله وحده لا شريك له نعم المولى ونعم النصير ، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
البشير النذير والسراج المنير صلى الله عليه وعلى آله وصحبه والتابعين لهم
بإحسان إلى يوم الدين وسلم تسليما.
فيا أيها الناس اتقوا الله, اتقوا الله حق تقاته, ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون.
قال تعالى في كتابه الكريم: {إن هو إلا ذكر للعالمين} {لمن كان منكم أن يستقيم} {وما تشاؤون إلا أن يشاء الله رب العالمين}
Buah Beriman Kepada Takdir
Di antara buah dari beriman kepada takdir dan ketetapan Allah adalah hati menjadi tenang dan tidak pernah risau
dalam menjalani hidup ini. Seseorang yang mengetahui bahwa musibah itu
adalah takdir Allah, maka dia yakin bahwa hal itu pasti terjadi dan
tidak mungkin seseorang pun lari darinya.
Dari
Ubadah bin Shomit, beliau pernah mengatakan pada anaknya, “Engkau tidak
dikatakan beriman kepada Allah hingga engkau beriman kepada takdir yang
baik maupun yang buruk dan engkau harus mengetahui bahwa apa saja yang
akan menimpamu tidak akan luput darimu dan apa saja yang luput darimu
tidak akan menimpamu. Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Takdir itu demikian. Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak beriman seperti ini, maka dia akan masuk neraka.” (Shohih. Lihat Silsilah Ash Shohihah no. 2439)
Maka
apabila seseorang memahami takdir Allah dengan benar, tentu dia akan
menyikapi segala musibah yang ada dengan tenang. Hal ini pasti berbeda
dengan orang yang tidak beriman pada takdir dengan benar, yang sudah
barang tentu akan merasa sedih dan gelisah dalam menghadapi musibah.
Semoga kita dimudahkan oleh Allah untuk sabar dalam menghadapi segala
cobaan yang merupakan takdir Allah.
Ya
Allah, kami meminta kepada-Mu surga serta perkataan dan amalan yang
mendekatkan kami kepadanya. Dan kami berlindung kepada-Mu dari neraka
serta perkataan dan amalan yang dapat mengantarkan kami kepadanya. Ya
Allah, kami memohon kepada-Mu, jadikanlah semua takdir yang Engkau
tetapkan bagi kami adalah baik. Amin Ya Mujibbad Da’awat.
اللهم
صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد, كما صليت على سيدنا إبراهيم وعلى
آل سيدنا إبراهيم, وبارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد, كما باركت على
سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم, في العالمين إنك حميد مجيد.
اللهم
اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات, إنك
سميع قريب مجيب الدعوات. اللهم أرنا الحق حقا وارزقنا اتباعه, وأرنا الباطل
باطلا وارزقنا اجتنابه, ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا
عذاب النار.
فنسأل
الله بأسمائه وصفاته أن يجعلنا وإياكم ممن رضي بالله ربا وبالإسلام دينا
وبمحمد صلى الله عليه وسلم نبيا - وأن يقدر لنا بفضله ما فيه صلاحنا
وسعادتنا في الدنيا والآخرة إنه جواد كريم وصلى الله وسلم على عبده ونبيه
محمد وآله وأصحابه واتباعهم إلى يوم الدين .
عباد
الله, إن الله يأمركم بالعدل والإحسان, وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء
والمنكر والبغي, يعظكم لعلكم تذكرون, ولذكر الله أكبر.