Oleh:
Achmad Husaen Sastra Negara
Mahasiswa Mahad Aly An-Nuaimy Angkatan ke-4
Asal Jawa Tengah
BERCERMIN PADA SA’D BIN ABI WAQQASH
(Singa yang Menyembunyikan Kukunya)
Sekilas Tentang Sa’d
ü Ia berasal dari klan Bani Zuhrah dari suku Quraisy, dan paman Nabi Muhammad dari garis pihak ibu.
ü Masuk Islam pada usia 17 tahun, dan menjadi orang yang ke 3 masuk islam karena dakwah Abu Bakar.
ü Orang yang pertama kali menggunakan panah dalam perang dan selalu tepat sasaran.
ü Satu-satunya yang dijamin Rasulullah dengan kedua orang tua beliau.
ü Salah satu orang sahabat yang dikaruniai harta banyak. Teladan dalam kedermawananya.
ü Tidak pernah menaruh dendam atau niat jahat terhadap seorangpun.
ü Pemimpin perang Qadishiyah melawan pasukan Rustum di Persia.
ü Pemimpin pertempuran Mada’in melawan sisa pasukan Persia.
ü Menjadi Gubernur irak semasa Khalifah Umar.
ü Satu dari sepuluh almubasyaruna bil jannah
ü Ia meninggal tahun 54 H pada usia 80 Tahun dan dimakamkan di Baqi’ dengan kain saat ia perang Badr.
ü Sa’d adalah kaum muhajirin yang terakhir meninggal.
Bercermin pada Keimanan Sa’d
keislaman Sa’d mendapat tentangan keras terutama dari keluarga dan anggota sukunya. Ibunya bahkan mengancam akan bunuh diri. Selama beberapa hari, ibu Sa'd menolak makan dan minum sehingga kurus dan lemah. Meski dibujuk dan dibawakan makanan, namun ibunya tetap menolak dan hanya bersedia makan jika Sa'd kembali ke agama lamanya. Namun Sa'd berkata bahwa meski ia memiliki kecintaan luar biasa pada sang ibu, namun kecintaannya pada Allah SWT dan Rasulullah SAW jauh lebih besar lagi. “ Demi Allah, Ibu harus tau, seandainya Ibu mempunyai seratus nyawa, lalu keluar satu per satu, aku tidak akan meninggalkan agama yang sekarang kupeluk. Sekarang terserah ibu, mau makan atau tidak”.
Mendengar kekerasan hati Sa'ad, sang ibu akhirnya menyerah dan mau makan kembali. Fakta ini memberikan bukti kekuatan dan keteguhan iman Sa'd bin Abi Waqqash. Seorang sahabat yang dididik langsung oleh Rasulullah, imannya tidak akan pernah goyah dengan berbagai siksaan dan cobaan. Justru itu semua menjadikan keimananya semakin bertambah kuat.
orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S Al An’am: 82)
Bercermin pada Mujahadah Sa’d
Ia terlibat dalam Pertempuran Badar bersama saudaranya yang bernama Umair bin Abi Waqqash yang kemudian syahid bersama 13 pejuang Muslim lainnya. Pada Pertempuran Uhud, bersama Zaid, Sa'd terpilih menjadi salah satu pasukan pemanah terbaik Islam. Sa’d berjuang dengan gigih dalam mempertahankan Rasulullah SAW setelah beberapa pejuang Muslim meninggalkan posisi mereka. Sa'd juga menjadi sahabat dan pejuang Islam pertama yang tertembak panah dalam upaya mempertahankan Islam.
Jadilah pejuang dakwah, tidak sekedar penikmat dakwah atau pendukung dakwah. Jadilah seorang muslim mujahid (muslim pejuang), bukan muslim qa’id (muslim yang duduk). Tidaklah sama seseorang yang berjihad di jalan Allah dengan orang-orang yang hanya duduk tidak berbuat sesuatu untuk agama Allah.
dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Q.S Al Ankabut: 69)
Bercermin pada Ruhul istijabah Sa’d
Jadilah pejuang dakwah, tidak sekedar menjadi pendukung dakwah. Tidak sekedar memberi dukungan atau sepakat dengan dakwah tetapi ikut memperjuangkannnya. Jadilah pejuang dakwah seperti halnya Sa’d yang ruhul istijabah, bersegera menyambut panggilan dakwah.
Sa’d selalu mengambil bagian dalam setiap peperangan yang diikuti oleh Rasulullah, termasuk dalam perang badar dan perang Uhud.
dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (Q.S Ali Imran:133).
Bercermin pada Kedermawanan Sa’d
Sa’d termasuk yang ikut dalam rombongan haji Wada’. Saat itu ia sedang sakit. Rasulullah datang menengoknya. Sa’d bertanya, “ Wahai Rasulullah, aku mempunyai harta yang banyak, dan ahli warisku hanya seorang putri. Bolehkah aku sedekahkan dua pertiga hartaku?
Rasulullah menjawab, “Tidak”
“Bagaimana kalau separuhnya?”
“Tidak”.
“Bagaimana kalau sepertiganya?”
“Boleh dan itu sudah banyak. Kamu tinggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya lebih baik daripada kamu tinggalkan mereka dalam keadaan miskin meminta-minta. Apa pun yang kamu belanjakan untuk mencari ridha Allah maka pasti ada pahalanya, bahkan sedikit makanan yang kamu suapkan ke mulut istrimu”.
Begitulah Sa’d, sahabat yang Allah karuniai harta yang melimpah, tapi sedikitpun tidak pernah membuatnya terlena dengan kemegahan yang dimilikinya. Ia tidak pernah berlebihan dalam membelanjakan hartanya.
kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya. (Q.S Ali Imran; 92)
Bercermin pada Kesucian Hati Sa’d
Suatu ketika Rasulullah berdoa khusus untuk Sa’d (اللهم سدد رملته وأجب دعوته)
Doa sa’d dikenal bak pedang yang tajam. Sa’d menyadari hal ini. Karena itu ia tidak mau mendoakan buruk untuk orang lain kecuali dengan menyerahkan urusan kepada Allah.
Sa’d juga seorang sahabat yang mudah menangis jika teringat akan siksa Allah. Jika mendengar Rasulullah berkhotbah dan memberikan nasihat kepada kaum muslimin, air matanya bercucuran hingga membasahi pangkuannya.
Pada suatu hari, ketika Rasulullah duduk bersama para sahabat beliau bersabda, “ Sebentar lagi akan muncul di hadapan kalian seorang laki-laki penduduk surga”. Tidak lama kemudian muncullah Sa’d bin Abi Waqqash.
Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash penasaran dengan ibadah yang dilakukan Sa’d sehingga mengantarkannya ke surga. Sa’d berkata “Tidak ada ibadah yang bisa kita lakukan, hanya saja aku tidak pernah menaruh dendam atau niat jahat terhadap seorang pun dari kaum muslimin”
Subhanallah, begitulah Sa’d, sahabat yang suci hatinya. Yang doanya selalu Allah kabulkan. Dan tidak pernah menaruh dendam dan niat jahat terhadap sesama muslim.
9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,10. dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Q.S Asy Syam:9-10)
Bercermin pada Jiddiyah Sa’d
Dialah laki-laki yang dipilih Khalifah Umar untuk memimpin pertempuran Qadishiyah yang dahsyat itu. Dialah laki-laki yang mampu mengobarkan semangat jihat 30 ribu kaum muslimin melawan 100 ribu tentara Persia. Sa’d selalu memberikan arahan-arahan yang tepat kepada pasukannya, Ia juga tetap berkoordinasi dengan Khalifah Umar yang ada di Madinah. Bahkan Ia tetap memimpin peperangan itu dengan penuh jiddiyah dan professional ketika ia sedang sakit.
Akhirnya kaum Muslimin memperoleh kemenangan, dan sisa-sisa pasukan musuh lari tunggang langgang. Dan kaum Muslimin mengejarnya hingga sampai Mada’in. dalam pertempuran Mada’in ini, kiprah Sa’d juga sangat besar dengan strategi yang matang ia pun berhasil menyebrangi sungai Tigris yang lebar dan deras arusnya dan tiada satu orang pun dari kaum muslimin yang hanyut.
Itulah Sa’d yang jiddiyah dan profesional dalam melaksanakan amanah, tidak menjadikannya beban tapi justru menjadikannya sebagai ladang amal. Dengan memiliki amanah, seseorang akan senantiasa berada bersama orang-orang shalih yang akan saling mengingatkan, berada dalam suasana ukhuwah yang indah meski banyak ujian yang dihadapi dan akan terpacu untuk selalu meningkatkan kualitas diri. Dengan memiliki amanah kita bisa lebih mampu memanaj aktifitas kita. Dan ketika kita dihadapkan dengan berbagai kepentingan, maka kita bisa bersikap tajarrud, memurnikan pola pikir kita dari berbagai prinsip, nilai dan pengaruh individu. Tidak meninggalkan segala-galanya demi dakwah tetapi membawa semua yang kita punya bersama dakwah. Menjadikan cinta kepada Allah, Rasul dan jihad di jalan-Nya sebagai cinta tertinggi kita.
Itulah Sa’d…. kita telah melihat keimanan, mujahadah, kesetiaanya kepada Rasulullah. Kita bisa melihat pengorbanan yang Sa’d lakukan untuk agama ini, penderitaan yang Ia alami, dan kemenangan yang Ia dapatkan. Kita juga melihat peran penting yang telah Ia lakukan untuk menjunjung tinggi agama ini.
Lantas, setelah kita tahu perjuangan dan pengorbanan Sa’d terhadap agama ini, apakah kita akan tinggal diam??? Apakah kita tidak mau menjadi bagian dari sejarah umat ini?
Hidup ini pilihan, perjuangan dan pertanggungjawaban. Kita sendiri yang menentukan setiap pilihan. Kita sendiri juga yang menentukan prioritas kepentingan kita. Bukan kita yang diatur oleh waktu dan pekerjaan kita, tetapi kitalah yang mengatur waktu dan pekerjaan kita. Kita tidak akan punya waktu jika kita tidak berusaha menyempatkannya.
di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya), (Q.S Al Ahzab: 23)
Wallahu a’lam bish shawab
(disarikan dari kitab: Rijal Hawlar-Rasul)