oleh:
Ustadz Sofwan Abbas, MA
Dosen Mahad Aly An-Nuaimy
Download File
PELAJARAN DARI HIJRAH: BERANI KARENA ALLAH SWT.
إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ. [التوبة: 40]
Analisis Lafadh
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad). Pertolongan yang dimaksud adalah turut serta dalam perang Tabuk, dengan mengorbankan harta benda dan nyawa. | إِلَّا تَنْصُرُوهُ |
Sedang dia salah seorang dari dua orang. Yaitu hanya berduaan; Rasulullah saw. dan Abu Bakar as-Shidiq as. Tidak ada orang lain selain mereka berdua. | ثَانِيَ اثْنَيْنِ |
Dalam gua. Yaitu sebuah lubang di gunung yang bernamanya Tsur. Sehingga lebih terkenal dengan nama gua Tsur. Rasulullah saw. menginap 3 hari di dalamnya ketika melakukan perjalanan hijrah dari Mekah menuju Madinah. | فِي الْغَارِ |
Janganlah kamu berduka cita. Kata Al-Husnu awalnya bermakan tanah yang kasar. Lalu bermakna kesedihan, karena hati yang sedih terasa tidak nyaman dengan adanya perasaan yang tidak enak. Rasa sedih bukan sebuah perbuatan yang dikendalikan manusia, sehingga jika ada larangan “La tahzan”, hal itu bermakna larangan meyakini sesuatu yang membuat dia bersedih. | لَا تَحْزَنْ |
Sesungguhnya Allah beserta kita. Kebesertaan yang dimaksud adalah kebesertaan pengetahuan, pertolongan, pemeliharaan, petunjuk, dan sebagainya. Bukan kebesertaan tempat, seperti ayat (قَالَ أَصْحَابُ مُوسَى إِنَّا لَمُدْرَكُونَ. قَالَ كَلَّا إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ). Orang yang selalu disertai Allah swt., tidak akan bisa dikalahkan. Dan orang yang tidak bisa dikalahkan tidak seyogyanya merasa bersedih. | إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا |
Ketenangan-Nya. Sakinah adalah mendiamkan dan menenangkan perasaan, sehingga ada rasa aman. Ada ulama yang mengatakan bahwa ketenangan di sini diberikan kepada Abu Bakar ra. karena Rasulullah saw. sudah dari awal tidak merasa takut dan sedih. | سَكِينَتَهُ |
Dan membantunya. Berasal dari kata (الأيد) yang bermakna kekuatan. Sehingga kata (أيد) bermakna memberi tambahan kekuatan. Sedangkan kata (إياد) bermakna pelindung. | وَأَيَّدَهُ |
Dengan tentara yang kamu tidak melihatnya. Yaitu para malaikat yang juga turun untuk menolong mereka pada perang Badar. Saat itu orang-orang kafir tidak bisa melihat mereka, dan hanya berkeliling-keliling di sekitar gua. | بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا |
Seruan orang-orang kafir. Kalimat yang dimaksud adalah kalimat syirik dan mendakwahkan kekafiran. | كَلِمَةَ الذين كَفَرُواْ |
Kalimat Allah swt. Yang dimaksud adalah kalimat tauhid. | وَكَلِمَةُ اللَّهِ |
Rendah-Tinggi. Maksudnya dengan selamat dalam perjalanan, Rasulullah saw. bisa sampai ke Madinah, dan hal itu adalah awal kemenangan Islam dan kekalahan kaum musyrikin. | السُّفْلَى -الْعُلْيَا |
Maha Perkasa. Awalnya, Al-Aziz berarti sesuatu yang wujudnya sangat jarang, sangat dibutuhkan, dan sulit didapat. Al-Aziz sebagai nama Allah swt., berarti Allah swt. adalah Dzat yang Maha Perkasa yang tidak bisa dikalahkan sesuatupun, yang Maha Kuat dan mengalahkan segala sesuatu, Dzat yang tidak ada bandingan-Nya. Dalam bahasa Arab, Al-Aziz berasal dari Al-Izzu yang berarti kuat, keras, menang, tinggi, dan tahan. | عَزِيزٌ |
Maha Bijaksana. Al-Hakim artinya Allah swt. sangat tepat dalam mengukur, dan yang baik dalam mengatur. Dengan begitu, Dia bebas dan bersih dari melakukan hal yang tidak sesuai dengan keagungan dan kesempurnaan-Nya. Itulah makna bahwa Allah swt. Maha Bijaksana. | حَكِيمٌ |
Tafsir dan Pelajaran yang Dipetik
1. Ayat ini bukan turun saat terjadi hijrah Rasulullah saw. dari Mekah menuju Madinah. Tapi terjadi 9 tahun setelahnya:
a. Yaitu saat terjadi perang Tabuk yang sangat berat:
i. Terjadi di musim panas yang sangat terik.
ii. Tempat perang berjarak sangat jauh dari Madinah (kurang lebih 700 Km).
iii. Musuh sangat berat, yaitu Romawi.
b. Sebagian orang (munafik dan suku Arab di sekitar Madinah) enggan untuk turut dalam perang tersebut.
2. Allah swt. pasti akan menolong hamba-Nya, jika hambanya meyakini pertolongan Allah swt. kepadanya.
a. Tujuan diturunkannya ayat ini di antaranya adalah untuk mengingatkan dan membuktikan bahwa:
i. Allah swt. pasti akan menolong rasul-Nya. (إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ) [Ghafir: 51].
ii. Allah swt. pasti akan menolong orang-orang yang beriman. (وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ) [Ar-Rum: 47].
iii. Kemenangan itu dari Allah swt. (وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ) [Ali Imran: 126].
iv. Orang yang menolong Allah swt. hendaknya menyadari bahwa amalannya itu sejatinya adalah untuk diri mereka sendiri, karena Allah swt. tidak perlu pertolongan mereka. (وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ) [Al-Ankabut: 4].
v. Karena Allah swt. pasti akan menolong hamba yang diridhai-Nya, maka hendaknya umat Islam tidak merasa takut kepada apapun dan siapapun selain kepada Allah swt. (إِنْ يَنْصُرْكُمُ اللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ وَإِنْ يَخْذُلْكُمْ فَمَنْ ذَا الَّذِي يَنْصُرُكُمْ مِنْ بَعْدِهِ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ) [Ali Imran: 160].
b. Keyakinan kepada hal-hal di atas akan melahirkan keberanian yang tiada tara. Rasulullah saw. dan para sahabat mencontohkan keberanian yang luar biasa dalam peristiwa hijrah tersebut:
i. Ketika orang-orang musyrikin sepakat untuk membunuh Rasulullah saw. di malam hari beliau pergi hijrah. Rasulullah saw. mengetahui rencana tersebut. Namun ketika Malaikat Jibril as. mendatangi beliau memerintahkan untuk melaksanakan hijrah ke Madinah., tapi bagaimana sikap beliau?
1. Beliau tetap tenang, menunggu perintah Allah swt.
2. Beliau tidak gugup, sehingga melakukan hal-hal yang tidak masuk akal.
3. Beliau tetao bisa berpikir jernih. Bahkan masih teringat dengan barang-barang yang diamanahkan kaum musyrikin kepadanya.
4. Beliau bisa membuat perencanaan.
a. Kapan keluarnya?
b. Bagaimana keluarnya?
c. Lewat jalur mana?
d. Bagaimana menghilangkan jejaknya?
e. Bagaimana mengetahui perkembangan di Mekah?
f. Bagaimana makannya?
5. Bisa membuat persiapan:
a. Menyiapkan tunggangan yang kuat
b. Menyiapkan petunjuk jalan, dsb.
ii. Keberanian beliau tampak lebih jelas lagi ketika berada di dalam gua Tsur. Ketika ada seorang musyrik yang berada di atas lubang tempat mereka bersembunyi, Abu Bakar ra. sempat mengkhawatirkan keselamatan Rasulullah saw. Tapi Rasulullah saw. berkata, "Diam, kita ini dua orang, yang ketiganya adalah Allah swt." Dapat kita rasakan bersama:
1. Ketenangan yang tiada taranya
2. Ketenangan yang berasal dari selalu berdzikir kepada Allah swt.
3. Ketenangan yang dibangun di atas keyakinan yang penuh akan pertolongan Allah swt.
c. Dari peristiwa-peristiwa di atas, dapat disimpulkan bahwa keberanian seorang muslim berasal dari:
i. Komitmennya terhadap perintah dan larangan Allah swt.
ii. Komitmennya untuk selalu mencari ridha Allah swt.
iii. Dan keyakinannya bahwa Allah swt. akan selalu menolongnya.
3. Sebab yang mendatangkan pertolongan Allah swt. juga disebutkan dalam ayat lain, (إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ) “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” [Fushilat: 30]. Allah swt. juga berfirman: (إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ) “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.” [Al-Ahqaf: 13]. Dari dua buah ayat ini, kita dapat menyimpulkan:
a. Beriman dengan rububiyah Allah swt.:
i. Beriman bahwa hanya Allah swt. lah Rabb kita (rububiyah) berarti meyakini bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah swt.
ii. Bila seseorang yang beriman demikian, maka tidak akan:
1. (لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ ): Takut terhadap apa yang terjadi di masa mendatang
2. (وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ): Tidak akan sedih dan menyesali hal yang sudah terjadi
iii. Maka banyak kita lihat keberanian jenis ini berasal dari keimanan ini:
1. Khalid bin walid ra. walaupun puluhan kali berperang di garis terdepan, tapi beliau mati di atas kasur. Memang perang adalah salah satu sebab kematian seseorang, tapi Allah swt. tidak menghendaki Khalid ra. mati di dalamnya.
2. Bahkan ada yang menyebutkan bahwa “Orang yang mati karena melarikan diri jauh lebih banyak daripada yang mati karena perang.”
iv. Bahkan bagi orang seperti ini, kesulitan yang dihadapi hanya akan menambah kuatnya iman. Allah swt. berfirman: (الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ) “Orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) adalah orang yang ketika dikatakan kepadanya, "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” [Ali Imran: 173].
b. Kalau orang yang beriman dengan rububiyah Allah swt. maka:
i. Akan meyakini kehendak Allah swt., dan kehendak tersebut tidak kita ketahui bagaimana. Inilah yang disebut dengan rahasia takdir. Hal-hal yang tidak diketahuinya itu bukan menjadi pertimbangannya dalam menentukan apakah akan melaksanakan sesuatu atau tidak. Orang seperti ini tidak akan menanggapi rasa takut, godaan, penggembosan, dsb.
ii. Yang akan dipertimbangkannya adalah hal yang jelas, yaitu apakah sesuatu itu diperintahkan Allah swt. atau tidak; apakah sesuatu itu diridhai Allah swt. atau tidak; dicontohkan oleh Rasulullah saw. atau tidak; dsb.
c. Oleh karena itu, kita lihat banyak sekali keputusan besar para sahabat yang bisa kita jadikan teladan. misalnya:
i. Keputusan para Muhajirin:
1. Ali bin Abi Thalib ra. yang rela menggantikan Rasulullah saw. tidur di atas kasurnya.
2. Seluruh keluarga Abu Bakar ra. yang siap membantu perjalanan Rasulullah saw. walupun Asma’ saat itu sedang hamil tua.
3. Seluruh Muhajirin rela meninggalkan rumah, harta, dan sebagainya di Mekah. Sehingga mereka pun menjadi orang-orang fakir. (للفقراء المهاجرين)
4. Keluar dari Mekah, walaupun musyrikin mengancam mereka.
ii. Keputusan Anshar:
1. Membela Rasulullah saw., walaupun hal itu sama saja menantang musyrikin Quraisy dan menjadikan mereka sebagai musuh.
2. Membantu orang-orang muhajirin dengan segala yang mereka miliki. (والذين تبوؤا الدار والإيمان). Dengan membagi harta, rumah, bahkan rela menceraikan isteri-isteri mereka demi dinikahi oleh muhajirin yang belum menikah.
3. Itsar, mendahulukan kepentingan orang Muhajirin daripada kepentingan anshar sendiri.
4. Dengan keyakinan seperti itu, dan pertolongan Allah swt., maka kalimat Allah swt. menang atas kelimat orang-orang yang kafir.
a. Perbandingan antara kalimat orang-orang kafir dengan kalimat Allah swt. Bukan perbandingan antara kalimat orang-orang kafir dengan kalimat orang-orang yang beriman.
b. Hijrah adalah awal kemenangan Islam. orang-orang kafir Quraisy menyadarinya sehingga mereka sebisa mungkin menghalanginya:
i. Sehingga umat Islam hijrah secara sembunyi-sembuunyi
ii. Mereka hendak membunuh Rasulullah saw.
5. Sesungguhnya Allah swt. Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
a. Allah Maha Perkasa. Hikmah sifat ini:
i. Orang yang selalu menghayati nama Allah swt. Al-Aziz, dan selalu mendzikirkannya dalam setiap kesempatan, niscaya Allah swt. akan memberinya kekuatan, kekuasaan, dan akan menjadi sangat berwibawa di mata manusia.
ii. Orang yang mengetahui bahwa hanya Allah swt. yang bersifat Al-Aziz, maka dia akan tidak akan mengorbankan kehormatan diri mereka dengan meminta dukungan manusia. Dia akan merasa cukup memohon kemuliaan kepada Allah swt.
b. Allah swt. Maha Bijaksana.
i. Bagi Allah swt., Al-Hikmah (kebijaksanaan) adalah mengetahui segala sesuatu, kemudian mengadakannya dengan sangat rapi, kuat, dan sempurna.
ii. Sedangkan bagi seorang hamba, Al-Hikmah berarti tepat dalam berkata dan berbuat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
iii. Sehingga, bagi orang yang sudah mengetahui bahwa Allah swt. Maha Bijaksana, hendaknya selalu berjuang dan berusaha untuk mencapai kesempurnaan dalam setiap apa yang sedang dilakukannya, sesuai dengan kemampuannya.