Latest Post
20.47
الكرامة
الكرامة
إخواني الأحباء رحمكم الله...
لو سألنا أحداً, أيهما تختار بين العزة عند الله أو عند
الناس, طبعاً سنجيب العزّة عند الله, ولكن قد تخدعنا لذة الدنيا بالكرامة.
علينا أن نحتذر من عزة أو كرامة الدنياوية..لأن العزة
كلها لله وحده, وهي لا تأتي من المخلوق ولا الأموال ولا الغنيمة أو الزينة
الفانية. وهي أيضالا تأتي أو تطلع من كثرة العلوم. وهي لا تحضر من المهن, ولا
درجات أو المنازل, ولو كانت من النزلة العالية ثم من أين تأتي؟ إنها لن تأتي الا
أحد إلا إذا أعزّة الله بعزته. كما قال الله تعالى في كتابه الكريم :
"إنَّ
العِزْةَ لِلّهِ جَمِيْعاً (يونس: 63)
وكذالك, قصّه لنا الإمام ابن القيّم الجوزي رحمه الله,
كان في ذات يومٍ و قال: إني رأيت رجلاً, كان ينهي أوقاته أو عمرة لطلب العلم حتى
صار شيوخا, ولكن ما له من الكرامة أو العزة عند قلوب الناس, لا يحبه الناس ولو كان
مليئا بالعلم, وأيضاً إني رأيت رجلاًيتقرب الى الله وينهي وقت شبابه بالخيرات,مع
أنه ليس له علوم كثيرة كما يستحق الرجل الأول. ولكن لقد أعلاه اله درجاته في
قلوبكثير من الناس, هم يحتريمه ويتذر كل حسناته بل يقول بعضهم أن حسنته أكثر من
حسنت الرجل الأول.
إذن, لا يُغني منه شيئا, واعلموا... أن عزة الخالق معلقة
بعزة عبده إليه.
إخواني الأحباء رحمكم الله...
قد تكون ال‘زة الدنياوية تغفلنا كثيرا, بها نفرح و نتفخر
بما آتانا و ننسى كل شيئ فقط لاأجل هذه الكرامة أو شرف عند الناس, كما قال عمر بن
الخطاب أيضاً, كنا من الحقراء, ثم أعزّنا الله بالإسلام, لو لا نرجو العزة من غير
الإسلام, ليحقرنا الله أسوء من قبل,ممن كلامه هذا يزيدعمر رضي الله عنه أن يغرس
اليقين في قلوبنا, بأن العزة عند الله هي أساس القوة, الحماسة, التفائل ويكون
شرطاً للفوز. ولذلك كان الصحابة كلهم يجعلون الله الغاية الأولى, حيث ربيعة بن
كعب, وهو الشاب من الصحابة و من الفقراء, كان الرسول صلى الله عليه وسلم سأله عمّا
يريد منه, و ماذا قال, فقال لرسول الله صلى الله عليه وسلم بأنه يريد أن
يرافق الرسول صلى الله عليه وسلم الى الجنة, فمن هنا كانت غاية الصحابة لها حماسة
قوية لله.
و من هذه كلها, نعلم أن خيرزاد التقوى. والتقوى لا بد أن
يكون في اأنفسنا لنسير في هذا السبيل, سبيل الحياة,أدي حق الله, فالله يسأدي حقنا,
أعز الله, أعزنا الله بعزته إن شاء الله. ولكن كيف الطريقة ؟ هي التقرب إلى الله,
نطيع كل أوامر الله نبتعيد عنالمنهيات.
حي بنا نتقرب
الى الله, نتعرف بهبه معرفةً عميقة, بل نجر ي لنصل الى نوره. لأن إذا كثرت
خطوتنافي التقرب إليه, فالله يقرب نا أكثر.
عن أبي هريرة رضيالله عنه قال: قالل النبي صلى الله عليه
وسلم يقول الله تعالى: أنا عند ظن عبدي بي و أنا معه اذا ذكرني, فإن ذكرني في
نفسه, ذكرته في نفسي. فإن ذكرني في ملاء خير منهم وإن تقرب الي شبرا تقربت إليه
ذراعاً, و إن تقرب الي ذراعا تقربت إلبه باعا, وإن أتاني يمشي أتيتههرولة.
عسى الله أن يجعلنا من المؤمنين حقا, أعزني الله وإياكم
جميعا . شكرا والسلام عليكم.
الكاتب : رحمة زبير من الدفعة الثامنة
Label:
Jurnalistik Mahasiswa
06.19
Sejak kecil, Ibnu Sina sudah menunjukkan kepandaian yang luar biasa. Di usia 5 tahun, ia telah belajar menghafal Alquran. Selain menghafal Alquran, ia juga belajar mengenai ilmu-ilmu agama. Ilmu kedokteran baru ia pelajari pada usia 16 tahun. Tidak hanya belajar mengenai teori kedokteran, tetapi melalui pelayanan pada orang sakit dan melalui perhitungannya sendiri, ia juga menemukan metode-metode baru dari perawatan.
Profesinya di bidang kedokteran dimulai sejak umur 17 tahun. Kepopulerannya sebagai dokter bermula ketika ia berhasil menyembuhkan Nuh bin Mansur (976-997), salah seorang penguasa Dinasti Samaniah. Banyak tabib dan ahli yang hidup pada masa itu tidak berhasil menyembuhkan penyakit sang raja.
Sebagai penghargaan, sang raja meminta Ibnu Sina menetap di istana, paling tidak untuk sementara selama sang raja dalam proses penyembuhan. Tapi Ibnu Sina menolaknya dengan halus, sebagai gantinya ia hanya meminta izin untuk mengunjungi sebuah perpustakaan kerajaan yang kuno dan antik. Siapa sangka, dari sanalah ilmunya yang luas makin bertambah.
Ibnu Sina selain terkenal sebagai orang yang ahli dalam ilmu agama dan kedokteran, ia juga ahli dalam bidang matematika, logika, fisika, geometri, astronomi, metafisika dan filosofi. Pada usia 18 tahun, Ibnu Sina memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan.
Tak hanya itu, ia juga mendalami masalah-masalah fikih dan menafsirkan ayat-ayat Alquran. Ia banyak menafsirkan ayat-ayat Alquran untuk mendukung pandangan-pandangan filsafatnya.
Ketika Ibnu Sina berusia 22 tahun, ayahnya meninggal. Setelah kematian ayahnya ia mulai berkelana, menyebarkan ilmu dan mencari ilmu yang baru. Tempat pertama yang menjadi tujuannya setelah hari duka itu adalah Jurjan, sebuahkota di Timur Tengah. Di sinilah ia bertemu
dengan seorang sastrawan dan ulama besar Abu Raihan Al-Biruni. Ia kemudian
berguru kepada Al-Biruni.
Setelah itu Ibnu Sina melanjutkan lagi perjalanannya untuk menuntut ilmu. Rayy danHamadan
adalah kota selanjutnya, sebuah kota dimana karyanya yang spektakular Qanun
fi Thib mulai ditulis. Di tempat ini pula Ibnu Sina banyak berjasa, terutama
pada raja Hamadan .
Seakan tak pernah lelah, ia melanjutkan lagi pengembaraannya, kali ini daerah Iran menjadi
tujuannya. Di sepanjang jalan yang dilaluinya itu, banyak lahir karya-karya
besar yang memberikan manfaat besar pada dunia ilmu kedokteran khususnya.
Tentu tak berlebihan bila Ibnu Sina mendapat julukan Bapak Kedokteran Dunia. Karena perkembangan dunia kedokteran awal tidak bisa terlepas dari nama besar Ibnu Sina. Ia juga banyak menyumbangkan karya-karya asli dalam dunia kedokteran. Dalam Qanun fi Thib misalnya, ia menulis ensiklopedia dengan jumlah jutaan item tentang pengobatan dan obat-obatan. Ia juga orang yang memperkenalkan penyembuhan secara sistematis, dan ini dijadikan rujukan selama tujuh abad lamanya.
Ketajaman pemikiran dan kedalaman keyakinan keagamaannya secara simultan mewarnai alam pikirannya. Ibnu Rusyd menyebutnya sebagai seorang yang agamis dalam berfilsafat. Sementara al-Gazali menjulukinya sebagai filsuf yang terlalu banyak berpikir.
Seperti pendahulunya, al-Farabi (870-950 M), Ibnu Sina mengakui bahwa alam diciptakan secara emanasi (memancar dari Tuhan). Tuhan menciptakan alam dalam arti memancarkannya. Ia juga mengemukakan pemikiran filsafat tentang jiwa (annafs) dan kenabian. Ibnu Sina berpendapat bahwa nabi adalah manusia terunggul dan pilihan Tuhan. Filsuf hanya dapat menerima ilham, sedangkan nabi menerima wahyu. Oleh karena itu, ajaran nabi harus menjadi pedoman hidup manusia.
Di bidang kedokteran ia mendapat julukan Pangeran Para Dokter dan Raja Obat. Banyak para pembesar negeri pada masa itu yang mengundangnya untuk memberikan pengobatan. Para pembesar negeri tersebut di antaranya Rtau Sayyidah serta Sultan Majdud dari Rayy, Syamsu Dawla dari Hamadan, dan Alaud Dawla dari Isfahan. Karenanya dalam dunia Islam, ia dianggap sebagai puncah atau Bapak ilmu kedokteran.
Bukan hanya dalam filsafat dan kedokteran saja Ibnu Sina memberikan andil dan pemikirannya. Ia juga turut serta ambil bagian dan memberikan andil pada berbagai ilmu pengetahuan pada zamannya, di antaranya yang menonjol adalah ilmu astronomi. Ibnu Sina menambahkan dalam bukunya al-Magest (buku tentang astronomi) berbagai problem yang belum dibahas, mengajukan beberapa keberatan Euclides, meragukan pandangan Aristoteles tentang kesamaan bintang-bintang tak bergerak, kesamaan satuan jaraknya, dan sebagainya. Untuk itu di dalam buku Asy-Syifa, ia menguraikan bahwa bintang-bintang yang tak bergerak tidak berada pada satu globe.
Ibnu Sina juga banyak membuat rumusan-rumusan tentang pembentukan gunung-gunung, barang-barang tambang, di samping menghimpun berbagai analisis tentang fenomena atmosfer, seperti angin, awan, dan pelangi. Sementara orang yang sezaman dengannya tidak mampu menambahkan sesuatu ke dalam bidang penelitian mereka.
Karya Sang Dokter
Asy-Syifa
Dalam buku Asy-Syifa ini, Ibnu Sina juga menuliskan tentang masalah penyakit dan pengobatan sekaligus obat yang dibutuhkan berkaitan dengan penyakit bersangkutan. Sama seperti Qanun fi Thib, kitab Asy-Syifa ini juga dikenal dalam dunia kedokteran sebagai Ensiklopedia filosofi dunia kedokteran. Kitab ini terdiri dari 18 jilid.
Ibnu Sina Bapak Kedokteran Dunia
Ibnu Sina, Bapak Kedokteran Dunia
Dunia Islam memanggilnya dengan nama
Ibnu Sina. Namun di kalangan orang-orang Barat, ia dikenal dengan panggil an
Avicenna. Ia merupakan seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter pada abad
ke-10. Selain itu, Ia juga dikenal sebagai seorang penulis yang produktif.
Dan sebagian besar karyanya adalah tentang filsafat dan pengobatan. Bagi banyak orang, Ibnu Sina adalah Bapak Pengobatan Modern. Selain itu, masih banyak lagi sebutan lainnya yang ditujukan padanya, terutama berkaitan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib atau The Canon of Medicine yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.
Dan sebagian besar karyanya adalah tentang filsafat dan pengobatan. Bagi banyak orang, Ibnu Sina adalah Bapak Pengobatan Modern. Selain itu, masih banyak lagi sebutan lainnya yang ditujukan padanya, terutama berkaitan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib atau The Canon of Medicine yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.
Ibnu Sina lahir pada tahun 370 H/
980 M di Afsyanah, sebuah kota kecil di wilayah Uzbekistan saat ini. Ayahnya
yang berasal dari Balkh Khorasan adalah seorang pegawai tinggi pada masa
Dinasti Samaniah (204-395 H/819-1005 M)
Sejak kecil, Ibnu Sina sudah menunjukkan kepandaian yang luar biasa. Di usia 5 tahun, ia telah belajar menghafal Alquran. Selain menghafal Alquran, ia juga belajar mengenai ilmu-ilmu agama. Ilmu kedokteran baru ia pelajari pada usia 16 tahun. Tidak hanya belajar mengenai teori kedokteran, tetapi melalui pelayanan pada orang sakit dan melalui perhitungannya sendiri, ia juga menemukan metode-metode baru dari perawatan.
Profesinya di bidang kedokteran dimulai sejak umur 17 tahun. Kepopulerannya sebagai dokter bermula ketika ia berhasil menyembuhkan Nuh bin Mansur (976-997), salah seorang penguasa Dinasti Samaniah. Banyak tabib dan ahli yang hidup pada masa itu tidak berhasil menyembuhkan penyakit sang raja.
Sebagai penghargaan, sang raja meminta Ibnu Sina menetap di istana, paling tidak untuk sementara selama sang raja dalam proses penyembuhan. Tapi Ibnu Sina menolaknya dengan halus, sebagai gantinya ia hanya meminta izin untuk mengunjungi sebuah perpustakaan kerajaan yang kuno dan antik. Siapa sangka, dari sanalah ilmunya yang luas makin bertambah.
Ibnu Sina selain terkenal sebagai orang yang ahli dalam ilmu agama dan kedokteran, ia juga ahli dalam bidang matematika, logika, fisika, geometri, astronomi, metafisika dan filosofi. Pada usia 18 tahun, Ibnu Sina memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan.
Tak hanya itu, ia juga mendalami masalah-masalah fikih dan menafsirkan ayat-ayat Alquran. Ia banyak menafsirkan ayat-ayat Alquran untuk mendukung pandangan-pandangan filsafatnya.
Ketika Ibnu Sina berusia 22 tahun, ayahnya meninggal. Setelah kematian ayahnya ia mulai berkelana, menyebarkan ilmu dan mencari ilmu yang baru. Tempat pertama yang menjadi tujuannya setelah hari duka itu adalah Jurjan, sebuah
Setelah itu Ibnu Sina melanjutkan lagi perjalanannya untuk menuntut ilmu. Rayy dan
Tentu tak berlebihan bila Ibnu Sina mendapat julukan Bapak Kedokteran Dunia. Karena perkembangan dunia kedokteran awal tidak bisa terlepas dari nama besar Ibnu Sina. Ia juga banyak menyumbangkan karya-karya asli dalam dunia kedokteran. Dalam Qanun fi Thib misalnya, ia menulis ensiklopedia dengan jumlah jutaan item tentang pengobatan dan obat-obatan. Ia juga orang yang memperkenalkan penyembuhan secara sistematis, dan ini dijadikan rujukan selama tujuh abad lamanya.
Ibnu Sina pula yang mencatat dan
menggambarkan anatomi tubuh manusia secara lengkap untuk pertama kalinya. Dan
dari sana ia
berkesimpulan bahwa, setiap bagian tubuh manusia, dari ujung rambut hingga
ujung kaki kuku saling berhubungan.
Ia adalah orang yang pertama kali
merumuskan, bahwa kesehatan fisik dan kesehatan jiwa berada kaitan dan saling
mendukung. Lebih khusus lagi, ia mengenalkan dunia kedokteran pada ilmu yang
sekarang diberi nama pathology dan farmasi, yang menjadi bagian penting dari
ilmu kedokteran. Selain The Canon of Medicine, ada satu lagi kitab karya Ibnu
Sina yang tak kalah dahsyatnya. Asy-Syifa, begitu judul kitab karya Ibnu Sina
ini.
Sebuah kitab tentang cara-cara
pengobatan sekaligus obatnya. Kitab ini di dunia ilmu kedokteran menjadi
semacam ensiklopedia filosofi dunia kedokteran. Dalam bahasan latin, kitab ini
di kenal dengan nama Sanati.
Ibnu Sina wafat pada tahun 428
H/1037 M di kota Hamdan, Iran. Beliau pergi setelah menyumbangkan banyak hal
kepada khazanah keilmuan umat manusia. Hampir sebelas abad sudah Ibnu Sina
meninggalkan kita, tapi ilmu dan karyanya sampai sekarang masih berguna.
Mendapat
banyak gelar
Kebesaran nama Ibnu Sina terlihat
dari beberapa gelar yang diberikan orang kepadanya. Di bidang filsafat ia
mendapat gelar asy-Syaikh ar-Rais (Guru Para Raja). Dalam bidang filsafat, ia
memiliki pemikiran keagamaan yang mendalam. Pemahamannya mempengaruhi pandangan
filsafatnya.
Ketajaman pemikiran dan kedalaman keyakinan keagamaannya secara simultan mewarnai alam pikirannya. Ibnu Rusyd menyebutnya sebagai seorang yang agamis dalam berfilsafat. Sementara al-Gazali menjulukinya sebagai filsuf yang terlalu banyak berpikir.
Seperti pendahulunya, al-Farabi (870-950 M), Ibnu Sina mengakui bahwa alam diciptakan secara emanasi (memancar dari Tuhan). Tuhan menciptakan alam dalam arti memancarkannya. Ia juga mengemukakan pemikiran filsafat tentang jiwa (annafs) dan kenabian. Ibnu Sina berpendapat bahwa nabi adalah manusia terunggul dan pilihan Tuhan. Filsuf hanya dapat menerima ilham, sedangkan nabi menerima wahyu. Oleh karena itu, ajaran nabi harus menjadi pedoman hidup manusia.
Di bidang kedokteran ia mendapat julukan Pangeran Para Dokter dan Raja Obat. Banyak para pembesar negeri pada masa itu yang mengundangnya untuk memberikan pengobatan. Para pembesar negeri tersebut di antaranya Rtau Sayyidah serta Sultan Majdud dari Rayy, Syamsu Dawla dari Hamadan, dan Alaud Dawla dari Isfahan. Karenanya dalam dunia Islam, ia dianggap sebagai puncah atau Bapak ilmu kedokteran.
Bukan hanya dalam filsafat dan kedokteran saja Ibnu Sina memberikan andil dan pemikirannya. Ia juga turut serta ambil bagian dan memberikan andil pada berbagai ilmu pengetahuan pada zamannya, di antaranya yang menonjol adalah ilmu astronomi. Ibnu Sina menambahkan dalam bukunya al-Magest (buku tentang astronomi) berbagai problem yang belum dibahas, mengajukan beberapa keberatan Euclides, meragukan pandangan Aristoteles tentang kesamaan bintang-bintang tak bergerak, kesamaan satuan jaraknya, dan sebagainya. Untuk itu di dalam buku Asy-Syifa, ia menguraikan bahwa bintang-bintang yang tak bergerak tidak berada pada satu globe.
Ibnu Sina juga banyak membuat rumusan-rumusan tentang pembentukan gunung-gunung, barang-barang tambang, di samping menghimpun berbagai analisis tentang fenomena atmosfer, seperti angin, awan, dan pelangi. Sementara orang yang sezaman dengannya tidak mampu menambahkan sesuatu ke dalam bidang penelitian mereka.
Karya Sang Dokter
Sepanjang hayatnya, Ibnu Sina banyak
menulis berbagai macam karya yang berkaitan dengan bidang yang ditekuninya.
Jumlahnya mencapai 250 karya, baik dalam bentuk buku maupun risalah.
Karya-karyanya
itu antara lain :
Qanun fi
Thib
Kitab ini ditulis ketika ia menuntut
ilmu di Rayy dan Hamadan. Qanun fi Thib yang dalam bahasa Inggris telah
diterjemahkan dengan nama The Canon of Medicine, berisi tentang berbagai macam
cara penyembuhan dan obat-obatan. Didalamnya tertulis jutaan item tentang pengobatan
dan oabt-obatan. Karena itu, ada pula yang menamakan kitabnya ini sebagai
Ensiklopedia Pengobatan.
Al-Magest
Buku ini berkaitan dengan bidang astronomi. Diantara isinya, bantahan terhadap pandangan Euclides, serta meragukan pandangan Aristoteles yang menyamakan bintang-bintang tak bergerak. Menurutnya, bintang-bintang yang tak bergerak tidak berada dalam satu globe.
Buku ini berkaitan dengan bidang astronomi. Diantara isinya, bantahan terhadap pandangan Euclides, serta meragukan pandangan Aristoteles yang menyamakan bintang-bintang tak bergerak. Menurutnya, bintang-bintang yang tak bergerak tidak berada dalam satu globe.
Asy-Syifa
Dalam buku Asy-Syifa ini, Ibnu Sina juga menuliskan tentang masalah penyakit dan pengobatan sekaligus obat yang dibutuhkan berkaitan dengan penyakit bersangkutan. Sama seperti Qanun fi Thib, kitab Asy-Syifa ini juga dikenal dalam dunia kedokteran sebagai Ensiklopedia filosofi dunia kedokteran. Kitab ini terdiri dari 18 jilid.
De
Conglutineation Lagibum
Kitab ini ditulis dalam bahasa latin,
yang membahas tentang masalah penciptaan alam. Diantaranya tentang asal nama
gunung. Menurutnya, kemungkinan gunung tercipta karena dua sebab. Pertama,
menggelembungnya kulit luar bumi lantaran goncangan hebat gempa. Dan kedua,
karena proses air yang mencari jalan untuk mengalir. Proses itu mengakibatkan
munculnya lembah-lembah bersama dan melahirkan penggelembungan pada permukaan
bumi.By Republika
bumi.By Republika
Label:
Jurnalistik Mahasiswa
06.08
IBNU AL BANNA AL MARRAKUSHI MATEMATIKUS LEGENDARIS
Ibnu al-Banna al-Marrakushi
dikenal sebagai matematikus Muslim legendaris dari Maroko pada abad ke-13 M.
Kontribusinya bagi pengembangan matematika sungguh sangat tak ternilai.
Lewat
kitab yang ditulisnya bertajuk Talkhis Amal al-Hisab (Ringkasan dari
Operasi Aritmatika) dan Raf al-Hijab, ia memperkenalkan beberapa
notasi matematika yang membuat para para sejarawan sains dan ilmuwan percaya
bahwa simbolisme Aljabar pertama kali dikembangkan peradaban Islam.
Menurut
sejumlah catatan sejarah, al-Banna dan al-Qalasadi merupakan penemu notasi
matematika. Dedikasinya dalam mengembangkan matematika telah diakui dunia.
Untuk mengenang jasa-jasanya bagi kemajuan matematika, para ilmuwan dunia
mengabadikan namanya di salah satu kawah bulan yang diberi nama
al-Marrakushi.
Al-Banna
pun menjadi satu dari 24 ilmuwan Muslim legendaris yang namanya diabadikan di
kawah bulan. Matematikus Muslim kesohor itu bernama lengkap Abu'l-Abbas Ahmad
bin Muhammad bin Utsman al-Azdi. Dalam catatan sejarah, tidak ada keterangan
dengan jelas apakah al-Banna lahir di kota Marrakesh atau di wilayah yang diberi nama Marrakesh , Maroko oleh
bangsa Eropa.
Ada
pula yang menyebut al-Banna terlahir di Granada di Spanyol dan kemudian hijrah
ke Afrika Utara untuk mendapatkan pendidikan dan pengalaman hidup. Yang pasti,
menurut sejarawan matematika JJ O'Connor dan EF Robertson, al-Banna
menghabiskan sebagian besar hidupnya di Maroko.
Al-Banna
lahir pada Desember 1256. Saat itu, Suku Banu Marin di Maroko merupakan sekutu
Kekhalifahan Umayyah di Cordoba, Spanyol. Suku tersebut kemudian tinggal di
bagian timur Maroko di bawah kepemimpinan Abu Yahya. Mereka mulai menaklukkan
daerah-daerah di sekitarnya. Suku Banu Marin menaklukan Fez
pada 1248 dan menjadikan wilayah tersebut sebagai ibu kota .
Kemudian
mereka menaklukan Marrakesh dari kekuasaan suku Muwahhidun yang berkuasa pada
1269. Dengan demikian Suku Banu Marin mengambil alih kekuasaan di seluruh
Maroko. Setelah mereka berhasil menaklukkan Maroko, Banu Marin mencoba membantu
Granada untuk
mencegah kemajuan peradaban Kristen.
Hubungan erat antara Granada dan
Maroko itulah yang membuat para sejarawan kesulitan untuk menjelaskan dan
mengetahui secara pasti asal al-Banna. Menurut O'Connor dan Robertson, al-Banna
menyelesaikan studinya di Maroko. Matematika adalah bidang studi yang
disukainya.
Saat
itu, matematika merupakan ilmu favorit. Al-Banna sangat cinta dengan geometri
serta memiliki ketertarikan untuk mempelajari Elemen Euclid. Ia juga
mempelajari angka-angka pecahan dan belajar banyak dari orang-orang Arab yang
telah menciptakan matematika s400 tahun sebelumnya. Menurut O'Connor,
suku Banu Marin memiliki budaya yang kuat untuk belajar serta mencari ilmu
pengetahuan.
Banu
Marin juga menjadikan Kota Fez sebagai pusat studi dan kebudayaan Islam. Di
Universitas Fez, al-Banna mengajarkan semua cabang ilmu matematika termasuk
diantaranya; aritmatika, Aljabar, geometri dan astronomi. Fez
merupakan kota
yang berkembang dengan pesat. Di kota
itu berdiri dengan megah istana kesultanan, madrasah, universitas, serta,
masjid yang megah.
Selama
mengajar di universitas di kota Fez, al-Banna mengembangkan komunitas akademis.
Ia memiliki begitu banyak murid. Hal ini menunjukkan pengaruh
al-Banna yang sangat kuat di mata muridnya. Komunitas akademis itu melakukan
studi dan diskusi dalam mengembangkan dan menyebarkan ilmu pengetahuan,
khususnya matematika.
Al-Banna
merupakan penulis yang sangat produktif. Dia telah melahirkan sejumlah karya
besar dan legendaris. Tak kurang terdapat 82 karya al Banna yang didaftar
oleh Renaud. Namun tidak semua karya al Banna berupa tulisan tentang ilmu
matematika, meskipun kebanyakan karyanya adalah matematika.
Dia
menulis buku berisi pengantar Elemen Euclid. Selain itu, menulis sebuah teks tentang
Aljabar, dan menulis berbagai karya tentang astronomi. Para
sejarawan sains mengaku kesulitan untuk mengetahui secara pasti jumlah karya
asli al-Banna. Pasalnya, dia juga banyak menyadur buku karya matematikus Islam
terdahulu. Kini, sebagian karya al-Banna telah hilang.
Dalam
membuat karyanya, al-Banna memang mendapatkan banyak pengaruh dari para ahli
matematika Arab sebelumnya. Al-Banna merupakan orang pertama yang
mempertimbangkan pecahan sebagai perbandingan antara dua angka dan dia adalah
orang pertama yang menggunakan ekspresi almanak, dalam sebuah karya yang
berisi data astronomi dan meteorologi.
Karya
al-Banna yang paling terkenal adalah Talkhis Amal al-Hisab (Ringkasan
dari Operasi Rritmatika) dan Raf al-Hijab. Kedua buku itu berisi
komentar-komentar al-Banna terhadap karyanya Talkhis amal al-Hisab.
Dalam karyanya itu, al-Banna memperkenalkan beberapa notasi matematika yang
membuat para ilmuwan percaya bahwa simbolisme aljabar pertama kali dikembangkan
matematikus Islam yakni al-Banna dan al-Qalasadi.
Dalam
buku Raf al-Hijab, al-Banna menjelaskan berbagai macam pecahan
matematika dan mereka terus digunakan untuk menghitung perkiraan dari nilai
akar kuadrat. Hasil menarik lainnya terdapat pada seri menjumlahkan hasil.
Berikut contoh rumus matematika yang dikembangkan al-Banna.
13 + 33 + 53 + ... + (2n-1)3 =
n2(2n2 - 1) dan
12 + 32 + 52 + ... + (2n-1)2 =
(2n + 1)2n(2n - 1)/6.
Mungkin
yang paling menarik dari karya al Banna adalah bekerjanya koefisien binomial
yang dijelaskan secara rinci dalam bukunya tersebut. Al -Banna menunjukkan
bahwa:
pC2 = p(p-1)/2
pC2 = p(p-1)/2
lalu
pC3 = pC2(p-2)/3.
pC3 = pC2(p-2)/3.
Memang hal itu sulit dijelaskan
tetapi akhirnya al-Banna menerangkan bahwa:
pCk = pCk-1(p - (k - 1) )/k.
pCk = pCk-1(p - (k - 1) )/k.
sehingga hasilnya
pCk = p(p - 1)(p - 2)...(p - k +
1)/(k !)
Sebenarnya
karya al Banna merupakan langkah kecil dari hasil segitiga Pascal yang tiga
abad sebelumnya dijelaskan al-Karaji. Meski begitu, ada sesuatu yang
lebih fundamental dari pada segitiga Pascal, hasil itu justru merupakan
kombinatorial eksposisi al-Banna, bersama-sama membentuk hubungan antara angka
dan kombinasi poligonal.
Adikarya Sang Legendaris
Sebelum
menjadi matematikus hebat, al-Banna lebih banyak belajar ilmu-ilmu
tradisional seperti, bahasa Arab, Tata Bahasa (nahwu dan sharf),
hadis, fikih, tafsir Alquran di kampung halamannya. Setelah itu, ia
diperkenalkan dengan matematika dan ilmu kedokteran oleh guru-guru
pembimbingnya.
Al-Banna
diketahui pernah dekat dengan Saint Aghmat, Abu Zayd Abdur Rahman al-Hazmiri
yang kemudian dikenal sebagai orang yang selalu mengarahkan dan
memanfaatkan pengetahuan matematika Ibnu al-Banna untuk tujuan yang bersifat
ramalan.
Al-Banna
juga menjadi salah seorang yang mampu menguraikan atau menjabarkan
prinsip-prinsip perhitungan dari bentuk-bentuk ghubar (hisab ghubar
adalah suatu metode perhitungan yang berasal dari Persia).
Dia
juga menjadi seorang figur yang sangat legendaris dan dikenal sebagai saintis
yang ajaib. Betapa tidak. Kecerdasan dan kemampuannya sangat luar biasa
dan mampu melebihi manusia pada umumnya. Hal ini dia lakukan dengan menerapkan
ilmu pengetahuan ilmiahnya. Meskipun demikian, para biografer memuji kerendahan
hatinya dan kesalehannya sebagai hamba Allah SWT.
Dia
mempunyai sifat dan tingkah laku yang sangat baik dan santun. Karya-karya
al-Banna sebenarnya lebih dari 80 judul dengan berbagai macam variasi ilmu
pengetahuan yang berbeda-beda. Karya-karyanya itu meliputi ilmu tata bahasa
(nahwu), bahasa retorika, fikih, ushulluddin (perbandingan agama), tafsir
Alquran, logika, pembagian warisan (al-farai’d), ramalan, astronomi,
meteorologi dan matematika, juga termasuk sebuah resume karya Imam al-Ghazali,
“Ihya’ Ulumuddin”.
Namun
hanya sebagian karyanya yang dapat bertahan sampai sekarang ini. Di antara
karya-karyanya tersebut antara lain; Talkhis fi Amal al-Hisab, Risalah fi
Ilm al-Masaha, al-Maqalat fi al-Hisab,Tanbih al-Albab, Mukhtashar Kafi li
al-Mutallib, Kitab al-Ushul al-Muqaddamat fi al-Jabr wa al-Muqabala, Kitab
Minhaj li Ta’dil al-Kawakib, Qanun li Tarhil asy-Syams wa al-Qamar fi
al-Manazil wa ma Kifat Auqat al-Lain wa al-Nahar, Kitan al-Yasar Taqwim
al-Kawakib as-Sayyara, Madkhal an-Nujum wa Taba’i al-Huruf, Kitab fi Ahkam
al-Nujum, juga Kitab al-Manakh.
Dari
sekian banyak karyanya, yang paling penting adalah Talkhis fi Amal
al-Hisab, yang menjadi perhatian para ilmuwan. Karyanya itu juga telah
diterjemahkan oleh A Marre, dan diterbitkan secara terpisah, di Roma pada 1865.
Sebagai seorang ilmuwan yang hebat, al-Banna pernah mendapat penghargaan yang
tinggi dari Ibnu Khaldun.
Ibnu
Khaldun berharap agar karya-karya al-Banna dapat dikembangkan para
ilmuwan sepeninggalnya.
Dari artikel terpercaya
Label:
Jurnalistik Mahasiswa
00.07
Ia bernama lengkap Abu al-Fida Ismail Ibnu Ali bin Mahmud al-Malik al-Mu'ayyad Imad Ad-din. Ia adalah seorang ahli sejarah keturunan Kurdi yang sangat legendaris. Abu al-Fida terlahir dikota Damaskus,
Suriah pada November 1273 M. Ayahnya, Malik ul-Afdha, adalah saudara dari pangeran
Hamah.
Abu al-Fida merupakan keturunan dari Ayyub, ayah seorang panglima hebat pada masa Perang Salib yakni Salahuddin al-Ayyubi. Abu al-Fida terlahir dalam kondisi politik dan keamanan yang tak menentu, menyusul serangan bangsa Mongol ke kota-kota Islam. Pada saat lahir, ayahnya telah diusir dari kerajaan Hama oleh para penyerang dari Mongol yang melakukan invansi kedua pada 1259 di bawah komando Hulagu Kan. Invasi pertama Mongol terjadi pada 1219-1222 yang dipimpin Jenghis Khan.
Meski tumbuh dalam situasi politik dan keamanan yang tak menentu, semangat Abu al-Fida untuk belajar tak pernah surut. Pada masa kanak-kanaknya, ia menghabiskan hampir seluruh waktu bermainnya untuk mempelajari Alquran, hadis dan ilmu pengetahuan umum.
Ketika menginjak usia 16 tahun, Abu al-Fida masih berjuang bersama ayahnya dan sepupunya untuk merebut Tripoli dari tentara salib. Setelah berjuang merebutTripoli , dia masih berjuang melawan tentara
salib dengan pasukan muslim lainnya untuk menaklukan Kastil Roum yang penting
untuk mengendalikan kekuasaan di wilayah Sungai Eufrat. Beberapa tahun
kemudian, dia berada di bawah perintah Sultan Mamluk Ladjyn berperang melawan
orang-orang Kristen di Armenia.
Abu al Fida juga pernah menceritakan kehebatan kisah Sultan Ladjyn yang berasal dari Jerman dan asal-usulnya sebagai keturunan dari Ordo Ksatria Teutonik. Sultan Ladjyn berjuang melawan kaum Kristen di Italia dan melawan orang-orang kafir, kemudian dia datang keSyria
untuk melawan kaum Muslimin, lalu terpesona oleh keagungan agama Islam dan
akhirnya masuk Islam. Setela itu, dia bergabung dengan Dinasti Mamluk, dan
secara bertahap naik pangkat sampai akhirnya dia menjadi seorang Sultan dan
menjadi teman abu al Fida sendiri.
Abu al Fida kemudian kembali lagi ke Mekkah pada tahun 1321, lalu dia pergi melakukan kampanye militer sekali lagi untuk berperang di wilayah Asia Kecil. Saat berada di tengah-tengah kampanye militer ini, Abu al Fida menggunakan sedikit waktunya yang tersisa untuk menulis. Pada tahun 1323, dia kembali keHama dan menulis karya geografi. Dia juga
banyak memakai waktunya untuk berdiskusi dan belajar, bahkan dia juga sempat
melakukan perdagangan. Abu al Fida hidup dengan luar biasa. Seluruh hidupnya
dari masa kanak-kanak hanyalah serangkaian kampanye militer, selain itu dia
naik haji ke Mekah sebanyak tiga kali, mencurahkan banyak waktu untuk mananam
modal, memberikan perlindungan kepada para pelajar, serta menulis.
Pada tahun 1285 Abu al-Fida ikut dalam pertempuran melawan kubu Knights of St John, dan dia juga ikut melakukan pengepungan di wilayah Tripoli, Acre dan Qal'at ar-Rum. Pada tahun 1298 dia bekerja untuk melayani Sultan Mamluk Malik al-Nasir dan setelah menganbdi selama dua belas tahun kepada Sultan Mamluk tersebut, dia mendapatkan jabatan sebagai Gubernur Hama. Pada tahun 1312 dia menjadi pangeran dengan gelar Malik Us Salhn dan pada tahun 1320 dia menerima pangkat secara turun-temurun dengan gelar Sultan Malik ul-Mu'ayyad.
Selama lebih dari dua puluh tahun lamanya ia Abu al-Fida memerintah dalam suasana yang penuh ketenangan dan keindahan. Dia mengabdikan dirinya untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintah dan membuat berbagai macam karya yang membuatnya menjadi termasyhur. Dia juga tipoe orang yang suka sekali berkirimsurat .
Sehingga banyak sekali surat
yang datang untuknya. Abu al Fida sendiri meninggal pada puncak kemuliaan dan
kekuasaannya di Hama pada tahun 1331.
Meskipun Abu al Fida sangat tertarik dengan ilmu sejarah dan geografi, dia juga aktif mempelajari dengan baik berbagai bidang ilmu lainnya seperti botani dan Materia Mediaca. Dia juga menulis sebuah karya dalam banyak volume tentang obat-obatan yang berjudul Kunash, dan dia juga membuat sebuah buku tentang keseimbangan.
Karya Abu al Fida
Abu al-Fida sendiri dalam menciptakan karya-karyanya berdasarkan kepada sumber-sumber kepercayaannya juga pengalaman sendiri sebagai seorang pejuang yang menyaksikan berbagai peristiwa penting dan bersejarah. Dia juga mendapatkan banyak pengaruh dari sejarawan besar diMosul
sebelum dia, yaitu Ibn al-Atsir. The Concise History of Humanity merupakan
sebuah karya penting, sehingga banyak yang menuliskan lanjutan dari sejarah
tersebut. Beberapa ahli sejarah yang melanjutkan karya Abu al Fida antara lain
Ibn al-Wardi pada tahun 1348, Ibn al-Shihna al-Halabi pada tahun 1403.
Karya-karya Abu Al Fida banyak dihargai oleh para orientalis Barat. Bahkan banyak dari karyanya sebagian diterbitkan di Barat, John Cagnier (1670-1740) pernah menerbitkan karya Abu al Fida, begitu pula Reiske. Sehingga karya sejarah Islam banyak dikenal di dunia Barat.
Seperti banyak karya sejarah sebelumnya, termasuk karya-karya Ptolemeus dan Muhammad al-Idrisi. The Concise History of Humanity memiliki sebuah pengantar panjang tentang berbagai macam masalah geografis yang isinya tentang kota-kota utama di dunia. Dalam buku tersebut juga terdapat garis bujur, lintang, iklim, ejaan. Buku tersebut mulai diterbitkan dan diterjemahkan pada awal tahun 1650 di Eropa.
Dalam bukunya dia juga menegaskan bahwa tiga perempat permukaan bumi tertutup dengan air. Beberapa wilayah yang diceritakan dalam buku tersebut antara lain 1, Arab; 2. Mesir; 3. Maghrib; 4.Africa ; 5. Spanyol; 6; Pulau-pulau
di Mediterania dan Atlantik; 7. Bagian utara Eropa dan Asia ;
8 Suriah; 9 Jazirah; 10. Irak'; 11. Khuzistan atau Ahwaz ;
12. Fars ; 13. Kirman; 14 Sijistan; 15: Sind;
16: India ;
17. China ;
18 Pulau-pulau di timur; 19 Rum (Asia Kecil); 20. Armenia .
Buku tersebut juga berisi tentang negara termasuk batas-batasnya, keanehan fisik, kehidupan politik, divisi etnis , sopan santun, adat istiadat, monumen, jalan-jalan utama, kota-kota utama, sumber informasi, bujur, lintang, iklim, ortografi, deskripsi singkat. Abu al Fida berusaha keras untuk menetapkan ortografi dan orthophony dari nama-nama tempat. Salah satu aspek yang paling penting dalam karya Abu al-Fida adalah pengamatan bentuk bola bumi.
Abu al Fida, Sejarawan Muslim dari Dinasti Mamluk
Abu al Fida, Sejarawan Muslim dari Dinasti Mamluk
Dedikasi dan pengabdian sang ilmuwan
Muslim bernama Abu al-Fida ini telah diakui oleh peradaban Barat. Tak heran
jika namanya diabadikan di sebuah kawah bulan, yakni Abulfeda. "Manusia
yang sungguh luar biasa,'' begitu penulis Barat bernama De Vaux memuji sosok
sejarawan dan geografer Muslim di abad ke-13 itu.
Ia bernama lengkap Abu al-Fida Ismail Ibnu Ali bin Mahmud al-Malik al-Mu'ayyad Imad Ad-din. Ia adalah seorang ahli sejarah keturunan Kurdi yang sangat legendaris. Abu al-Fida terlahir di
Abu al-Fida merupakan keturunan dari Ayyub, ayah seorang panglima hebat pada masa Perang Salib yakni Salahuddin al-Ayyubi. Abu al-Fida terlahir dalam kondisi politik dan keamanan yang tak menentu, menyusul serangan bangsa Mongol ke kota-kota Islam. Pada saat lahir, ayahnya telah diusir dari kerajaan Hama oleh para penyerang dari Mongol yang melakukan invansi kedua pada 1259 di bawah komando Hulagu Kan. Invasi pertama Mongol terjadi pada 1219-1222 yang dipimpin Jenghis Khan.
Meski tumbuh dalam situasi politik dan keamanan yang tak menentu, semangat Abu al-Fida untuk belajar tak pernah surut. Pada masa kanak-kanaknya, ia menghabiskan hampir seluruh waktu bermainnya untuk mempelajari Alquran, hadis dan ilmu pengetahuan umum.
Mengingat kondisi keamanan yang tak
menentu, setelah tumbuh menjadi remaja, Abu al-Fida mencurahkan dirinya untuk
terjun dalam bidang militer.Ia telah turut angkat senjata membela agama Allah
SWT saat melawan para Tentara Perang Salib dari Roma.
Setelah menerima pendidikan,
pada usianya yang ke-12, dia sudah berani berjuang melawan tentara Salib
bersama ayahnya bersama Penguasa Dinasti Mamluk. Dia juga tercatat ikut
berjuang mengambil alih benteng tentara Salib dari Ksatria Markab Hospitaler.
Ketika menginjak usia 16 tahun, Abu al-Fida masih berjuang bersama ayahnya dan sepupunya untuk merebut Tripoli dari tentara salib. Setelah berjuang merebut
Abu al Fida juga pernah menceritakan kehebatan kisah Sultan Ladjyn yang berasal dari Jerman dan asal-usulnya sebagai keturunan dari Ordo Ksatria Teutonik. Sultan Ladjyn berjuang melawan kaum Kristen di Italia dan melawan orang-orang kafir, kemudian dia datang ke
Pada tahun 1309, Abu al Fida
berjuang di Armenia melawan pasukan aliansi Mongol-Armenia saat dia baru saja
kembali dari perjalanan ziarah ke Mekkah. Lalu pada tahun 1316 dia berada di
Kairo Mamluk dan ditunjuk sebagai letnan untuk Sultan. Dua tahun kemudian dia
diangkat menjadi Pangeran Hama, dengan demikian dia telah berjuang memulihkan
kebesaran nama nenek moyangnya. Abu al Fida juga meriwayatkan kembali kota para
leluhurnya supaya dikenang kebesarannya sepanjang masa.
Abu al Fida kemudian kembali lagi ke Mekkah pada tahun 1321, lalu dia pergi melakukan kampanye militer sekali lagi untuk berperang di wilayah Asia Kecil. Saat berada di tengah-tengah kampanye militer ini, Abu al Fida menggunakan sedikit waktunya yang tersisa untuk menulis. Pada tahun 1323, dia kembali ke
Pada tahun 1285 Abu al-Fida ikut dalam pertempuran melawan kubu Knights of St John, dan dia juga ikut melakukan pengepungan di wilayah Tripoli, Acre dan Qal'at ar-Rum. Pada tahun 1298 dia bekerja untuk melayani Sultan Mamluk Malik al-Nasir dan setelah menganbdi selama dua belas tahun kepada Sultan Mamluk tersebut, dia mendapatkan jabatan sebagai Gubernur Hama. Pada tahun 1312 dia menjadi pangeran dengan gelar Malik Us Salhn dan pada tahun 1320 dia menerima pangkat secara turun-temurun dengan gelar Sultan Malik ul-Mu'ayyad.
Selama lebih dari dua puluh tahun lamanya ia Abu al-Fida memerintah dalam suasana yang penuh ketenangan dan keindahan. Dia mengabdikan dirinya untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintah dan membuat berbagai macam karya yang membuatnya menjadi termasyhur. Dia juga tipoe orang yang suka sekali berkirim
Meskipun Abu al Fida sangat tertarik dengan ilmu sejarah dan geografi, dia juga aktif mempelajari dengan baik berbagai bidang ilmu lainnya seperti botani dan Materia Mediaca. Dia juga menulis sebuah karya dalam banyak volume tentang obat-obatan yang berjudul Kunash, dan dia juga membuat sebuah buku tentang keseimbangan.
Karya Abu al Fida
Salah satu karya fenomenal Abu al
Fida adalah bukunya yang berjudul The Concise History of Humanity (Ringkasan
sejarah manusia) atau dalam bahasa Arabnya Tarikhu 'l-Mukhtasar fi Akhbari'
l-Bashar yang dia tulis pada tahun 1315, lalu dia lanjutkan penulisan buku
tersebut pada tahun 1329. Buku ini selain memuat tentang penciptaan dunia, juga
memuat tentang sejarah universal, sejarah pra-Islam dan sejarah Islam pada
tahun 1329. Buku tersebut telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Perancis
dan Inggris.
Abu al-Fida sendiri dalam menciptakan karya-karyanya berdasarkan kepada sumber-sumber kepercayaannya juga pengalaman sendiri sebagai seorang pejuang yang menyaksikan berbagai peristiwa penting dan bersejarah. Dia juga mendapatkan banyak pengaruh dari sejarawan besar di
Karya-karya Abu Al Fida banyak dihargai oleh para orientalis Barat. Bahkan banyak dari karyanya sebagian diterbitkan di Barat, John Cagnier (1670-1740) pernah menerbitkan karya Abu al Fida, begitu pula Reiske. Sehingga karya sejarah Islam banyak dikenal di dunia Barat.
Seperti banyak karya sejarah sebelumnya, termasuk karya-karya Ptolemeus dan Muhammad al-Idrisi. The Concise History of Humanity memiliki sebuah pengantar panjang tentang berbagai macam masalah geografis yang isinya tentang kota-kota utama di dunia. Dalam buku tersebut juga terdapat garis bujur, lintang, iklim, ejaan. Buku tersebut mulai diterbitkan dan diterjemahkan pada awal tahun 1650 di Eropa.
Dalam bukunya dia juga menegaskan bahwa tiga perempat permukaan bumi tertutup dengan air. Beberapa wilayah yang diceritakan dalam buku tersebut antara lain 1, Arab; 2. Mesir; 3. Maghrib; 4.
Buku tersebut juga berisi tentang negara termasuk batas-batasnya, keanehan fisik, kehidupan politik, divisi etnis , sopan santun, adat istiadat, monumen, jalan-jalan utama, kota-kota utama, sumber informasi, bujur, lintang, iklim, ortografi, deskripsi singkat. Abu al Fida berusaha keras untuk menetapkan ortografi dan orthophony dari nama-nama tempat. Salah satu aspek yang paling penting dalam karya Abu al-Fida adalah pengamatan bentuk bola bumi.
Label:
Jurnalistik Mahasiswa
19.35
BENARKAH GOLPUT PILIHAN TERBAIK DARI TERBURUK DALAM PEMILU 2014 ? - Debat Mahasiswa An Nuaimy Jakarta
BENARKAH GOLPUT PILIHAN TERBAIK DARI TERBURUK DALAM PEMILU 2014 ?
Debat Mahasiswa An Nuaimy Jakarta
Tampak suasana
antusias dari mahasiswa An Nu’aimy di aula kegiatan mahasiswa ma’had Aly An
nu’aimy Jakarta pada kamis malam 13 Februari 2014, pada acara diskusi ilmiah
antar mahasiswa Ma’had Aly An Nu’aimy, diskusi tersebut mengangkat tema tentang
Golput, sebuah tema yang sedang hangat dibicarakan publik saat ini, terutama
menjelang pesta Pemilihan Umum (PEMILU) 9 April 2014 nanti.
Diskusi yang
berdurasi sekitar 90 menit ini, diikuti oleh dua kelompok, kelompok pro Golput
dan kontra Golput, masing-masing terdiri dari 4 mahasiswa, serta dipandu
seorang moderator. Diskusi ini berisikan
tiga segmen: Segmen pertama berupa pemaparan statmen serta opini masing-masing
kelompok. Segmen kedua, tanya jawab antar kelompok. Segmen ketiga pertanyaan
dari penonton diskusi.
Diskusi
dibanjiri interupsi dan pertanyaan, menunjukkan betapa antusiasnya mahasiswa
Ma’had Aly An Nu’aimy pada acara diskusi ilmiah ini, setiap kelompok diskusi
memiliki opini masing-masing tentang golput, kelompok pro golput berpendapat bahwanya
golput adalah pilihan, sebagai bentuk ketidak puasan terhadap pemimpin-pemimpin
negeri ini yang identik dengan korupsi serta pengkhianatan.
Dan dari pihak
kelompok kontra golput berpendapat bahwasanya dengan golput kita sama saja
memberikan tiket gratis untuk pemimpin zholim bahkan pemimpin non muslim untuk
berkuasa.
Pada segmen
terakhir, penonton diberi kesempatan untuk ikut berpartisipasi dengan bentuk
pertanyaan serta sanggahan. Berikut pendapat salah satu mahasiswa ketika
ditanya tentang Golput ”Dengan tidak golput setidaknya kita telah ikut
berpartisipasi untuk perubahan bagi negeri ini, kalau kita golput terus siapa
yang akan mengurus negeri ini?” begitu papar Al farisi, salah seorang mahasiswa
Ma’had Aly An-Nu’aimy.
Diakhir
diskusi setiap kelompok diberikan kesempatan untuk memberikan statmen terakhir
tentang Golput, dan ternyata setiap kelompok sepakat untuk Tidak Golput pada
Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 sebagai bentuk wacana perubahan indonesia lebih
baik, tentunya dengan mengetahui serta mengenal calon pemimpin kita, setidaknya
untuk 5 tahun kedepan.
By Muhammad Andi -ketua BEM An Nuaimy Jakarta.
Label:
Galeri,
Info Terbaru