Ibnu al-Banna al-Marrakushi
dikenal sebagai matematikus Muslim legendaris dari Maroko pada abad ke-13 M.
Kontribusinya bagi pengembangan matematika sungguh sangat tak ternilai.
Lewat
kitab yang ditulisnya bertajuk Talkhis Amal al-Hisab (Ringkasan dari
Operasi Aritmatika) dan Raf al-Hijab, ia memperkenalkan beberapa
notasi matematika yang membuat para para sejarawan sains dan ilmuwan percaya
bahwa simbolisme Aljabar pertama kali dikembangkan peradaban Islam.
Menurut
sejumlah catatan sejarah, al-Banna dan al-Qalasadi merupakan penemu notasi
matematika. Dedikasinya dalam mengembangkan matematika telah diakui dunia.
Untuk mengenang jasa-jasanya bagi kemajuan matematika, para ilmuwan dunia
mengabadikan namanya di salah satu kawah bulan yang diberi nama
al-Marrakushi.
Al-Banna
pun menjadi satu dari 24 ilmuwan Muslim legendaris yang namanya diabadikan di
kawah bulan. Matematikus Muslim kesohor itu bernama lengkap Abu'l-Abbas Ahmad
bin Muhammad bin Utsman al-Azdi. Dalam catatan sejarah, tidak ada keterangan
dengan jelas apakah al-Banna lahir di kota Marrakesh atau di wilayah yang diberi nama Marrakesh , Maroko oleh
bangsa Eropa.
Ada
pula yang menyebut al-Banna terlahir di Granada di Spanyol dan kemudian hijrah
ke Afrika Utara untuk mendapatkan pendidikan dan pengalaman hidup. Yang pasti,
menurut sejarawan matematika JJ O'Connor dan EF Robertson, al-Banna
menghabiskan sebagian besar hidupnya di Maroko.
Al-Banna
lahir pada Desember 1256. Saat itu, Suku Banu Marin di Maroko merupakan sekutu
Kekhalifahan Umayyah di Cordoba, Spanyol. Suku tersebut kemudian tinggal di
bagian timur Maroko di bawah kepemimpinan Abu Yahya. Mereka mulai menaklukkan
daerah-daerah di sekitarnya. Suku Banu Marin menaklukan Fez
pada 1248 dan menjadikan wilayah tersebut sebagai ibu kota .
Kemudian
mereka menaklukan Marrakesh dari kekuasaan suku Muwahhidun yang berkuasa pada
1269. Dengan demikian Suku Banu Marin mengambil alih kekuasaan di seluruh
Maroko. Setelah mereka berhasil menaklukkan Maroko, Banu Marin mencoba membantu
Granada untuk
mencegah kemajuan peradaban Kristen.
Hubungan erat antara Granada dan
Maroko itulah yang membuat para sejarawan kesulitan untuk menjelaskan dan
mengetahui secara pasti asal al-Banna. Menurut O'Connor dan Robertson, al-Banna
menyelesaikan studinya di Maroko. Matematika adalah bidang studi yang
disukainya.
Saat
itu, matematika merupakan ilmu favorit. Al-Banna sangat cinta dengan geometri
serta memiliki ketertarikan untuk mempelajari Elemen Euclid. Ia juga
mempelajari angka-angka pecahan dan belajar banyak dari orang-orang Arab yang
telah menciptakan matematika s400 tahun sebelumnya. Menurut O'Connor,
suku Banu Marin memiliki budaya yang kuat untuk belajar serta mencari ilmu
pengetahuan.
Banu
Marin juga menjadikan Kota Fez sebagai pusat studi dan kebudayaan Islam. Di
Universitas Fez, al-Banna mengajarkan semua cabang ilmu matematika termasuk
diantaranya; aritmatika, Aljabar, geometri dan astronomi. Fez
merupakan kota
yang berkembang dengan pesat. Di kota
itu berdiri dengan megah istana kesultanan, madrasah, universitas, serta,
masjid yang megah.
Selama
mengajar di universitas di kota Fez, al-Banna mengembangkan komunitas akademis.
Ia memiliki begitu banyak murid. Hal ini menunjukkan pengaruh
al-Banna yang sangat kuat di mata muridnya. Komunitas akademis itu melakukan
studi dan diskusi dalam mengembangkan dan menyebarkan ilmu pengetahuan,
khususnya matematika.
Al-Banna
merupakan penulis yang sangat produktif. Dia telah melahirkan sejumlah karya
besar dan legendaris. Tak kurang terdapat 82 karya al Banna yang didaftar
oleh Renaud. Namun tidak semua karya al Banna berupa tulisan tentang ilmu
matematika, meskipun kebanyakan karyanya adalah matematika.
Dia
menulis buku berisi pengantar Elemen Euclid. Selain itu, menulis sebuah teks tentang
Aljabar, dan menulis berbagai karya tentang astronomi. Para
sejarawan sains mengaku kesulitan untuk mengetahui secara pasti jumlah karya
asli al-Banna. Pasalnya, dia juga banyak menyadur buku karya matematikus Islam
terdahulu. Kini, sebagian karya al-Banna telah hilang.
Dalam
membuat karyanya, al-Banna memang mendapatkan banyak pengaruh dari para ahli
matematika Arab sebelumnya. Al-Banna merupakan orang pertama yang
mempertimbangkan pecahan sebagai perbandingan antara dua angka dan dia adalah
orang pertama yang menggunakan ekspresi almanak, dalam sebuah karya yang
berisi data astronomi dan meteorologi.
Karya
al-Banna yang paling terkenal adalah Talkhis Amal al-Hisab (Ringkasan
dari Operasi Rritmatika) dan Raf al-Hijab. Kedua buku itu berisi
komentar-komentar al-Banna terhadap karyanya Talkhis amal al-Hisab.
Dalam karyanya itu, al-Banna memperkenalkan beberapa notasi matematika yang
membuat para ilmuwan percaya bahwa simbolisme aljabar pertama kali dikembangkan
matematikus Islam yakni al-Banna dan al-Qalasadi.
Dalam
buku Raf al-Hijab, al-Banna menjelaskan berbagai macam pecahan
matematika dan mereka terus digunakan untuk menghitung perkiraan dari nilai
akar kuadrat. Hasil menarik lainnya terdapat pada seri menjumlahkan hasil.
Berikut contoh rumus matematika yang dikembangkan al-Banna.
13 + 33 + 53 + ... + (2n-1)3 =
n2(2n2 - 1) dan
12 + 32 + 52 + ... + (2n-1)2 =
(2n + 1)2n(2n - 1)/6.
Mungkin
yang paling menarik dari karya al Banna adalah bekerjanya koefisien binomial
yang dijelaskan secara rinci dalam bukunya tersebut. Al -Banna menunjukkan
bahwa:
pC2 = p(p-1)/2
pC2 = p(p-1)/2
lalu
pC3 = pC2(p-2)/3.
pC3 = pC2(p-2)/3.
Memang hal itu sulit dijelaskan
tetapi akhirnya al-Banna menerangkan bahwa:
pCk = pCk-1(p - (k - 1) )/k.
pCk = pCk-1(p - (k - 1) )/k.
sehingga hasilnya
pCk = p(p - 1)(p - 2)...(p - k +
1)/(k !)
Sebenarnya
karya al Banna merupakan langkah kecil dari hasil segitiga Pascal yang tiga
abad sebelumnya dijelaskan al-Karaji. Meski begitu, ada sesuatu yang
lebih fundamental dari pada segitiga Pascal, hasil itu justru merupakan
kombinatorial eksposisi al-Banna, bersama-sama membentuk hubungan antara angka
dan kombinasi poligonal.
Adikarya Sang Legendaris
Sebelum
menjadi matematikus hebat, al-Banna lebih banyak belajar ilmu-ilmu
tradisional seperti, bahasa Arab, Tata Bahasa (nahwu dan sharf),
hadis, fikih, tafsir Alquran di kampung halamannya. Setelah itu, ia
diperkenalkan dengan matematika dan ilmu kedokteran oleh guru-guru
pembimbingnya.
Al-Banna
diketahui pernah dekat dengan Saint Aghmat, Abu Zayd Abdur Rahman al-Hazmiri
yang kemudian dikenal sebagai orang yang selalu mengarahkan dan
memanfaatkan pengetahuan matematika Ibnu al-Banna untuk tujuan yang bersifat
ramalan.
Al-Banna
juga menjadi salah seorang yang mampu menguraikan atau menjabarkan
prinsip-prinsip perhitungan dari bentuk-bentuk ghubar (hisab ghubar
adalah suatu metode perhitungan yang berasal dari Persia).
Dia
juga menjadi seorang figur yang sangat legendaris dan dikenal sebagai saintis
yang ajaib. Betapa tidak. Kecerdasan dan kemampuannya sangat luar biasa
dan mampu melebihi manusia pada umumnya. Hal ini dia lakukan dengan menerapkan
ilmu pengetahuan ilmiahnya. Meskipun demikian, para biografer memuji kerendahan
hatinya dan kesalehannya sebagai hamba Allah SWT.
Dia
mempunyai sifat dan tingkah laku yang sangat baik dan santun. Karya-karya
al-Banna sebenarnya lebih dari 80 judul dengan berbagai macam variasi ilmu
pengetahuan yang berbeda-beda. Karya-karyanya itu meliputi ilmu tata bahasa
(nahwu), bahasa retorika, fikih, ushulluddin (perbandingan agama), tafsir
Alquran, logika, pembagian warisan (al-farai’d), ramalan, astronomi,
meteorologi dan matematika, juga termasuk sebuah resume karya Imam al-Ghazali,
“Ihya’ Ulumuddin”.
Namun
hanya sebagian karyanya yang dapat bertahan sampai sekarang ini. Di antara
karya-karyanya tersebut antara lain; Talkhis fi Amal al-Hisab, Risalah fi
Ilm al-Masaha, al-Maqalat fi al-Hisab,Tanbih al-Albab, Mukhtashar Kafi li
al-Mutallib, Kitab al-Ushul al-Muqaddamat fi al-Jabr wa al-Muqabala, Kitab
Minhaj li Ta’dil al-Kawakib, Qanun li Tarhil asy-Syams wa al-Qamar fi
al-Manazil wa ma Kifat Auqat al-Lain wa al-Nahar, Kitan al-Yasar Taqwim
al-Kawakib as-Sayyara, Madkhal an-Nujum wa Taba’i al-Huruf, Kitab fi Ahkam
al-Nujum, juga Kitab al-Manakh.
Dari
sekian banyak karyanya, yang paling penting adalah Talkhis fi Amal
al-Hisab, yang menjadi perhatian para ilmuwan. Karyanya itu juga telah
diterjemahkan oleh A Marre, dan diterbitkan secara terpisah, di Roma pada 1865.
Sebagai seorang ilmuwan yang hebat, al-Banna pernah mendapat penghargaan yang
tinggi dari Ibnu Khaldun.
Ibnu
Khaldun berharap agar karya-karya al-Banna dapat dikembangkan para
ilmuwan sepeninggalnya.
Dari artikel terpercaya