Home » , , » Larangan Mengikuti Langkah-langkah Setan

Larangan Mengikuti Langkah-langkah Setan

oleh: 
Moh Sofwan Abbas, MA 
Dosen Mahad Aly An-Nuaimy 




وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ وَأَنَّ اللَّهَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ (20) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَى مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (21) [النور: 20-21]

Analisis Lafadh
Karunia Allah swt. Kata “الفضل” awalnya bermakna kelebihan. Kelebihan bisa bermakna positif maupun negatif. Positif seperti فضل العلم, sedangkan negatif seperti فضل الغضب. Tapi kalau disebutkan tanpa imbuhan, kata “الفضل” bermakna positif, sedangkan kata “الفضول” bermakna negatif. Selanjutnya, kata ini diartikan dengan setiap pemberian yang diberikan bukan atas kewajiban. Allah swt. dengan “الفضل” member kita kehidupan, hidayah, rezeki, dan sebagainya.
فَضْلُ اللَّهِ
Maha Penyantun dan Maha Penyayang. Berasal dari kata “رؤف” yang bermakna lembut hati dan menyayangi. Kata “الرؤوف” juga termasuk Al-Asma’ul Husna. Ada yang mengatakan, kata “الرأفة” adalah belas kasihan yang membuat seseorang menghindarkan orang yang lain dari kesulitan. Sedangkan kata “الرحمة” lebih bersifat umum..
رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Kamu mengikuti. Kata “تبع” dan “اتبع” bermakna mengikuti jejak. Bisa bermakna mematuhi, seperti dalam ayat (فمن تبع هداى فلا خوف عليهم ولا هم يحزنون). Maknanya dalam ayat ini adalah melangkah pada langkah-langkah setan; berjalan di jalan setan; melakukan perbuatan-perbuatan setan.
تَتَّبِعُوا
Langkah-langkah setan. Kata “الخطوات” adalah bentuk jamak kata “الخطوة” yang bermakna jarak antara dua kaki ketika melangkah. Disebutkan dalam bentuk jamak, karena setan menjerumuskan manusia ke dalam perbuatan jahat dengan banyak sekali langkah. Tidak langsung. Dimulai dari yang kecil dan tidak dirasakan, lalu terus meningkat, dan seterusnya. Kata “الخطوة” dengan fathah bermakna melangkah, sedangkan dengan dhammah bermakna langkah.
خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ
Perbuatan-perbuatan yang keji. Kata “الفحشاء” adalah salah satu bentuk mashdar kata “فحش”. Karena kata ini mempunyai banyak bentuk mashdar, yaitu “الفحش والفحشاء والفاحشة”.
بِالْفَحْشَاءِ
Dan yang mungkar. Berasal dari kata “الإنكار” yang berlawan kata “العرفان”. Kata “الإنكار” bermakna sikap hati ketika mengetahui hal yang tidak dibayangkan sebelumnya. Hal ini salah satu bentuk ketidak-tahuan, seperti dalam ayat (فلما رأى أيديهم لا تصل إليه نكرهم - فدخلوا عليه فعرفهم وهم له منكرون).  Atau dalam ayat (فَلَمَّا جَاءَ آلَ لُوطٍ الْمُرْسَلُونَ (61) قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ مُنْكَرُونَ ). Dalam syari’at, bermakna “كل فعل تحكم العقول الصحيحة بقبحه، أو تتوقف في استقباحه واستحسانه العقول فتحكم بقبحه الشريعة).” Setiap hal yang dinilai buruk oleh akal sehat, atau yang belum bisa dinilai baik-buruknya oleh akal sehat, tapi dinilai buruk oleh syariat. Seperti dalam ayat (والامرون بالمعروف والناهون عن المنكر).
وَالْمُنْكَرِ
Bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu). Kata “زكا” maknanya bertambah dengan keberkahan dari Allah swt. Bisa untuk hal yang berkaitan dengan keakhiratan seperti ibadah zakat, bisa juga untuk keduniaan seperti ayat (أيها أزكى طعاما). Sedangkan tazkiah adalah memperhatikan dan memilih hal-hal yang bisa membuat hati manusia menjadi bersih. Hal itu kadang dinisbahkan kepada manusia seperti  dalam ayat (قد أفلح من زكاها), kadang dinisbahkan kepada Allah swt. seperti dalam ayat (بل الله يزكى من يشاء), dan kadang pula dinisbahkan kepada Rasulullah saw. seperti dalam ayat (تطهرهم وتزكيهم بها). Tazkiah ada dua; dengan perbuatan dan dengan ucapan. Tazkiah  yang dilakukan dengan perbuatan bersifat baik seperti ayat (قد أفلح من زكاها). Sedangkan tazkiah dengan ucapan, kalau dilakukan oleh orang lain bersifat baik seperti tazkiah al-adli (menilai seseorang dapat menjadi perawi), dan kalau dilakukan diri sendiri bersifat tidak baik seperti dalam ayat (لا تزكوا أنفسكم).
زَكَى
Tafsir dan Pelajaran yang Dipetik

1.      Ayat ke-20: Allah swt. mengingatkan kita kepada karunia, ra’fah dan rahmah-Nya.
a.       Keutamaan (الفضل) berarti memberi seseorang tanpa ada kewajiban memberis; berbuat baik kepada seseorang padahal orang itu tidak berhak mendapatkannya, atau bahkan berhak atas sebaliknya. Demikianlah Allah swt. memberi manusia banyak hal yang sebenarnya kita tidak berhak mendapatkannya.
1)      Kalau nikmat Allah swt. dianggap sebagai balasan ibadah, kita harus bertanya:
-          Apakah ibadah kita banyak?
-          Apakah ibadah kita berkualitas?
-          Apakah ibadah kita ikhlas untuk Allah swt?
Kalau ibadah kita banyak, berkualitas, dan ikhlas untuk Allah swt., itu pun belum ada apa-apanya dibanding dengan besarnya nikmat dari Allah swt.
2)      Banyak sekali kemaksiatan yang telah kita lakukan. Sebenarnya yang berhak kita dapatkan adalah siksaan. Bukan nikmat.
b.      Allah swt. memiliki “الرأفة” sehingga tidak langsung menimpakan siksaan-Nya. Tanpa  الرأفة” Allah swt., tentu manusia akan cepat binasa dan tidak mempunyai kesempatan untuk melindungi diri sendiri. Karena setiap kali berbuat maksiat langsung dibinasakan Allah swt. seperti kaum-kaum terdahulu.
c.       Allah swt. juga memiliki “الرحمة” sehingga memberikan manusia ancaman dan nasihat sehingga manusia bisa bertobat dan meninggalkan perbuatan dosa. Bertobat adalah untuk kepentingan manusia sendiri. Tapi untuk hal seperti ini saja mereka sangat enggan melakukannya. Oleh karena itu, Allah swt. sebutkan janji-janji untuk orang-orang yang bertaubat:
1)      Allah swt. ingin kita bertobat (وَاللَّهُ يُرِيدُ أَنْ يَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَيُرِيدُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ أَنْ تَمِيلُوا مَيْلًا عَظِيمًا) [An-Nisa’: 27].
2)      Allah memberikan janji yang besar bagi orang yang bertobat (وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ) [Hud: 3].
3)      Allah swt. mencintai orang yang bertobat (إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ) [Al-Baqarah: 222].
4)      Allah swt. alam memberikan kebahagian kepada orang yang bertobat (فَأَمَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَعَسَى أَنْ يَكُونَ مِنَ الْمُفْلِحِينَ) [Al-Qashash: 67].
2.      Ayat ke-21: Allah swt. melarang amat Islam mengikuti langkah-langkah setan. Karena setan mengajak manusia berbuat yang keji dan mungkar. Tanpa karunia dan rahmat Allah swt., manusia sudah dipastikan mengikuti langkah-langkah setan dan akan terjerumus pada perbuatan keji dan mungkar. Tidak akan ada yang selamat. Namun Allah swt. dengan karunia dan rahmat-Nya memberikan hidayah kepada manusia sehingga mereka berjalan pada jalan keselamatan.
a.       Larangan ini diawali dengan “يا أيها الذين آمنوا”. Hal ini menunjukkan bahwa Allah swt. sangat menyayangi mereka, karena memanggil dan mengajak mereka berbicara. Oleh karena itu, isi dari pembicaraan itu tentu sangat penting bagi manusia.
b.      Kata (خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ) menunjukkan bahwa perbuatan buruk itu banyak berasal dari setan. Dia memasang banyak sekali perangkap hingga manusia terjerumus dalam kesesatan, dan melakukan perbuatan dosa.
1)      Perangkat itu banyak sekali. Tidak hanya satu perangkap:
a)      Saking banyaknya sehingga pelan-pelan, dan membuat manusia tidak terasa kalau sudah masuk dalam perangkapnya.
b)      Perangkap itu akan disesuaikan dengan titik lemah manusia. Orang yang tidak mempan dengan harta, akan diperangkp dengan wanita, atau kedudukan, atau pujian, dan sebagainya. Banyak sekali perangkap alternatif.
2)      Gambaran tentang banyaknya langkah-langkah setan seperti disebutkan (قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ (16) ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِين) [Al-A’raf: 16-17].
3)      Hal ini hendaknya bersikap hati-hati dengan hal yang syubuhat, belum jelas halal-haramnya (إن الحلال بين وإن الحرام بين وبينهما مشتبهات لا يعلمهن كثير من الناس فمن اتقى الشبهات استبرأ لدينه وعرضه ومن وقع في الشبهات وقع في الحرام كالراعي يرعى حول الحمى يوشك أن يرتع فيه ألا وإن لكل ملك حمى ألا وإن حمى الله محارمه ألا وإن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله وإذا فسدت فسد الجسد كله ألا وهي القلب) [HR. Muslim].
4)      Kalimat “وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ”. Secara bahasa sebenarnya bisa dikatakan “ومن يتبعها” atau “ومن يتبع خطواته” untuk menampakkan kata “خُطُوَاتِ” dan kata “الشَّيْطَانِ” sehingga menjadi jelas larangan mengikutinya; mengikutinya terkesan lebih buruk dan jahat.
5)      Kalimat “فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ” menunjukkan bahwa sebenarnya yang diperintahkan setan adalah perbuatan yang sangat buruk di mata manusia, karena kata “الفحشاء” adalah perbuatan yang sangat buruk; tidak disukai manusia; menjijikkan. Perbuatan itu juga sebenarnya tidak masuk akal sehat manusia, karena kata “المنكر” menunjukkan bahwa perbuatan itu tidak diketahui manusia dan tidak dikenal dalam syari’at. Akal sehat menolaknya. Tapi karena setan menggunakan tipu muslihat yang sangat beragam, banyak manusia yang terperosok dalam kubangan maksiat.
c.       Kalimat “مَا زَكَى مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا“ menunjukkan bahwa pada asalnya manusia berada dalam kesesatan.
1)      Pada asalnya manusia berada dalam kesesatan. Memang semua manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, bersih dari keyakinan-keyakinan yang bathil, dan siap untuk menerima kebenaran, seperti dalam hadits (كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ). Namun manusia juga dibekali dengan dua potensi; kebaikan dan keburukan, seperti dalam ayat (فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا). Sehingga manusia akan tersesat jika pengaruh kesesatan lebih besar dari pengaruh kebaikan, seperti dalam hadits (فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ). Tentu tanpa hidayah Allah swt., pengaruh keburukan lebih besar dari pengaruh kebaikan. Keburukan bisa terdiri dari setan, dunia, dan hawa nafsu. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tanpa hidayah Allah swt., tidak ada manusia yang akan baik.
2)      Kalimat “مَا زَكَى مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا“ juga menunjukkan bahwa tobat dari Allah swt. itu ada karena “الرأفة” dan “الرحمة” Allah swt. Tanpa itu, mereka tidak bertobat; tanpa itu pula Allah swt. tidak akan memberikan tobatnya.


Moh Sofwan
Kajian Tafsir, Masjid Raudhatul Jannah RCTI, Kebon Jeruk 14 Maret 2011
Berbagi itu indah: :
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Copyright © 2011. Mahad Aly An-Nuaimy - All Rights Reserved
Template by Creating Website