Monumental Semangat Tabuk
Oleh fanri fariadi
Mahasiswa An Nuaimy Angk.5 Tahun 2011
Dalam sejarah Islam, peperangan ini merupakan skop peperangan terakhir bagi Nabi Muhammad SAW Perang ini telah berlaku pada bulan Rajab tahun ke-9 Hijrah (Oktober 631 M). Keadaan cuaca pada saat itu terlalu panas terik dan Tabuk merupakan destinasi padang pasir yang terlalu jauh menyukar para musafir.
Diawali dengan tersiar kabar bahwa Bizantium dan sekutu
Ghassaniyah-nya telah menyiapkan pasukan besar untuk menginvansi Hijaz dengan
kekuatan sekitar 40.000-100.000 pasukan. Dilain pihak, Kaisar Bizantium Heraclius
(herkules) menganggap bahwa kekuasan kaum muslimin di jazirah arab berkembang
dengan pesat, dan daerah arab harus segera ditaklukan sebelum kaum muslimin menjadi
terlalu kuat dan dapat menimbulkan masalah bagi bizantium.
Mendengar berita itu, untuk melindungi umat islam di madinah, Rasulullah
saw. memutuskan untuk melakukan aksi preventif. Namun, Kala itu merupakan masa-masa yang sulit bagi kaum muslimin; cuaca
dimana matahari yang begitu terik, musim kemarau yang menjadikan buah-buahan
mulai ranum, sehingga menyebabkan orang-orang lebih suka pada tempat-tempat
mereka berteduh daripada ikut berperang bersama Rasulullah saw. Kondisi ini diperparah dengan jarak tempuh
menuju medan perang yang cukup jauh. Inilah
Sa’atul ‘usroh yang disebutkan dalam Alqur`an.
Maka
tak ayal, tidak sedikit dari mereka datang menghadap
Rasulullah saw. Memohon izin agar diperbolehkan tidak ikut berperang dengan beragam alasan, dari mereka ada yang izin dengan alasan bahwa
dirinya adalah orang yang cepat tertarik kepada wanita terlebih kepada wanita
bangsa romawi. Padahal, perang yang dilakoni
kaum muslimin saat itu membutuhkan jumlah bala tentara yang cukup besar karena musuh yang akan dihadapi kaum muslimin
adalah Bangsa Romawi dengan
kekuatan 40.000-an lebih pasukan. Kendati demikian Rasulullah saw. Berhasil
mengumpulkan 30.000 pasukan.
Itulah sekulumit situasi dan kondisi sebelum kaum muslimin
berangkat menuju tabuk. Namun, yang menjadi topik pembicaraan adalah bukan
kelanjutan peristiwa diatas. Melainkan satu potret fenomenal dari sekelompok kaum
muslimin yang memiliki semangat membara bak singa yang siap menerka mangsanya. Mereka
ingin turut berjuang bersama Rasulullah saw dan para sahabat untuk mencari
kesyahidan yang merupakan cita-cita tertinggi mereka.
Namun nahas, gayung tak
menyambut. Saat mereka mengutarakan keinginan mereka kepada Rasulillah saw.
Untuk berperang bersamanya. Dengan berat hati Rasulullah saw mengatakan “ aku
tak dapatkan sesuatu untuk mengantarkan semangatmu ke medan perang”. Aaah
rasanya bunga yang merekah itu lalu menjadi layu dan menjadi kering karena tak tersentuh air,
saat Mendengar jawaban itu.
Merekapun kembali pulang dan tiada terasa menetes air mata
kesedihan dari dua bola matanya karena tak ada harta, kendaraan yang mereka
miliki untuk berperang, ditambah tak ada sesuatu pun yang bisa mengantarkan
semangat mereka ke medan mulia.
Subhanllah, itulah sebenarnya kesedihan. Saat diri ini tak bisa
menjadi bagian dari barisan perjuangan membela agama-Nya harusnya timbul
kesedihan. Maka tak heran bila Allah abadikan peristiwa ini dalam Firman-Nya :
وَلَا عَلَى الَّذِينَ إِذَا مَا أَتَوْكَ لِتَحْمِلَهُمْ
قُلْتَ لَا أَجِدُ مَا أَحْمِلُكُمْ عَلَيْهِ تَوَلَّوْا وَأَعْيُنُهُمْ تَفِيضُ مِنَ
الدَّمْعِ حَزَنًا أَلَّا يَجِدُوا مَا يُنْفِقُونَ
“ Dan tiada (pula)
berdosa atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu
memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: "Aku tidak memperoleh
kendaraan untuk membawamu." lalu mereka kembali, sedang mata mereka
bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang
akan mereka nafkahkan”. ( Q.S At-Taubah : 92 )
Allahu Akbar, tak mudah rasanya membayangkan besar kesedihan
sahabat-sahabat ini, betapa berharganya teladan ini. Mengajarkan kepada kita
pentingnya arti hadir semangat; semangat dalam memperbaiki diri, semangat dalam
tradisi belajar, semangat dalam mengajak dan menyebarkan kebaikan, semangat
beramanah, semangat berbagi dan semangat semangat yang lainnya. Itulah semangat,
yang dalam bahasa inggrisnya adalah Spirit atau yang lebih akrab
kita kenal dengan sebutan Ruh. Nilai semangat ini pulalah yang
kiranya tersirat dalam sabda Baginda Muhammad saw.
بَلِّغُوا
عَنِّي وَلَوْ آيَةً ( رواه : البخاري )
Inilah semangat beramal dan berbagi kebaikan. Tapi tentu, tetap
dalam manhaj dakwah ini ;
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ
عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“ Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang
yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha
suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik". (Q.S Yusuf : 108).
Apapun Yang Terjadi Kita Tetap Melayani (AYTKTM) Wallahua’lam
bishowab.
( terinspirasi saat liqo bersama KH. DR Muslih Abddul Karim, MA )