PRINSIP ILMU ALLAH SWT bag.IV
Ayat-ayat Qauliyah dan ayat-ayat Kauniyah.
Tahukah kalian? Ternyata Allah swt menuangkan
sebagian kecil dari ilmu-Nya kepada umat manusia dengan dua jalan lho. Pertama,
dengan ath thariqah ar rasmiyah (jalan resmi) yaitu dalam jalur
wahyu melalui perantaraan malaikat Jibril kepada Rasul-Nya, yang disebut
juga dengan ayat-ayat qauliyah. Kedua, dengan ath thariqah
ghairu rasmiyah (jalan tidak resmi) yaitu melalui ilham kepada
makhluq-Nya di alam semesta ini (baik makhluq hidup maupun yang mati), tanpa
melalui perantaraan malaikat Jibril. Nah, karena tidak melalui perantara
malaikat Jibril maka disebut juga dengan jalan langsung (mubasyaratan).
Kemudian jalan ini disebut juga dengan ayat-ayat kauniyah.
Pernah dengar tentang wahyu? Wahyu dalam
pengertian ishtilahi adalah: "kalamullah yang diturunkan
kepada Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul yang menjadi hudan (petunjuk) bagi umat
manusia", baik yang diturunkan langsung, dari belakang tabir (min wara'
hijab) maupun yang diturunkan melalui malaikat Jibril, seperti firman Allah
SWT yang artinya :
"Tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah
berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir
atau dengan mengutus seseorang (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya apa yang
Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana" (Asy Syura[42]:51)
Pengertian wahyu secara ishtilahi perlu
dipertegas karena makna wahyu secara lughawi memiliki pengertian yang
bermacam-macam, antara lain:
1.
Ilham Fithri, seperti wahyu yang diberikan kepada ibu Nabi
Musa untuk menyusukan Musa yang masih bayi. "Dan Kami ilhamkan kepada
ibu Musa; susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah
dia ke sungai (Nil). . ." (Al Qashash[28]:7)
2. Insting Hayawan, seperti wahyu yang diberikan kepada lebah untuk bersarang di
bukit-bukit, pohon-pohon, dan dimana saja dia bersarang. "Dan
Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di
pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia" (An
Nahl[16]:68)
3. Isyarat, seperti yang diwahyukan oleh Nabi Zakaria kepada kaumnya untuk
bertasbih pagi dan sore. "Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya,
lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi
dan petang" (Maryam[19]:11)
4. Perintah Allah kepada malaikat, untuk mengerjakan sesuatu seperti perintah Allah kepada malaikat
untuk membantu kaum muslimin dalam perang Badr. "(Ingatlah), ketika
Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat; Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka
teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman. . . " (Al
Anfal[8]:12)
5. Bisikan syaithan
". . . Sesungguhnya syaithan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik" (Al An'am[6]:121)
". . . Sesungguhnya syaithan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik" (Al An'am[6]:121)
Dalam
ayat tersebut ada kata layuhuna (mewahyukan) yang berarti membisikkan. Hadits
Qudsi juga termasuk dalam wahyu (hadits yang maknanya dari Allah swt,
sedangkan redaksinya dari Rasulullah saw), dan hadits Nabawi, (makna dan
redaksinya dari Rasulullah saw) karena pada hakekatnya apa saja yang berasal
dari Rasulullah saw mempunyai nilai wahyu, firman Allah swt yang artinya :
"Apa
yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya
bagimu maka tinggalkanlah dia; dan bertaqwa-lah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
sangat keras hukumannya" (Al Hasyr[59]:7)
Ayat-ayat
qauliyah mengisyaratkan kepada manusia untuk mencari ilmu alam semesta
(ayat-ayat kauniyah), oleh sebab itu sobat muda harus berusaha
membacanya, mempelajari, menyelidiki dan merenungkannya, untuk kemudian
mengambil kesimpulan. Allah swt berfirman: "Bacalah (ya Muhammad)
dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari ‘alaq.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan alam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya" (Al ‘Alaq[96]:1-5)
“Dan
Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan
sungai-sungai padanya. dan menjadikan padanya semua buah-buahan
berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Dan di bumi Ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun
anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang,
disirami dengan air yang sama. kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu
atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.” (Ar Ra'du[13]:3-4)
"Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari
siksa neraka." (Ali
Imran[3]:190-191)
Dengan mempelajari, mengamati, menyelidiki dan
merenungkan alam semesta (al kaun) dengan segala isinya, manusia dapat
melahirkan berbagai disiplin ilmu seperti: Kosmologi, Astronomi, Botani,
Meteorologi, Geografi, Zoologi, Antropologi, Psikologi dsb. Sedangkan dari
mempelajari wahyu manusia melahirkan berbagai disiplin ilmu seperti: Tafsir,
Ilmu Tafsir, Hadits, Ilmu Hadits, Fiqih, Ushul Fiqih dsb.
Dengan memahami bahwa semua ilmu itu adalah
dari Allah swt maka dalam mendalami dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan pun
(al kaun) harus mengacu firman Allah swt sebagai referensi, sehingga
akan semakin meneguhkan keimanan. Selain itu penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi
akan terkendali serta mengenal adab. Sebagai misal dalam dunia teknologi
kedokteran, pengalihan sperma ke sebuah rahim seorang wanita (dalam proses bayi
tabung) maka harus memperhatikan sperma itu diambil dari siapa dan diletakkan
ke rahim siapa. Proses kesepakatan, perizinan juga harus jelas. Jangan sampai
bayi lahir menjadi tidak jelas nasabnya.
Di bidang astronomi tidak boleh
diselewengkan untuk meramal nasib, padahal antara keduanya tak ada hubungan
sama sekali. Dalam hal menikmati keindahan alam, akan menjadi suatu kedurhakaan
jika dalam menikmatinya dengan membangun vila-vila untuk berbuat maksiat. Namun
seorang mu'min menjadikan alam semesta untuk tafakur agar dekat
dengan-Nya.