Peringatan
Maulid Tidak Bid’ah
Syaikh Dr. Yusuf Al-Qaradhawi
Syaikh Dr. Yusuf Al-Qaradhawi,
Ketua Persatuan Ulama Internasional menyatakan bahwa anggapan merayakan maulid
Nabi saw. adalah bid’ah, dan setiap bid’ah pasti sesat, dan setiap yang sesat
pasti masuk neraka, tidak semuanya benar.
Beliau meluruskan, yang kita
ingkari dalam hal perayaan maulid adalah ketika ada pencampuradukkan dengan
kemungkaran, ketika perayaan maulid itu bercampur-aduk dengan hal-hal yang
menyalahi syari’at, ketika perayaan maulid itu tidak sesuai dengan Al-Qur’an,
sebagaimana praktek-praktek ini masih ada di sebagian negara Islam.
Contohnya, praktek syirik,
dengan mengadakan sesajian, berkurban untuk alam, laut misalkan, pemubadziran
makanan atau harta, ikhtilath atau campur baur laki-laki dan perempuan, praktek
yang mengancam jiwa dengan berdesak-desakan atau rebutan makanan, dan lainnya
yang bertentangan dengan syari’at.
Jika peringatan maulid itu
dalam rangka mengingat kembali sejarah kehidupan Rasulullah saw., mengingat
kepribadian beliau yang agung, mengingat misinya yang universal dan abadi, misi
yang Allah tegaskan sebagai rahmatan lil ‘alamin.
Ketika acara maulid seperti demikian, alasan apa
masih disebut dengan bid’ah?
Pernyataan beliau yang dimuat dalam media online
pribadi beliau itu juga ditambahkan:
“Ketika kita berbicara tentang peristiwa
maulid ini, kita sedang mengingatkan umat akan nikmat pemberian yang sangat
besar, nikmat keberlangsungan risalah, nikmat kelanjutan kenabian. Dan
berbicara atau membicarakan nikmat sangatlah dianjurkan oleh syariat dan sangat
dibutuhkan.”
Allah swt. memerintahkan demikian kepada kita
dalam banyak firman-Nya. Misalnya:
يا
أيها الذين آمنوا اذكروا نعمة الله عليكم إذ جاءتكم جنود فأرسلنا عليهم ريحاً
وجنوداً لم تروها وكان الله بما تعملون بصيرًا، إذ جاءوكم من فوقكم ومن أسفل منكم
وإذ زاغت الأبصار وبلغت القلوب الحناجر وتظنون بالله الظنونا
“Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan
nikmat Allah (yang telah dikuruniakan) kepadamu ketika datang kepadamu
tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang
tidak dapat kamu melihatnya. Dan adalah Allah Maha melihat akan apa yang kamu
kerjakan. (Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan
ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke
tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam
purbasangka.” (Al-Ahzab:9-10)
Allah memerintahkan kita
mengingat suatu peperangan, misalnya perang Khandaq atau perang Ahzab, di mana
kafir Quraisy dan Suku Ghathfan mengepung Rasulullah saw. Dalam kondisi serba
sulit ini, Allah swt. menurunkan bala bantuannya berupa angin kencang dan
bantuan Malaikat.
Ingatlah peristiwa itu, ingatlah, jangan kalian
lupakan itu semua.
Ini jelas menunjukkan bahwa
kita diperintahkan untuk mengingat nikmat dan tidak melupakannya.
Dalam ayat lain, Allah berfirman:
يا
أيها الذين آمنوا اذكروا نعمة الله عليكم إذ هم قوم أن يبسطوا إليكم أيديهم
فكف
أيدهم عنكم واتقوا الله وعلى الله فليتوكل المؤمنون
“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir
(Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu
atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah
menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.”
(Al-Maidah: 11)
Ayat ini mengingatkan kita
bahwa orang-orang Yahudi Bani Qainuqa’ telah besepakat untuk mengkhianati
Rasulullah saw. di Madinah, mereka membuat makar, mereka membuat tipu daya,
namun makar dan tipu daya Allah swt. lebih kuat dan lebih cepat dari mereka.
ويمكرون
ويمكر الله والله خير الماكرين
“Mereka membuat makar, dan Allah membuat
makar (juga), Dan Allah sebaik-baik pembuat makar.”
Perayaan yang demikian tidaklah bid’ah, bahkan
dianjurkan.
dakwatuna.com