nuaimy
tentang nuaimy
Latest Post

Siapa Perempuan


Oleh:
Dr. Saiful Bahri, MA
Dosen Mahad Aly An-Nuaimy Jakarta


Lihat Profil:
Nama : SAIFUL BAHRI
Marital Status : Menikah, 2006
Nama Istri : Nurbaiti M. Nur
Nama anak : Nusaibah Khairatin Hisan, Fatma Ahda Sabila
Domisili: Kalibata-Jakarta Selatan
Pendidikan:
  1. TK Aisyiyah Bustanul Athfal III Kudus, 1981-1983
  2. SDN Demaan II Kudus, 1983-1989
  3. MTsN I Kudus, 1989-1992
  4. Madin Mu`awanatul Muslimin Kudus, 1983-1992
  5. MAPK-MAN I Surakarta, 1992-1995
  6. S1 Universitas AL Azhar, Fak.Ushuluddin Cairo (Tafsir), 1995-1999
  7. Diploma S2 (Tafsir) Universitas Al Azhar, Cairo, 1999-2001
  8. S2 (Prog. Magister-Tafsir) Universitas Al Azhar, Cairo, Okt 2002- Jan 2007
  9. S3 (Prog. Ph. D-Tafsir) Universitas Al Azhar, Cairo, Juli 2008- Mei 2011
Aktivitas dan Pengalaman:
• Wakil Ketua Komisi Seni Budaya Islam MUI Pusat (2011-Sekarang)
• Ketua Harian Asia Pasific Community for Palestine, di Jakarta (2011-Sekarang)
• Dosen Sekolah Tinggi I’dad Muallimin An-Nuaimy, Jakarta  (2011-Sekarang)
• Penyuluh PKPU Zakat Center, Jakarta (2011-Sekarang)
• Dosen Pasca Sarjana, PTIQ Jakarta  (2011-Sekarang)
• Divisi Kajian Sharia Consulting Center (SCC) Jakarta (2012-Sekarang)
• Ketua Umum Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir, 2002-2003
• Pengajar Bahasa Indonesia untuk orang asing di Pusat Kebudayaan dan Informasi Indonesia (PUSKIN) Cairo (2004-2008)
• Nara sumber Kajian Pekanan Kisah-kisah al-Qur’an di Qommunity Radio, Jerman-Cairo (2007-2009)
• Ketua Orsat ICMI Kairo (2008-2010)
• Safari Dakwah dan Seminar ke beberapa negara di Eropa, Asia Tenggara, China, dan Jepang
Karya Tulis:
• Remaja dan Narkotika, Depdikbud Surakarta, November 1994 (Peringkat 5)
• Dampak Film Laga terhadap Kepribadian Remaja, Depdikbud Jawa Tengah, Januari 1995 (Peringkat 5)
• ”Daur az-Zakâh fi Tahqiq at-Takâful al-’Ijtimâ’iy” (Peran Zakat dalam Merealisasikan Solidaritas Sosial) Lomba Karya Tulis Ilmiah Pendidikan TinggiNasional 1 di Mesir, kerjasama Universitas al-Azhar dan Badan Wakaf Kuwaitpada tahun 1997 (Peringkat 7)
Publikasi:
• Antologi Cerpen ”Bulan, Matahari dan Sebelas Bintang” (Jakarta: Cakrawala,2004)
• Novel ”Jembatan Dua Cinta” (Depok: LPPH, 2004)
• Esai Kontemplatif ”Kemenangan Cinta” (Solo: Eraintermedia, 2005)
Beberapa tulisannya termuat dalam beberapa antologi, diantaranya:
• Merah di Jenin (Jakarta: FBA Press, 2002)
• Luka Telah Menyapa Cinta (Jakarta: FBA Press, 2002)
• Kado untuk Mujahid (Jakarta: Fikri Publishing, 2004)
• Matahari Tak Pernah Sendiri (Depok: LPPH, 2004)
• Wacana Islam Universal (Cairo: MISYKATI Publishing, 1998)
• Sketsa Sejarah Alam Islami (Cairo: SINAI Publishing, 1999)
• Nafas Peradaban (Cairo: ICMI, 2000)
• Diskursus Kontektualisasi Pemikiran Islam (Cairo: KSW Press, 2003)
• Memoar Aktivis (Cairo: PPMI Press, 2003)
• Laskar Syuhada (Depok: LPPH, 2008)
Training dan Pelatihan:
  1. Pelatihan Jurnalistik dan Terjemah, Fokus AL UMMAH, Cairo, 04-06 Agustus 1997
  2. Pelatihan Ekonomi Islam dalam “Perbankan Islam” kerjasama ICMI Orsat Cairo dengan Kantor Konsultasi Akuntansi dan Investasi DR.Hussein Syahata, Cairo, 07-12 November 1998
  3. Pelatihan Manajemen Waktu, Cairo:  SINAI, 1999
  4. Pelatihan Akuntansi Zakat Kontemporer kerjasama el Muntada (Forum Mahasiswa Pasca Sarjana) dengan Kantor Konsultasi Akuntansi dan Investasi DR.Hussein Syahata, Cairo, 01-05 Juni 2002
  5. Pelatihan Kepemimpinan dan Kewirausahaan, KBRI Mesir dan UNIBRAW Malang, Cairo, 10-12 Juni 2002
  6. Pelatihan Jurnalistik dan Penulisan Profesional, ICMI Orsat Cairo, 21-22 April 2002
  7. Pelatihan Ekonomi Islam, WAMY (World Assembly of Muslim Youth) Cairo Office, 5 – 9 Juli 2003.
Profil:
Profil pernah dimuat dalam:
• Majalah Annida, Juni 2002
• Harian Republika, Sabtu, 4 Mei 2002 dan Mei 2012
• Majalah Sabili, Agustus 2002


Adapun laki-laki, apa yang ia ketahui tentang makhluk bernama perempuan?
Apakah ia adalah setan yang selalu menggodanya.
Ataukah ia adalah berhala yang selalu dipuja-puja.
Ataukah ia kelemahan yang harus dilindungi.
Ataukah ia kesempurnaan yang harus dibela dan ditinggikan.
Ataukah ia kemuliaan yang harus diraih dengan kemuliaan.
Ataukah ia bidadari yang hanya bisa diangankan.
Ataukah ia pembawa sial yang harus dijauhi dan dibuang.
Ataukah ia adalah musuh baginya yang harus diperangi
Ataukah ia selalu menjijikkan dan harus diterlantarkan.
Ataukah ia manusia seperti dirinya yang memiliki kekurangan sebagaimana kelebihan yang ada padanya.
Ataukah bahkan ia tak mengenalnya sehingga tak perlu menghadirkan dalam hidupnya.
Ataukah ia adalah kerusakan yang sedang mencari kerusakan.
Ataukah ia adalah kebaikan yang sedang menunggu kebaikan.
Ataukah ia kelembutan dan ketentraman yang diperlukan dalam hidupnya.
Ataukah ia yang membuatnya selalu mengangankan masa depan.
Ataukah ia yang sanggup membuatnya berani dan menjadi kuat.
Atau bahkan ia tak bisa mengatakan: siapa perempuan baginya?

Apapun jawabannya, laki-laki takkan bisa tidak menemukan perempuan dalam hidupnya. Ia bisa saja menulikan telinga atau membutakan mata, namun tidak dengan hati.

Seorang laki-laki tak bisa dilepaskan dari perempuan. Ibu yang mengandung dan melahirkannya adalah seorang perempuan. Dari sinilah ia mulai mengenal dan memahami perempuan. Ia mendapatkan ketentraman dan cinta serta kasih sayang untuk pertama kalinya adalah dari ibunya. Tentunya, semua karunia cinta ini tak lepas dari tanda kekuasaan-Nya.

Ia juga mengenal perempuan dari saudara kandungnya, adik atau kakaknya. Kemudian ia akan menemukan perempuan yang lain dengan berbagai watak di lingkungan sekitarnya. Bisa sebagai orang lain yang berjasa selain ibunya, sebagai guru atau teman bermainnya. Namun ia juga akan menemukan perempuan lain yang tak disukainya, entah sebagai kejelekan yang sama sekali jauh dari fitrah perempuan atau sebagai kejahatan yang diketahuinya.

Kelak ia pun kan dengan sendiri memahami dan mencari tahu siapa sebenarnya perempuan. Dan apa pengaruhnya dalam hidup seorang laki-laki.

Bila ia hendak mengasari perempuan sepatutnya ia mengenang ibunya. Sanggupkah ia mengasarinya sebagai balasan kasih sayang dan kelembutan yang dengan ikhlas diberikan. Kasih sayang yang tumbuh bersama kesusahan diatas kesusahan. Dari sejak mengandung sembilan bulan sampai perjuangan hidup mati ketika melahirkannya. Kemudian menyusui dan membelainya dengan sepenuh cinta.

Suatu saat seorang laki-laki mendatangi Rasulullah saw. Ia meminta izin untuk berzina. Seketika para sahabat yang berada disekeliling Rasul pun marah dan geram. Hendak menghardik dan mengusirnya. Namun, dengan tenang Rasulullah menyambanginya dan mengajaknya berdialog. Tidak dengan hujatan atau dengan ancaman atau dengan mengeluarkan dalil larangan berzina.
Beliau mendekati laki-laki itu, kemudian bertanya dengan halus, “Apakah Engkau rela jika hal itu terjadi pada ibumu?”
Lelaki itu menjawab, ”Tidak, wahai Rasulullah!”
Kemudian beliau bertanya lagi, “Apakah engkau rela jika hal itu juga terjadi pada saudara perempuanmu
Lelaki itu menjawabnya, “Tidak, wahai Rasulullah!”
Beliau bertanya lagi, “Apakah engkau rela jika hal demikian juga terjadi pada saudara perempuan ayahmu
Laki-laki itu pun dengan tegas mengatakan, “Tidak wahai Rasulullah!”
Kemudian Rasul pun tersenyum dan menutup pertanyaannya, “Masihkah engkau berhasrat untuk berzina?
Laki-laki itu menggeleng sambil mengatakan, “Tidak. Sekali-kali tidak wahai Rasulullah!”

Gambaran di atas menunjukkan bahwa laki-laki sangat dekat dengan perempuan. Ia sangat mengenal perempuan, entah itu ibunya, saudara kandungnya atau bibinya.

Dengan membawa set ulang pengenalan awal tentang perempuan, seorang laki-laki akan mampu menghormati perempuan. Menghormati, bukan memuja. Mencintai, bukan menjadikannya berhala yang disembah. Membutuhkan dan memerlukan, namun tidak dengan mengemis atau merendahkan diri. Ia menyadari bahwa dirinya dan perempuan adalah sesama makhluk dan manusia yang sejajar. Perbedaannya adalah ia laki-laki dan perempuan adalah perempuan. Beda tabiat dan struktur fisiknya. Juga fitrah dan tugasnya. Namun, semua saling memerlukan. Semua bisa bekerja sama. Kualitas dan posisi masing-masing disisi Allah dan juga manusia ditentukan dengan kualitas takwa. Takwa yang berdimensi vertikal dengan sepenuh ketundukan. Dan takwa yang berdimensi horizontal dengan kebaikan sosial.

Pada usia tertentu dalam hidupnya ia merasakan suatu perasaan yang belum pernah dirasakan dalam hidupnya. Ia menjadi mengangankan seorang perempuan. Ia merasa ingin selalu dekat dengannya. Ia ingin mendapatkan kelembutan dan ketentraman sebagaimana yang ia peroleh dari ibunya. Ia mengharap ada tempat melabuhkan kegundahan dan kegelisahannya. Ia hendak menceritakan seluruh pengalaman dan kejadian serta ingin mendapat respon yang hangat. Dan ia merasa perlu untuk melindungi seseorang. Ia ingin menjadi pahlawan bagi kelembutan.

Perasaan ini semakin bersemi bersama usia. Namun, dimensi persemian ini berkembang sesuai dengan pemahaman dan kedewasaan bersikap. Tidak lantas hanya dengan romantisme psikis yang ingin didapatkannya. Sebagai laki-laki yang paham, ia akan berusaha membina dirinya. Karena ia sedang mencari kebaikan. Bukan selalu mencari yang terbaik. Yang pertama akan membuatnya tenang. Yang kedua akan membuatnya semakin gelisah. Karena ia akan terus membandingkan dan terus mencari dengan selektifitas yang tinggi. Ia menjadi sangat ketakutan. Padahal tak ada yang perlu ditakuti atau ditakutkan dari seorang perempuan bagi laki-laki. Kecuali untuk merasa cemas akan muslihat perempuan yang akan menggelincirkan dari cinta Allah menjuju kemurkaan-Nya.

Lalu, kebaikan akan mencari kebaikan. Karena kebaikan juga sedang menunggu kebaikan.
Jangan pernah mencari ketenangan setenang Khadijah, karena Anda bukan Muhammad.
Jangan pernah mencari kecerdasan secerdas Aisyah, karena Anda bukan Muhammad.

Carilah kebaikan sebagaimana kita memahami kebaikan yang ada dalam diri kita. Kebaikan yang telah kita usahakan bersemi dan berkembang dalam diri kita. Kebaikan yang kita yakini akan cocok dengan kebaikan yang sedang kita cari. Kebaikan yang akan memberi ketentraman dan kedamaian serta menyuburkan cinta dan kasih sayang.

Bukankah keteduhan akan memerlukan payung untuk berteduh?

Saiful Bahri

Cairo, Medio April 2004
Bagian Kedua

sumber: saifulelsaba.wordpress.com

Generasi Terbaik

oleh: 
Abdul Barik
Mahasiswa Mahad Aly An-Nuaimy
Angkatan V
Asal Jambi
Allah SWT menyebutkan bahwa generasi Muslim terbaik adalah generasi yang
saling berkasih sayang antar mereka.

"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap  orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. (QS. Al-Fath : 29)"
Dalam ayat yang lain, Allah juga menyebutkan karakter itu sebagai karakter generasi pengganti  generasi pilihan.

"Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang  bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin (QS. Al-maidah : 54)"
Bagaimana bentuk kasih sayang sesama muslim  yang menjadi hak ukhuwah itu? Setidaknya ada 10  bentuk kasih sayang yang menjadi hak ukhuwah :
1. Berlemah lembut dalam bersikap dan bertutur
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. (QS. Ali Imran : 159)"
2. Memaafkan dan memohonkan ampun serta bermusyawarah dengan mereka
"Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkan lahampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu (QS. Ali Imran : 159)"
3. Tawadhu'  terhadap sesama  Muslim
Dan sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawadhu’. Janganlah seseorang menyombongkan diri (berbanggadiri) dan melampaui batas pada yang lain. (HR. Muslim).
4. Menghilangkan hal-hal  yang bisa menyakiti mereka
Dalam sebuah hadits, Abu Barzah Al-AslamibertanyakepadaRasulullahshallallahu ‘alaihiwasallam,
“Wahai Rasulullah, tunjukkan lah kepadaku suatu amalan  yang dapat bermanfaat bagiku.” Beliau menjawab, “Singkirkanlah gangguan dari jalan-jalan kaum muslimin.” (H.r. Muslim danIbnuMajah)
5. Senyum, Salam dan Sapa
Rasulullah bersabda:
Senyum mu di hadapan wajah saudara mu adalah sedekah (HR. Tirmidzi)

Wahai sekalian manusia, sebarkan salam, berikan makanan, dan lakukan shalat saat orang lain tidur malam, niscaya kalian masuk surga dengan tenang. (HR. Tirmidzi, "hasanshahih")
6. Meringankan kesusahan sesama Muslim dan membantu mencarikan solusi baginya
Rasulullah bersabda:
Barangsiapa membantu keperluan saudaranya, maka Allah membantu keperluannya.Barangsiapa menghilangkan kesusahan seseorang, maka Allah akan menghilangkan kesusahannya pada hari kiamat. (Muttafaq 'alaih)
7. Menutupi aib sesama Muslim
Rasulullah bersabda:
Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah menutup aibnya pada hari kiamat. (Muttafaq 'alaih)

8. Senang melakukan/memberikan sesuatu yang disenangi sesama Muslim
Rasulullah bersabda: 
 Tidak beriman seseorang hingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya (HR. Bukhari)
9. Menunaikan hak-hak mereka, terutama enam hak sosial Muslim dari Muslim lainnya
Rasulullah bersabda:
  Hak seorang Muslim atas Muslim lainnya ada enam; jika kamu bertemu dengannya maka ucapkanlah salam kepadanya, jika diamengundang mu maka penuhilah undangannya, jika dia meminta nasihat kepadamu maka nasihatilah dia, jika dia bersin dia memuji Allah subhanahu wata’ala maka bertasymitlah untuknya, jika dia sakit maka jenguklah, dan jika dia mati maka iringilah jenazahnya. (H.R. Muslim)
Tasymit adalah mendo’akan Muslim yang bersin dengan ucapan "Yarhamukallah" (semoga Allah merahmatimu)
10. Mendoakan sesama Muslim dalamdoa-doa kita, baik sepengetahuannya atau pun di luar sepengetahuannya
Rasulullah bersabda:
 Tidak ada seorang hamba pun yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata kepadanya, "Dan bagimu seperti apa yang kamu pinta" (HR. Muslim)

Menghiasi Lisan dengan Kejujuran

oleh: 
Izhar Maulana 
Mahasiswa Mahad Aly An-Nuaimy
Angkatan VI 
Asal Aceh Tenggara





Kejujuran adalah akhlak yang sangat mulia. Pada beberapa ayat Al-Qur’an Allah SWT.mensifati sejumlah Nabi dan RasulNya dengan sifat jujur. Seakan sifat ini adalah sifat yangmendominasi dalam kepribadian mereka.

Sifat shidiq adalah sifat Rasulullah Saw. yang paling populer dikenal penduduk Mekah ketika itu, sehingga mereka menjulukinya dengan asshiddiq alamiin, orang jujur yang terpercaya. Dan Khadijah ra. juga pernah mensifati beliau tepat setelah peristiwa turun wahyu pertama:
Sungguh engkau senantiasa menyambung silaturahmi dan berkata jujur”. (HR. Bukhari)

Setiap Muslim, terutama pada zaman ini perlu kembali bercermin, untuk mengukur sejauh mana sifat mulia ini terpatri dalam jiwa dan karakter.

Lisan adalah fasilitas dari Allah SWT. yang begitu berharga. Dengan karunia ini seorang hambamampu melakukan ibadah secara lebih optimal. Betapa banyak ibadah lisan yang begitu bernilai di sisiNya. Namun seseorang juga bisa terjerumus kepada murka Allah SWT., lantaran tidak menjaga lisan. Ia bagai pisau bermata dua. Betapa banyak kerusakan yang terjadi di muka bumi ini lantaran tidak menjaga lisan. Maka Rasulullah Saw. memerintah kita untuk senantiasa menjaganya: "Siapa beriman kepada Allah dan hari Akhirat, maka berkatalah yang baik atau diam". (HR. Bukhari)

Dalam konteks personal pelaku, jujur lisan bisa membawa pelakunya kepada kondisi ketenangan, karena ia sudah berkata benar. Orang beriman yang jujur lisan akan merasa ketentraman, karena ia yakin perbuatan itu diridhai Allah SWT., zat yang maha mengetahui segala tingkah lakunya.

Namun siapa yang tidak jujur akan merasa sebaliknya, ketidaknyamanan atau gelisah meskipun sedikit kadarnya. Atau mungkin ia sama sekali tidak merasa gelisah, namun yang demikian berarti bahwa hatinya sedang "sakit parah", wal'iyaadzu billaah. Baik menimbulkan rasa gelisah ataupun tidak, dusta akan membawa pelakunya kepada keburukan dan kerusakan.

Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan menghantarkan kepada Surga. Dan seseorang senantiasa jujur sehingga disebut di sisi Allah sebagai shiddiiq (orang yang jujur).

Dan dusta itu menunjukkan kebada kejahatan, dan kejahatan menghantarkan kepada Neraka. Dan seseorang senantiasa berbuat dusta sehingga disebut di sisi Allah sebagai kaddzab (pendusta). (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam hadits lain disebutkan: Sesungguhnya kejujuran itu ketenangan dan dusta itu keragu-raguan”. (HR. Tarmidzi)

Dalam konteks yang lebih luas, dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat maupun berbangsa, jujur lisan juga memberikan dampak positif bagi kemaslahatan secara umum. Jujur lisan dan keterbukaan bisa menopang kekokohan dan keberlangsungan sebuah keluarga, serta menepis dugaan-dugaan buruk yang bisa menimbulkan ketidakharmonisan dan kerapuhan.

Masyarakat kita juga sangat butuh akan kejujuran ini. Pemimpin yang jujur akan menjaga lisannya dari menginformasikan sesuatu yang tidak benar. Betapa banyak kerusakan dan ketidakharmonisan yang terjadi timbul antara Pemimpin dan rakyat, lantaran pemimpin yang tidak jujur, lantaran yang mereka ucapkan adalah kebohongan publik belaka. Juga tidak sedikit pemimpin yang berpidato lantang untuk membela dan memperjuangkan rakyat, namun realitanya kemudian sangat berbeda.

Rasulullah Saw. pernah menyebut kondisi di atas sebagai tanda-tanda munafik: "Tanda munafik itu ada tiga: bila berkata ia dusta, bila berjanji ia melanggar, dan bila dipercaya ia berkhianat". (HR. Bukhari dan Muslim). Dan Allah SWT. sangat murka dengan hal tersebut:
Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”. (Asshaff: 2-3)

Pemimpin yang jujur demi penegakkan keadilan dan hukum akan mendapat posisi sangat mulia di hadapan Allah SWT. Bila hal itu dilakukan karena Allah SWT. dan demi terciptanya kemaslahatan serta menghindari kezaliman, meskipun seringkali ada resiko di balik sikap jujur tersebut, maka yang demikian termasuk jihad di jalanNya. Allah SWT. memasukkan mereka dalam golongan yang akan diberikan naungan khusus dan keselamatan dariNya.

Rasulullah pernah bersabda: "Tetap berpegang eratlah pada kejujuran. Walau kamu seakan melihat kehancuran dalam berpegang teguh pada kejujuran, tapi yakinlah bahwa di dalam kejujuran itu terdapat keselamatan." (HR Abu Dunya). Dalam hadits lain beliau juga bersabda:
Tujuh golongan yang akan dinaungi Allah pada hari dimana tidak ada naungan selain dariNya: pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam suasana ibadah kepada Allah, orang yang hatinya senantiasa terikat dengan Masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah ,     berkumpul karenaNya dan berpisah karenaNya, laki-laki yang diajak wanita yang memiliki harta dan kedudukan untuk melakukan zina namun ia berkata “aku takut kepada Allah”, dan laki-laki yang bersedekah diam-diam sehingga orang di sampingnya tidak mengetahui, dan seorang yang berzikir kepada Allah hingga meneteskan air mata”. (HR. Bukhari).

Dalam hadits tersebut Allah SWT. menyebut pemimpin yang menegakkan keadilan pada urutan pertama 

Siapa Laki-laki


Oleh:
Dr. Saiful Bahri, MA
Dosen Mahad Aly An-Nuaimy Jakarta


Lihat Profil:
Nama : SAIFUL BAHRI
Marital Status : Menikah, 2006
Nama Istri : Nurbaiti M. Nur
Nama anak : Nusaibah Khairatin Hisan, Fatma Ahda Sabila
Domisili: Kalibata-Jakarta Selatan
Pendidikan:
  1. TK Aisyiyah Bustanul Athfal III Kudus, 1981-1983
  2. SDN Demaan II Kudus, 1983-1989
  3. MTsN I Kudus, 1989-1992
  4. Madin Mu`awanatul Muslimin Kudus, 1983-1992
  5. MAPK-MAN I Surakarta, 1992-1995
  6. S1 Universitas AL Azhar, Fak.Ushuluddin Cairo (Tafsir), 1995-1999
  7. Diploma S2 (Tafsir) Universitas Al Azhar, Cairo, 1999-2001
  8. S2 (Prog. Magister-Tafsir) Universitas Al Azhar, Cairo, Okt 2002- Jan 2007
  9. S3 (Prog. Ph. D-Tafsir) Universitas Al Azhar, Cairo, Juli 2008- Mei 2011
Aktivitas dan Pengalaman:
• Wakil Ketua Komisi Seni Budaya Islam MUI Pusat (2011-Sekarang)
• Ketua Harian Asia Pasific Community for Palestine, di Jakarta (2011-Sekarang)
• Dosen Sekolah Tinggi I’dad Muallimin An-Nuaimy, Jakarta  (2011-Sekarang)
• Penyuluh PKPU Zakat Center, Jakarta (2011-Sekarang)
• Dosen Pasca Sarjana, PTIQ Jakarta  (2011-Sekarang)
• Divisi Kajian Sharia Consulting Center (SCC) Jakarta (2012-Sekarang)
• Ketua Umum Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir, 2002-2003
• Pengajar Bahasa Indonesia untuk orang asing di Pusat Kebudayaan dan Informasi Indonesia (PUSKIN) Cairo (2004-2008)
• Nara sumber Kajian Pekanan Kisah-kisah al-Qur’an di Qommunity Radio, Jerman-Cairo (2007-2009)
• Ketua Orsat ICMI Kairo (2008-2010)
• Safari Dakwah dan Seminar ke beberapa negara di Eropa, Asia Tenggara, China, dan Jepang
Karya Tulis:
• Remaja dan Narkotika, Depdikbud Surakarta, November 1994 (Peringkat 5)
• Dampak Film Laga terhadap Kepribadian Remaja, Depdikbud Jawa Tengah, Januari 1995 (Peringkat 5)
• ”Daur az-Zakâh fi Tahqiq at-Takâful al-’Ijtimâ’iy” (Peran Zakat dalam Merealisasikan Solidaritas Sosial) Lomba Karya Tulis Ilmiah Pendidikan TinggiNasional 1 di Mesir, kerjasama Universitas al-Azhar dan Badan Wakaf Kuwaitpada tahun 1997 (Peringkat 7)
Publikasi:
• Antologi Cerpen ”Bulan, Matahari dan Sebelas Bintang” (Jakarta: Cakrawala,2004)
• Novel ”Jembatan Dua Cinta” (Depok: LPPH, 2004)
• Esai Kontemplatif ”Kemenangan Cinta” (Solo: Eraintermedia, 2005)
Beberapa tulisannya termuat dalam beberapa antologi, diantaranya:
• Merah di Jenin (Jakarta: FBA Press, 2002)
• Luka Telah Menyapa Cinta (Jakarta: FBA Press, 2002)
• Kado untuk Mujahid (Jakarta: Fikri Publishing, 2004)
• Matahari Tak Pernah Sendiri (Depok: LPPH, 2004)
• Wacana Islam Universal (Cairo: MISYKATI Publishing, 1998)
• Sketsa Sejarah Alam Islami (Cairo: SINAI Publishing, 1999)
• Nafas Peradaban (Cairo: ICMI, 2000)
• Diskursus Kontektualisasi Pemikiran Islam (Cairo: KSW Press, 2003)
• Memoar Aktivis (Cairo: PPMI Press, 2003)
• Laskar Syuhada (Depok: LPPH, 2008)
Training dan Pelatihan:
  1. Pelatihan Jurnalistik dan Terjemah, Fokus AL UMMAH, Cairo, 04-06 Agustus 1997
  2. Pelatihan Ekonomi Islam dalam “Perbankan Islam” kerjasama ICMI Orsat Cairo dengan Kantor Konsultasi Akuntansi dan Investasi DR.Hussein Syahata, Cairo, 07-12 November 1998
  3. Pelatihan Manajemen Waktu, Cairo:  SINAI, 1999
  4. Pelatihan Akuntansi Zakat Kontemporer kerjasama el Muntada (Forum Mahasiswa Pasca Sarjana) dengan Kantor Konsultasi Akuntansi dan Investasi DR.Hussein Syahata, Cairo, 01-05 Juni 2002
  5. Pelatihan Kepemimpinan dan Kewirausahaan, KBRI Mesir dan UNIBRAW Malang, Cairo, 10-12 Juni 2002
  6. Pelatihan Jurnalistik dan Penulisan Profesional, ICMI Orsat Cairo, 21-22 April 2002
  7. Pelatihan Ekonomi Islam, WAMY (World Assembly of Muslim Youth) Cairo Office, 5 – 9 Juli 2003.
Profil:
Profil pernah dimuat dalam:
• Majalah Annida, Juni 2002
• Harian Republika, Sabtu, 4 Mei 2002 dan Mei 2012
• Majalah Sabili, Agustus 2002


Sebenarnya apa yang dibayangkan perempuan ketika ia berhadapan dengan makhluk yang bernama laki-laki. Menjumpainya di jalan, di tempat-tempat umum, dalam media cetak atau audio visual. Atau hanya mendengarnya saja. Ketika laki-laki disebut atau yang berkaitan dengan laki-laki tiba-tiba ia mendengar atau mengetahuinya.

Bagaimana perempuan mempersepsikan laki-laki.

Hal ini tak bisa dijauhkan dari latar belakang seorang perempuan. Ia mengenal laki-laki dan dunianya melalui keluarganya atau lingkungan tempat ia berada sejak kecil.

Dalam keluarga ia menemukan ayahnya juga saudara-saudaranya atau hanya mendengarnya dari kisah dan cerita ibunya. Lingkungan sekitarnya secara tak langsung membangun set psikis tertentu tentang laki-laki.

Hal-hal ini terus berkembang sampai ia menjadi dewasa dan bisa mencari tahu dengan sendiri siapa laki-laki. Sebelum akhirnya ia bisa jujur dengan dirinya, apa yang dirasakan ketika ia berhadapan dengan laki-laki? Apa yang ia harapkan dari makhluk yang bernama laki-laki?

Kita sering membicarakan bagaimana buruknya lingkungan jahiliyah yang memenjarakan dan menghinakan perempuan. Tapi, dalam waktu yang sama kita lupa mengoreksi; sudahkah kita memuliakan perempuan dan memenuhi hak-hak didiknya. Kita, sebagai laki-laki. Sebagai ayah bagi anak perempuannya. Sebagai suami bagi istrinya. Dan sebagai saudaranya. Setidaknya sebagai mitra dan penolong. “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”(QS. At-Taubah:71).

Kita lupa bahwa pola hidup modern sering kelewat memuja perempuan. Eksploitasi hedonisme malah cenderung dijadikan barometer modernitas. Moral tak lagi suatu hal yang dianggap penting dalam dinamika berinteraksi. Sebagian perempuan menikmati eksploitasi ini sebagai hobi, profesi yang ditekuni dan disukai. Sebagian lain mengumbar sisi-sisi fisik yang sama sekali menafikan keberadaan spiritual seorang perempuan.

Sebagian laki-laki memanfaatkan ini sebagai pendulang nafsu dan pemuas hawa. Dan sebagian perempuan tak merasa bahwa ia diperdaya. Sebagian laki-laki seolah memujanya sedang ia tak sadar bahwa sesungguhnya mereka menertawakan kebodohan perempuan. Sebagian laki-laki melakukan yang demikian dengan mengatasnamakan kebebasan, seni dan sastra. Namun, mereka, para perempuan itu tak menyadarinya bahwa mereka dibohongi belaka. Itu adalah bahasa nafsu dan hawa.
Sebagian perempuan menyadari bahwa mereka ditipu oleh laki-laki. Kemudian menjadikan hidupnya adalah permusuhan terhadap laki-laki. 

Makhluk bernama laki-laki sungguh tak laik untuk hidup berdampingan. Mereka, laki-laki harus dimusnahkan. Perempuan ini hendak membalas kecongkakan laki-laki. Mereka harus direndahkan.Namun, tak semua perempuan seperti itu.Sebagian perempuan yang lain dengan jujur mengatakan bahwa mereka memerlukan laki-laki. Karena mereka juga berpendapat bahwa laki-laki bisa bersikap jujur. Laki-laki juga membutuhkan kehadiran perempuan di sisinya. Laki-laki perlu ketenangan dan ketentraman berada disisi perempuan. Perempuan perlu perlindungan dan perhatian dari laki-laki.

Saat demikian, perempuan yang cerdas berpendapat bahwa laki-laki tak selaiknya dimusuhi. Bahwa laki-laki tak selaiknya direndahkan. Sebagaimana laki-laki juga tak selaiknya dipuja berlebihan dengan histeris. Seperti halnya ketika seorang bintang sedang live show di depan para penggemarnya yang juga para perempuan.

Dari mana para perempuan mendapatkan pemahaman tentang laki-laki secara utuh? Dari lingkungan keluarga dan sekelilingnya.
Siapa laki-laki yang paling berpengaruh dalam hidupnya? Ayahnya.Maka menjadi kewajiban ayahnya untuk mendidik dengan kesempurnaan pendidikan yang laik untuknya. Salah mendidiknya akan berakibat fatal. Tak heran bila sang ayah berkaitan erat denan perwalian seorang perempuan ketika ia menikah dengan seorang laki-laki. Dan saat itu kewajibannya berpindah ke pundak suaminya. Saat itu perempuan akan mengenal laki-laki dalam bentuk suami. Yang bukan ayahnya juga bukan saudaranya. Kelak ia akan mengenal laki-laki sebagai anaknya yang bukan suami atau ayahnya.

Kesalehan individu seorang perempuan yang terbina sejak kecil ditumbuhkan oleh lingkungan keluarga yang harmonis dan dekat dengan nuansa ketuhanan. Kental dengan warna normatif dan kesopanan. Ramai dengan dinamika pergaulan yang cair. Tidak beku karena kedua orang tuanya mengajarkan cinta. Mengajarkan bahwa antara laki-laki dan perempuan saling memerlukan sebagaimana ayah dan ibunya saling memerlukan dan saling bekerja sama dalam membina keluarga.
Fondasi awal inilah yang kelak akan mengembangkan wawasan berpikirnya menjadi cerdas juga sangat proporsional dalam memandang laki-laki.

Saat ia mulai memahami laki-laki lewat sekolah dan pendidikan di luar keluarganya. Menjumpainya di jalan atau di lingkungan luar rumahnya. Saat ia mengenal teman-temannya. Bahkan sampai ia sendiri yang mengkajinya. Hingga dalam benaknya telah ada bayangan dan obsesi tentang laki-laki tertentu dalam hidupnya. Ia yakin suatu saat akan menemukannya.
Saat itulah ia mulai membina diri dan terus memperbaiki dengan menghiasi diri dengan sesuatu yang berharga baginya dan bagi laki-laki yang mencarinya. Ketakwaan. Kebaikan. Dengan berbagai dimensinya.

… dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)”(QS. An-Nur: 26).

Setelah itu tak ada yang salah dengan laki-laki kecuali mereka sebagai manusia yang bisa saja sewaktu-waktu melakukan kesalahan. Namun, kesalahan itu bukan berarti tidak termaafkan, bukan? Dan justru laki-laki yang manusia itulah yang ia perlukan sebagai pelindungnya. Bagaimana pun kondisinya. Jika ia seorang laki-laki bertakwa maka ia akan aman disisinya. Bila laki-laki itu mencintainya, ia akan dimuliakan. Bila laki-laki itu belum mencintainya, ia akan berusaha dicintainya. Bila laki-laki itu tak mencintainya, ia takkan teraniaya. Dan yang baik akan menemukan kebaikan dalam yang baik. Kebaikan yang akan bertemu bila masing-masing merasa ia telah membina kebaikan dalam dirinya. Masih ada keraguan? Masih adakah permusuhan setelah ini?

Saiful Bahri

Cairo, Medio April 2004
Bagian Pertama

آفاقٌ تربوية [5] بين العبودية والوقاية

oleh: 
Dr. Fuad Abdoh As-Shofe, MA 
Dosen Mahad Aly An-Nuaimy 
Asal Republik Yaman





بقلم : فؤاد عبده محمد بكرين الصوفي *

ضعف المعاني الإيمانية وقلة الاهتمام بمولدات الطاقة الروحانية و قلة التأثر بالتوجيهات التربوية صارت ثُلما واضحًا في أوساط بعض المنتسبين للعمل الإسلامي والمتربين في أحضان رياضه ،والأدهى والأمر من ذلك إصابة بعض من امتطى مواقع مرموقة وتبوأ مقاعد قيادية في العمل الإسلامي المعاصر بذلك ، وحينما نعيش عن كثب مع أفرادنا وربما مع بعض قياداتنا نشعر بضعف الحس التربوي والمعاني الإيمانية التي كنا نلمسها من قبل .وإذا سعينا للبحث عن السر في ذلك لوَجدْنا أن السبب الرئيس :هو تواضع نصيبهم من الأعمال التعبدية وضعف أثر ه على النفوس مما أضعف المناعة لدى بعض المربين والمتربين وقلل التأثير والتأثر، لا سيما في واقعنا المعاصر .

ولو تأملنا في سلوك السلف وأحوالهم وكيفية عباداتهم ومقدار حرصهم على إتقان تلك العبادة والإكثار منها ؛لوجدنا ما يبهر العقول ويعجب النفوس ، وأدركنا كيف كانوا ينعمون بأجواء من الروحانية العالية التي تفرزها تلك الأعمال التعبدية السليمة والكثيرة والتي كانوا يجدون آثارها على سلوكهم ووارداتها على قلوبهم. 

وقد كان سيدنا حنظلة رضي الله عنه يشعر بتعكير صفوه وضعف روحانيته بمجرد مفارقته للجو الإيماني في حضرة النبي صلى الله عليه وسلم. ولم يكن يتعرض لمشاهد من المحرمات ، فقد ورد في الصحيح أنه ذهب إلى النبي صبى الله عليه وسلم فقال: ..نافق حنظلة يا رسول الله! فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (وما ذاك)؟فقال : يا رسول الله، نكون عندك تذكرنا بالنار والجنة كأنها رأي عين، فإذا خرجنا من عندك عافسنا( ) الأزواج والأولاد والضيعات( ) نسينا كثيراً’’. فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ( والذي نفسي بيده، لو تدومون على ما تكونون عندي، وفي الذكر، لصافحكم الملائكة على فرشكم وفي طرقكم، ولكن يا حنظلة ساعة وساعة) ثلاث مرات ( .) 

يقول عبد الله بن عباس رضي الله عنهما’’ إن للحسنة ضياء في الوجه، ونوراً في القلب ، وسعة في الرزق، وقوة في البدن ومحبة في قلوب الخلق’’( ) وحينما يكون ذلك الأثر قويا يحقق الوقاية من الوقوع في الزلل ومن التأثر به.

ويقول سعيد حوى رحمه الله :’’..إن العمل في الشريعة له وارادته على القلب وأن لكل نوع من العمل وارادته النورانية إلى قلب المسلم وأن هناك أعمالاً بعينها وارادتها في المقام الأعلى مثل التعلق في المساجد وكثرة الذكر والتسبيح وإقامة الصلوات وإيتاء الزكوات والخوف من اليوم الآخر’’( ) فكانت هذه الواردات تؤثر في نفوسهم وسلوكهم وينعكس ذلك التأثير على متربيهم، وذلك للإكثار منها ولإتقانهم لها وقلة تعرضهم للمشاهد المحرمة.
أما نحن اليوم فعباداتنا أقل من عباداتهم كما وكيفا وبالتالي فواردتها قليلة لا ترتقي بنا إلى مستوى الوقاية إضافة إلى ذلك ظهور الفساد في البر والبحر والجو. ففي البر مشاهد محرمة وفي البحر والجو كذلك فما من وسيلة من وسائل المواصلات أو إعلانٍ من الإعلانات إلا وتجد فيها مظاهر مما يغضب الله عز وجل ، تفسُّخٌ أخلاقي أو صور سافرة، أو موسيقى صاخبة وكل ذلك له أثر سلبي على رونق العبادة وضعف الشعور بوارداتها.

ولأن أدائنا للعبادات ليس كما كان السابقون وأن عالمنا اليوم مليء بالمظاهر المحرمة ؛ فإننا بحاجةٍ ماسةٍ للاهتمام بالأساليب التربوية الفردية منها والجماعية لنحقق مبدأ العبودية ولتنموا فينا المناعة . وهذا التحديث يكون بمضاعفة الكَم من أعمال البر ، و بالحرص على إجادة وإتقان العبادات كمّاً وكيفاً، كما أن الخطاب التربوي الموجه يستلزم أن يقوم باستنهاض همم المتربين للقيام بالعبادات على وجه أفضل. فالقيام بالفرائض في بيوت الله في جماعة مع المحافظة على نوافل الصلوات ونوافل الصيام ونوافل الذكر وسنن الأحوال بشكل مستمر يؤدي ذلك بدوره إلى رفع المستوى الإيماني في النفوس وبالتالي سيرتفع مؤشر الوقاية عندنا وعند المتربين. 

ثم الحث الدائم على الذكر الكثير سواء المتعلق بأذكار الصلوات أو أذكار الصباح والمساء أو الأذكار المطلقة، فلم يصف الله عز وجل نوعا من العبادات بالكثرة كما وصف الذكر فقد أمر الله بالإكثار منه فقال تعالى:(واذكروا الله ذكرا كثيرا) (الأحزاب/ 41 ) وامتدح عباده الصالحين بالذكر الكثير فقال سبحانه :(والذاكرين الله كثيراً والذاكرات) (الأحزاب /35).

علاوة على ذلك ضرورة الاهتمام بالجانب العلمي وخاصة فيما يتعلق بفقه معرفة الله وفقه القلوب ثم ما يلحق ذلك من العلوم النافعة ويقدم فيها الأقرب أثرًا على سلوك الفرد وممارسته ويضاف إليه قدرٌ كبيرٌ من فهم القرآن الكريم ومن فهم السنة النبوية. 

بهذه الوسائل وبالثبات عليها وتوعية الأفراد بممارستها سنحقق –إن شاء الله – قدراً كبيراً من لعبودية لله تعالى ،وسنكتسب تربية وقائية تقينا كثيرًا من آثار ما نسمع ونرى ونشاهدـ وستشيد هذه الأعمال في نفوسنا جدارًا يحصننا وحاجزًا مانعا من الوقوع في الزلل والتلوث بوبائه.
وفقنا الله جميعا إلى طاعته ووقانا من معصيته وأعاننا على ذكره وشكره وحسن عبادته.


*المشرف العام على موقع الوفاق الإنمائي للدراسات والبحوث

 wefaqdev.net

Penyembelihan Hewan Qurban

Alhamdulillah, pelaksanaan penyembelihan hewan qurban pada Idul Adha 1433 H terlaksana dengan baik, hewan qurban berupa; 1 ekor sapi dan 3 ekor kambing, yang merupakan qurban untuk mahasiswa Mahad Aly An-Nuaimy . Hewan qurban berupa sapi merupakan amanah dari niat qurban Bpk. Bustami Rais , dll, sedangkan 3 ekor kambing merupakan amanah qurban dari keluarga Ibu Ny. Hj. Faizah Harharah





























Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Copyright © 2011. Mahad Aly An-Nuaimy - All Rights Reserved
Template by Creating Website