Moh Sofwan Abbas, MA
Dosen Mahad Aly An-Nuaimy
قُلْ
أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ (1) مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ (2) وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ
إِذَا وَقَبَ (3) وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ (4) وَمِنْ شَرِّ
حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ (5)
Analisis Kata
Tafsir dan Pelajaran Ayat
1. Ayat ke-1: Allah swt.
mengajak umat Islam untuk menuju pelindungan-Nya. Karena Allah swt. mengetahui
bahwa manusia lemah dan mempunyai banyak musuh. Allah swt. adalah Rabb saat
subuh, yang berkuasa merubah sunyi-senyapnya kegelapan dengan sumringahnya
cahaya. Sama dengan merubah gelapnya alam kubur dengan terangnya hari
kebangkitan. Yang demikian, akan berkuasa mengusir bahaya dari orang yang
meminta perlindungan-Nya. Menghilangkan segala bahaya yang ada di malam hari
dengan menghadirkan cahaya siang hari. Perlindungan itu bermacam-macam, di
antaranya:
2. Ayat ke-2:
perlindungan dari bahaya setiap makhluk Allah swt. Jahanam, Iblis, dan anak
turunnya adalah termasuk makhluk Allah swt.
3. Ayat ke-3: Perlindungan
dari bahaya yang muncul di malam hari. Pada saat malam telah gelap gulita yang
menakutkan, penyakit, binatang, pencuri, serangan musuh, dan bahaya lainnya yang
timbul sulit untuk ditolak dan dihindari.
4. Ayat ke-4:
Perlindungan dari bahaya sihir. Sihir adalah sebuah perbuatan yang tidak
terlihat jelas hubungan antara sebab dan akibatnya. Sihir ada dua macam;
a. Sihir berupa keterampilan tangan dalam mengelabui, seperti sulap. Ini tidak nyata dan tidak membahayakan, seperti yang dilakukan oleh penyihir Fir’aun.Allah swt. berfirman:
فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَى [طه: 66]
b. Sihir yang dilakukan dengan bantuan setan. Ini nyata dan membahayakan, karena sejenisnya bisa memisahkan hubungan suami-isteri:
فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ [البقرة: 102]
5. Ayat ke-5: Perlindungan dari bahaya hasad. Hasad adalah reaksi emosi di dalam hati ketika melihat orang lain mendapatkan nikmat sehingga berkeinginan agar nikmat tersebut hilang. Hasad jelas berbahaya jika diteruskan dengan usaha untuk menghilangkan kenikmatan tersebut.Namun jika tidak diteruskanpun tetap berbahaya, walaupun kita tidak bisa mengetahui dengan pasti bagaimana hubungan sebab akibat dalam hal tersebut.
a. Rasulullah saw. melarang perbuatan hasad: إياكم والحسد فإن الحسد يأكل الحسنات كما تأكل النار الحطب
b. Hasad adalah sebab terjadi dosa pertama yang dilakukan manusia (Qabil dan Habil), bahkan dosa pertama dalam kehidupan secara umum (hasad Iblis kepada Nabi Adam as.).
c. Ghibthah adalah sejenis hasad yang diperbolehkan, yaitu keinginan hati mendapatkan nikmat sejenis dengan nikmat yang didapat oleh orang lain, tapi tidak menginginkan nikmat itu hilang. Seperti hadits (لا حسد إلا في اثنتين). Demikian juga dengan munafasah.
d. Bahaya hasad bagi penghasad:
Sakit psikis, karena penghasad sedih dan terus memikirkan.
Merusak sisi emosional penghasad, kadang sampai tingkat penyakit darah tinggi, penuaan dini.
Sakit fisik, karena hasad mengganggu penghasad saat makan, istirahat, dan sebagainya.
e. Di antara sebab hasad:
Saat kecil, seorang anak mempunyai adik baru, dan tidak diantisipasi
Saat belajar, seorang guru terlalu memuji seorang murid, dan meremehkan yang lain.
Seorang anak fakir belajar di sekolah kalangan anak kaya.
Benci kepada orang yang dihasadi.
f. Terapi penyakit hasad:
Dengan ilmu: mengetahui bahwa hasad membahayakannya di dunia dan agamanya. Hasad adalah menolak taqdir Allah swt. dalam memberi rezeki seseorang. Bahwa hasadnya tidak akan merubah taqdir Allah swt. Bahwa kalau hasad berkembang, akan menghapus pahalanya dan menambah pahala orang yang dihasadi.
Dengan perbuatan: ikut berbahagia dan memberi ucapan selamat kepada orang yang mendapat nikmat. Rasulullah saw. berkata (إذا ظننت فلا تحقق وإذا حسدت فلا تبغ وإذا تطيرت فامض).
g. Cara menghindari bahaya hasad:
Ta’awwudz
Takwa kepada Allah swt.
Sabar terhadap orang yang memusuhinya.
Tawakkal kepada Allah swt.
Tidak selalu memikirkan penghasad.
Ikhlas kepada Allah swt. dan mengharap ridha-Nya.
Bertaubat kepada Allah swt.
Bersedekah dan membuat kebaikan.
Berbuat baik kepada orang yang menghasadinya (yang paling sulit).
Tauhid, beriman bahwa yang memberi manfaat dan bahaya hanya Allah swt.
h. Dalam shahih Muslim disebutkan, malaikat Jibril as. mendatangi Rasulullah saw. menanyakan, “Apakah engkau sakit?” Beliau menjawab, “Iya.” Malaikat Jibril as. berkata, “Aku meruqyahmu dengan basmalah, dari segala penyakit yang menimpamu, dan dari kejahatan orang yang hasad dan ‘ain. Semoga Allah swt. menyembuhkannya.”