oleh:
Moh Sofwan Abbas, MA
Dosen Mahad Aly An-Nuaimy
Kesabaran dalam Menaati Allah
swt.
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ
الصَّالِحِينَ (100) فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ (101)
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي
الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا
أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ
الصَّابِرِينَ (102(
Analisis Lafadh
-Kami beri kabar gembira.
Artinya, doanya terkabul. Kata “البشرى”
bermakna awal kulit, artinya kabar yang bisa merubah warna kulit wajah
berseri-seri.
|
فَبَشَّرْنَاهُ:
|
-Anak laki-laki yang penyabar. Jadi kabar gembira itu memberitahukan
bahwa yang dikandung adalah laki-laki. Sedangkan sifat penyabar hanya untuk
orang dewasa. Jadi menunjukkan bahwa Ismail as. akan hidup hingga tua, dan
besifat penyabar.
|
بِغُلَامٍ
حَلِيمٍ:
|
-Berusaha, bekerja. Sudah mencapai usia bisa bekerja.
|
السَّعْيَ:
|
-Bermimpi. Mimpi seorang nabi adalah benar, bisa juga untuk
menurunkan wahyu.
|
أَرَى فِي الْمَنَامِ:
|
-Berpikirlah, renungkanlah
|
فَانْظُرْ:
|
-panggilan sayang dan penuh kesopanan kepada seorang ayah. Berbeda dengan
abi, walidi
|
يَا أَبَتِ:
|
-Jika Allah swt. menghendaki.
|
إِنْ شَاءَ
اللَّهُ:
|
Pelajaran dari Ayat
1.
Kalimat “رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ” menunjukkan
harapan Ibrahim as. yang besar kepada Allah swt. seperti juga yang dilakukan
oleh Zakaria as. dengan berdoa “رب هب لي من لدنك ذرية طيبة”.
2.
Kalimat ” فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ”
menunjukkan betapa pengkabulann doa ini membuat Ibrahim as. sangat bahagia karena
beliau sudah menunggunya demikian lama, dan puteri yang diberikan bersifat
“halim” atau sangat penyabar.
3. Kalimat “إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ” menunjukkan:
ü Betapa sabar Ibrahim
as. dalam melaksanakan perintah Allah swt. walaupun hanya berupa isyarat, bukan
perintah yang lugas untuk berkurban. Tapi karena keimanan dan kepasrahannya
kepada Allah swt., beliau melaksanakan. Beliau tidak ragu, bertanya, apalagi
menolak.
ü Ibrahim as. tidak melaksanakan
perintah ini dengan perasaan terpaksa, kecewa, dan gundah. Beliau
melaksanakannya dengan penuh ketenangan dan ketabahan. Itu terlihat dari cara
beliau berkata kepada anaknya. Datar-datar saja, tidak emosional. Ini adalah
kata-kata orang yang sangat menguasai emosinya, tenang dalam menghadapi
sesuatu, dan yakin bahwa dia sedang melaksanakan perintah Allah swt.
ü Dalam melaksanakan
perintah, Ibrahim as. tidak melakukannya saat Ismail as. lengah, atau tidur. Tapi
bahkan sempat membincangkannya dengan Ismail as. seperti hal biasa saja. Dalam
benak mereka, ini memang hal biasa; ”Allah swt. berkehendak, dan kehendak-Nya
harus terlaksana.” Sederhana. Perbincangan ini bukan untuk memberi Ismail as.
kesempatan mengelak, tapi supaya penyembelihan itu bagi Ismail as. juga
merupakan ketaatan, bukan keterpaksaan. Ibrahim as. ingin anaknya juga
merasakan rasa manisnya ketaatan dan kepasrahan.
4. Kalimat ” يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ
مِنَ الصَّابِرِينَ” menunjukkan
bahwa Ismail as. menerima perintah itu tidak hanya dengan ketaatan dan
kepasrahan, tapi juga dengan kerelaan dan keyakinan:
ü Kata ” يَا أَبَتِ”, dalam
kondisi seperti ini, Ismail as. masih sadar, dan tetap hormat kepada ayahnya.
ü Kata ” افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ” menunjukkan
bahwa mimpi adalah isyarat, dan isyarat adalah perintah. Orang yang taat memahami
isyarat sebagai perintah.
ü
Kata ”
سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ” sikap yang penuh adab kepada Allah swt. Ismail as.
tidak menganggap bahwa ini adalah berkat keberaniannya, tapi berkat hidayah dan
taufiq Allah swt.
5. Cinta kepada Allah
swt. harus melebihi cinta kepada isteri, anak, harta, dsb:
ü Ali Imran: 14 dan At-Taubah:
24.
ü Hadits Rasulullah
saw: ....ثَلَاثٌ
مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ
أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا