Ketika
langit bergemuruh, ombak menggunung dan angin bertiup kencang. Maka awak kapal
pun dengan panik berseru, “Ya Allah!”
Ketika
orang yang berjalan ditengah gurun pasir tersesat, kendaraan tak tahu lagi
jalan yang benar, dan kafilah sudah kebingungan menentukan arah lajunya, maka
mereka berseru, “Ya Allah!”
Ketika
pintu-pintu permohonan telah tertutup
dan sekat-sekat permintaan telah dipasangkan, maka mereka pun berteriak,
“Ya Allah!”
Ketika
semua cara telah dicoba dan ternyata tak ada celah untuk keluar. Ketika semua
jalan telah menjadi sempit, semua yang dicita-citakan buntu, dan semua jalan
pintas telah pupus, maka mereka pun menyeru, “Ya Allah!”.
(Laa Tahzan-Dr. 'Aidh ibn 'Abdullah Al Qarni)
Adakah dari hal di atas merupakan
cerminan dari diri kita? Ada sebuah cerita menarik yang mengisahkan perjalanan
seorang atheis. Alkisah, sebuah kapal
laut yang sedang berlayar menuju ke sebuah pulau. Di dalamnya ada awak kapal
yang notabene atheis tulen. Tiba-tiba langit menghitam, awan-awan menggulung
tebal, angin bertiup sangat kencang, dan ombak pun menerjang apa yang ada di
depannya, termasuk kapal yang ditumpangi oleh orang atheis tersebut.
Kontan para awak kapal pun berusaha untuk
menyelamatkan diri dari kondisi yang demikian tanpa terkecuali. Disaat kondisi
kapal sudah sangat mengkhawatirkan dalam kondisi terjepit seperti itu, tiba-tiba
dari mulut seseorang terlontar
kata yang menyebut asma Allah dan orang tersebut adalah
seorang atheis yang akhirnya dia mengucapkan dua kalimat syahadat dan
ber-Islam.
Sobat
muda, mungkin itulah diri kita, adakalanya kita mengingat Allah hanya pada
saat-saat tertentu dan seringnya disaat terjepit atau ketika dirundung duka.
Tetapi tidak bagi Allah, Dia selalu bersama, melihat dan mengenal kita dalam
kondisi apapun, hanya kita belum menyadarinya. Ketika kita sadar, belum ada
keinginan untuk mengingat dan mengenal-Nya dalam setiap hembusan nafas kita.
Tentu kita tidak ingin mengalami
cobaan Allah terlebih dahulu untuk dekat pada-Nya bukan?
Lalu bagaimana caranya agar Allah selalu 'dekat' di hati?