PRINSIP ILMU ALLAH SWT bag.III
Segala sesuatu yang berada dalam alam semesta
adalah ciptaan (makhluq) Allah swt sebegai refleksi dan manifestasi dari wujud
Allah swt dengan segala sifat kesempurnaan-Nya. Karena itu manusia tidak
habis-habisnya mengagumi isi al kaun (alam semesta) ini terus mengambil pelajaran dan ibroh
(pelajaran) yang bermanfaat
dari padanya.
"Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis.
Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu
yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu
yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan
kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun
dalam keadaan payah" (Al Mulk[67]:3-4)
Tegaknya langit, keseimbangan benda-benda
langit sesuai dengan ciptaan dan pengaturan dari Penciptanya. "Dan
Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan)" (Ar
Rahman[55]:7)
"Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya
jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak tidak ada seorang
pun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Penyantun lagi Maha Pengampun" (Faathir[35]:41)
Ayat di atas menyatakan adanya semacam penahan
yang membawa kepada ketenangan benda-benda langit, meskipun benda-benda langit
itu saling bergerak. Hal ini menunjukkan kenyataan kebenarannya terhadap
ummat manusia.
Para ahli fisika sudah cukup lama mengenal
gaya gravitasi antara benda-benda bermassa yang bekerja secara luas dalam alam
ini. Setelah Issac Newton pada tahun 1686 merumuskan hukum gravitasi, maka
orang dapat dengan mudah memahami dan menerangkan berbagai peristiwa dalam
jagad raya ini. Hukum-hukum Kepler yang sudah ada sebelum Newton, ternyata
dapat dipahamkan sebagai akibat saja dari hukum gravitasi Newton tersebut.
Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan
bahwa universum itu berjalan dengan eksak, kokoh, teratur, rapi dan harmonis,
yang tidak akan ada habis-habisnya menjadi tantangan yang menakjubkan bagi
manusia. Setelah beriman kepada Allah, maka menjadi mudah bagi kita untuk
menerima, bahwa hukum-hukum itu adalah sunatullah atau aturan-aturan
yang telah ditetapkan Allah bagi makhluq-Nya yang tidak berubah-ubah.
"Karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena
rencana (mereka) yang jahat. Rencana jahat itu tidak akan menimpa selain orang
yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan
(berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang
terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan menemui perubahan bagi sunnah
Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah
itu. " (Faathir[35]:43)
Sobat muda, demikianlah Allah swt telah
menciptakan segala sesuatu dengan sempurna, seimbang, beraturan, sistematika. Maka
Dia jualah yang paling tahu hakikat dan tujuan penciptaan-Nya, dan
telah dikabarkannya ciptaan Allah swt itu kepada manusia. Manusia telah
diperintahkan untuk bertafakur atas ciptaan-Nya, sehingga mampu
memanfaatkannya. Dan agar manusia mampu mengenal pencipta-Nya serta
mengagungkan-Nya; Dia lah Allah swt tiada Tuhan selain-Nya. Dengan ilmu-Nya
Allah mengajarkan kepada hamba-Nya apa-apa yang telah diciptakan dengan proses
terjadinya, sehingga manusia akan menjadi tahu dan berilmu. Setelah itu akan lahir
cabang-cabang ilmu pengetahuan yang menyebar ke setiap penjuru ufuk kehidupan
manusia. Dengan ilmunya manusia diharapkan menemukan kebenaran dan
menjadikannya sebagai landasan kehidupan.
"Kami akan memperlihatkan kapada mereka tanda-tanda
(kekuasaan) Kami di segenap ufuk pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah
bagi mereka bahwa Al Qur-an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup
(bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?" (Fushshilat[41]:53)