PRINSIP ILMU ALLAH SWT bag.II
Penciptaan langit dan bumi oleh Allah swt dengan segala isi dan peristiwa yang terkandung di dalamnya merupakan fenomena yang sangat mengesankan dan menakjubkan akal serta hati sanubari manusia. Itulah alam semesta atau al kaun (universum). Simaklah firman Allah swt berikut ini:
"Dia lah Allah Yang menciptakan,
Yang mengadakan, Yang Membentuk rupa, Yang Mempunyai Nama-nama Yang Paling
Baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi . Dan Dia
lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" (Al Hasyr[59]:24)
Oleh karena itu, hendaknya manusia
senantiasa men-taddaburi ayat-ayat-Nya, baik yang qauliyah (firman Allah) maupun kauniyah
(ciptaan-Nya). Karena
di sana terdapat lautan ilmu-Nya, serta dorongan/ motivasi untuk mengkaji
maupun mengimplementasikannya.
"Hai
jama'ah jin dan manusia jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit
dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan
kekuatan" (Ar
Rahman[55]:33).
Dari ayat di atas, manusia akan mengerti
bahwa jika ingin menembus langit diperlukan kekuatan yang besar, baik itu
kekuatan dalam arti yang sebenarnya maupun kekuatan ilmu. Selain ayat di atas,
masih banyak ayat-ayat Al Qur-an yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan
cabang-cabangnya. Allah swt telah menciptakan alam beserta isi dan
sistemnya dan juga telah mengajarkannya kepada manusia. Dengan mencermati
Al Qur'an, kita dapat melahirkan kajian-kajian yang lebih detail tentang
keberadaan ciptaan-Nya.
Sejauh ini, timbulnya ilmu pengetahuan
disebabkan karena kebutuhan-kebutuhan manusia yang ingin hidup bahagia.
Sehingga dalam mencapai dan memenuhi kebutuhan hidupnya itu, manusia
menggunakan akal pikirannya. Mereka menengadah ke langit, memandang alam
sekitarnya dan melihat dirinya sendiri. Dalam hal ini memang telah menjadi qudrat
dan iradat Nya, bahwa manusia dapat memikirkan suatu kebutuhan hidupnya.
Telah tercantum dalam Al Qur-an perintah Allah swt : "Katakanlah,
perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda
kekuasaan Allah dan Rasul-Rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang
tidak beriman" (Yunus[10]:101)
Hasil dari pemikiran manusia itu
lahirlah ilmu pengetahuan dengan berbagai cabangnya. Maka ilmu pengetahuan
bukanlah musuh atau lawan dari iman, melainkan sebagai wasailul hayah (sarana
kehidupan) yang nantinya juga akan membimbing ke arah iman. Sebagaimana
kita ketahui, banyak ahli ilmu pengetahuan yang berpikir dalam telah dipimpin
oleh pengetahuannya kepada suatu pandangan, bahwa di balik alam yang nyata ini
ada kekuatan yang lebih tinggi, yang mengatur dan menyusunnya, memelihara
segala sesuatu dengan ukuran dan perhitungan.
Herbert Spencer
dalam tulisannya tentang pendidikan, menerangkan sebagai berikut: "Pengetahuan
itu berlawanan dengan khurafat, tetapi tidak berlawanan dengan agama. Dalam
kebanyakan ilmu alam kedapatan paham tidak bertuhan (atheisme), tetapi
pengetahuan yang sehat dan mendalami kenyataan, bebas dari paham yang demikian
itu. Ilmu alam tidak bertentangan dengan agama. Mempelajari ilmu itu merupakan
ibadah secara diam, dan pengakuan yang membisu tentang keindahan sesuatu yang
kita selidiki dan kita pelajari, dan selanjutnya pengakuan tentang kekuasaan
Penciptanya. Mempelajari ilmu alam itu tasbih (memuji Tuhan) tapi bukan berupa
ucapan, melainkan tasbih berupa amal dan menolong bekerja. Pengetahuan ini
bukan mengatakan mustahil akan memperoleh sebab yang pertama, yaitu
Allah".
"Seorang ahli pengetahuan yang melihat
setitik air, lalu dia mengetahuinya bahwa air itu tersusun dari oksigen dan
hidrogen, dengan perbandingan tertentu, dan kalau sekiranya perbandingan itu
berubah, niscaya air itu akan berubah pula menjadi sesuatu yang bukan air. Maka
dengan itu ia akan meyakini kebesaran Pencipta, kekuasaan dan
kebijaksanaan-Nya. Sebaliknya orang yang bukan ahli dalam ilmu alam, akan
melihatnya tidak lebih dari setitik air".
Sobat muda,
sejak zaman dahulu manusia telah mengerahkan daya akal untuk menyelidiki
rahasia serta mencari hubungannya dengan kebutuhan dan tujuan hidupnya di atas
bumi ini. Maka lahirlah para ahli ilmu alam seperti astronom, meteorolog,
geolog, fisikawan, dsb beserta para ahli filsafatnya di bidang tersebut.
Penemuan di
bidang astronomi menyebabkan kosmologi terbagi dalam dua kelompok, yaitu
kelompok yang beranggapan bahwa alam semesta ini statis, dari permulaan
diciptakannya sampai sekarang ini tak berubah dan kelompok yang
beranggapan bahwa alam semesta ini dinamis, bergerak atau berubah.
Kelompok yang
beranggapan bahwa alam semesta ini dinamis ditunjang oleh ilmu pengetahuan
modern. Menurut teori evolusi, pengembangan seperti dibuktikan oleh adanya red
shift, ditafsirkan bahwa alam semesta ini dimulai dengan satu ledakan dahsyat.
Materi yang terdapat dalam alam semesta itu mula-mula berdesakan satu sama lain
dalam suhu dan kepadatan yang sangat tinggi, sehingga hanya berupa proton,
neutron, dan elektron, tidak mampu membentuk susunan yang lebih berat. Karena
mengembang, maka suhu menurun sehingga proton dan neutron berkumpul membentuk
inti atom. Kecepatan mengembang ini menentukan macam atom yang terbentuk.
Para ahli ilmu
alam telah menghitung bahwa masa mendidih itu tidak lebih dari 30 menit. Bila
kurang artinya mengembung lebih cepat, alam semesta ini akan didominir oleh
unsur hidrogen. Apabila lebih dari 30 menit, berarti mengembung lambat, unsur
berat akan dominan. Selama 250 juta tahun sesudah ledakan dahsyat, energi sinar
dominan terhadap materi, transformasi di antara keduanya bisa terjadi sesuai
dengan rumus Einstein, e=mc2. Dalam proses pengembungan
inienergi sinar banyak terpakai dan meteri semakin dominan. Setelah 250 juta
tahun maka masa dari materi dan sinar menjadi sama. Sebelum itu, tidak
dibayangkan behwa materi larut dalam panas radiasi, seperti garam larut di air.
Pada masa itu, setelah lewat 250 juta tahun,
materi dan gravitasi dominan, terdapat diferensiasi yang tadinya homogen.
Bola-bola gas masa galaxi terbentuk dengan garis tengah kurang lebih 40.000
tahun cahaya dan masanya 200 juta kali massa matahari kita. Awan gas gelap itu
kemudian berdiferensiasi atau berkondensasi menjadi bola-bola gas bintang yang
berkontraksi sangat cepat. Akibat kontraksi atau pemadatan itu maka suhu naik
sampai 20.000.000 derajat, yaitu threshold reaksi inti, dan
bintang itupun mulai bercahaya. Karena sebagian dari materi terhisap ke
pusat bintang, maka planet dibentuk dari sisa-sisanya. Yaitu butir-butir debu
berbenturan satu sama lain dan membentuk massa yang lebih besar, berseliweran
di ruang angkasa dan makin lama makin besar.
Proses
kondensasi bintang pembentukan planet membutuhkan waktu beberapa ratus juta
tahun. Kita mengetahui bahwa bulan bergerak menjauhi bumi, hal ini berarti
bahwa beberapa milyar tahun yang lalu bumi dan bulan itu satu, dan bulan
merupakan pecahan dari bumi yang memisahkan diri. Firman Allah SWT yang artinya
:
"Dan apakah orang-orang yang kafir
tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu
yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan daripada air Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman" (Al Anbiya[21]:30)
Konsep ini jelas
menunjang teori kedinamisan alam semesta. Orang Rusia berdasarkan umur batu
bulan, telah menetapkan bahwa bulan berumur 4,5 milyar tahun.
Dalam
mempelajari red shift, jarak diukur dengan tahun cahaya, bukan dengan
kilometer. Kecepatan cahaya adalah 300.000 km per detik, sedangkan beberapa
galaxi beberapa juta tahun cahaya jauhnya. Pada waktu kita memandang galaxi
yang sangat jauh itu, sebetulnya kita sedang meneropong jauh ke masa yang
silam. Dalam mempelajari galaxi yang jauhnya satu milyar tahun cahaya,
sebetulnya membuktikan bahwa satu milyar tahun yang lalu alam semesta ini
mengembung dengan kecepatan yang lebih tinggi dari sekarang. Hal ini berarti
pula bahwa kita berada di alam semesta yang dinamis, bukan statis.
Lain daripada
itu penurunan kecepatan mengembung meramalkan bahwa pada suatu waktu
pengembungan itu akan berhenti, kemudian berkontraksi, pada akhirnya kembali kepada
situasi kepadatan seperti asalnya lebih kurang lima milyar tahun yang lalu.
Dari uraian di
atas bisa ditarik kesimpulan bahwa alam semesta ini mengembung dan mengempis.
Untuk lebih lanjut perhatikan uraian George Gamov dalam bukunya The Creation of
the Universe, hal. 36: ". . . bahwa tekanan raksasa yang terjadi
pada permulaan sejarah alam semesta adalah akibat dari suatu kehancuran yang
terjadi sebelumnya, dan bahwa pengembungan yang sekarang ini sebenarnya
hanyalah suatu gerak kembali yang elastis yang terjadi segera setelah tercapai
kepadatan maksimum yang diizinkan. "
Kita tidak
mengetahui secara pasti bagaimana besarnya tekanan yang tercapai pada kepadatan
yang maksimum itu, tetapi menurut semua petunjuk tekanan itu sungguh-sungguh
amat tinggi. Besar kemungkinan seluruh massa alam semesta yang mempunyai
kemungkinan bentuk yang bagaimanapun dalam masa pra kehancuran telah
dimusnahkan secara sempurna, dan bahwa atom-atom dan intinya telah dipecahkan
menjadi proton, neutron, dan elektron serta partikel dasar lainnya
Jadi tak ada
satupun yang bisa dituturkan tentang masa alam sebelum pemadatan alam semesta
itu. Segera setelah kepadatan massa alam semesta itu mencapai titik maksimum,
kepadatan yang sangat tinggi itu hanya bertahan dalam waktu sebentar saja.