Home » » Nilai Diri Anda Adalah Surga

Nilai Diri Anda Adalah Surga

Nilai Diri Anda Adalah Surga


Seorang penyair berkata,
Jiwaku yang punya sesuatu akan pergi,
Mengapa aku harus menangisi sesuatu yang harus pergi.”
            Dunia dengan emas dan peraknya, dengan jabatan dan rumah megahnya, maupun dengan istananya, tidak berhak mengalirkan setetes pun air mata kita. Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Dunia ini terkutuk, semua yang ada didalamnya terkutuk, kecuali dzikir kepada Allah, hal-hal yang bersangkutan dengan dzikir, seorang ‘alim seorang pelajar.”
            Dunia dan kekayaan itu sebenarnya tak lebih dari barang titipan.
Demikian yang dikatakan oleh Labid,
“Harta dan keluarga hanyalah barang titipan, dan suatu saat barang titipan itu akan dikembalikan.” Uang miliaran, rumah-rumah megah, dan mobil-mobil mewah tidak akan menangguhkan kematian seorang hamba. Demikian dikatakan oleh Hatim ath-Thai,
“Demi hidupmu, kekayaan takkan memberi manfaat kepada seorang pun, ketika dada sudah tersengal dan sesak.”
            Oleh karena itulah kalangan bijak bestari mengatakan, “Tentukan harga sesuatu itu secara rasional. Sebab, duia dan seisinya tidak lebih mahal dari jiwa seorang mukmin.”
 وَمَا هذِهِ الْحَيوةُ الدَّنْيَآ اِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَ اِنَّ الدَّارَ   الأخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوْا يَعْمَلُوْن (العنكبوت :64)
{Dan, tiadalah kehidupan dunia ini melaikan sendagurau dan main-main.} (QS. Al-Ankabut: 64)
            Hasan Al-Bashri mengatakan,”Jangan tentukan harga dirimu, kecuali dengan surga. Jiwa orang yang beriman itu mahal, tapi sebagian dari mereka justru menjualnyadengan harga yang murah.”
            Orang-orang yang menangis meraung-raung karena kehilangan harta mereka, karena rumah mereka yang hancur, dan karena mobil-mobil mereka yang terbakar, yang tidak menyesali dan bersedih atas merosotnya nilai keimanan mereka, atas dos-dosa mereka, dan atas sikap mereka yang memandang sebelah mata terhadap nilai ketaatan kepada Allah s.w.t., niscaya akan menyadari bahwa mereka tidak ada nilainya jika diukur dengan apa yang ditangisi, dan akan menyesali dengan apa yang mereka lakukan. Letak permasalahannya adalah permasalahan nilai, idealism, sikap dan misi.
{Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari kiamat).}
      Berhati - hatilah !!!
            Bersikaplah dan berusaha yang disertai dengan tawakal kepada Allah merupakan salah satu jalan menuju kebahagiaan. Rasulullah SAW sendiri ketika turun ke medan perang, masih harus mengenakan baju perang. Padahal kita tahu bahwa Rasulullah SAW adalah yang terbaik diantara orang-orang yang bertawakal. Salah seorang sahabat bertanya kepadanya, “Apakah saya harus mengikat unta saya, wahai Rasulullah, atau harus bertawakal saja?”Rasulullah SAW menjawab, “Ikatlah untamu, dan bertawakallah.”
            Berusaha dan bertawakal kepada Allah adalah prinsip tauhid. Meninggalkan usaha dan hanya bertawakal kepada Allah adalah sebuah kekeliruan dalam memahami syariat. Sedangkan berusaha saja tanpa bertawakal kepada Allah adalah kekeliruan dalam memahami tauhid.
            Seorang penyair mengatakan,
“Orang yang berhati-hati akan berhasil mendapatkan keinginannya, sedangkan yang terburu-buru mungkin akan jatuh tergelincir.”
            Berhati-hati sama sekali tidak berarti menentang qadar. Berhati-hati justru merupakan bagian dari qadar itu, dan bahkan inti dari qadar tersebut.
{Berlaku lemah lembutlah.}(QS. Al-Kahfi: 19}
{Dan, Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian(baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan.}

Sumber: La Tahzan, oleh DR. ‘Aidh al Qarni


Berbagi itu indah: :
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Copyright © 2011. Mahad Aly An-Nuaimy - All Rights Reserved
Template by Creating Website